Sebelum berangkat berlibur, sebenarnya aku sudah mempunyai
janji dengan desta untuk membuat CV ke radio kampus. Desta adalah perempuan
baik yang pernah aku ceritakan pada saat aku sedang berjuang untuk amel. Tidak
ada sedikitpun niatku untuk membatalkan janji dengan desta. Karena aku pun
sudah membawa laptop dan modem untuk mencari referensi CV yang menarik di
google bersama desta. Buat yang belum kenal desta bisa baca Di Sini
“ndri kita ke pulau
yuk” bang budi tiba-tiba saja mengagetkanku dengan kalimat itu. Bang budi
adalah abang terbaik di kampus. Itu penilaianku. Entah jika teman-teman yang
lain menilai seperti apa. Dia pernah aku sebut pada saat aku bercerita tentang
viona.
“hah? Hari ini bang? Mau ngapain ke pulau?” aku kaget karena pada saat itu masih ada dua mata kuliah yang belum terselesaikan
“iya hari ini, mancing
seru ndri” jawab bang budi
“yuk ndri mancing”
sambung nopal yang sedari tadi ternyata mendengarkan perbincanganku dengan bang
budi. Untuk kalian yang belum kenal dengan nopal disini akan aku sedikit
kenalkan. Nopal ini teman kampusku juga. Dia mempunyai kulit yang hitam
sepertiku. Walaupun kulitku masih lebih hitam sih. Dia mengaku matanya minus.
Aku lupa minus berapa, yang pasti dia selalu menggunakan kacamata pada saat
membaca atau melihat rintik hujan yang jatuh. Dia juga teman yang baik. Dia
menganggapku teman yang seru. Pernah juga dia frontal mengumumkan bahwa aku
adalah alasan tertawanya semua orang. Meskipun aku dan nopal sering berdebat
mengenai dunia gamers, tapi kami tidak pernah saling bertengkar. Karena buat
apa juga. Sudah besar kok bertengkar. Harusnya kan saling merangkul untuk
menuju masa depan. Mungkin itu yang bisa aku jelaskan tentang nopal. Karena
jika aku ceritakan secara detail, tulisan ini akan menjadi buku tentang nopal.
“duh gimana nih ya.
Kan kita belum kelar kuliah. Masih ada 2 matkul lagi. Lagian pas pulang kuliah
nanti gua ada janji sama desta di kampus pusat. Gua mau bikin CV ke radio sama
dia” aku coba menjelaskan kepada bang budi dan nopal
“alibi lu ndri. Bikin
CV mah gampang. Gue juga belum. Desta pasti ngerti kalo kita mau liburan. Apa
gak ajak dia kalo mau.” Bolu menyambar layaknya api terkena bensin. Bolu
ini emang kampret. Dia selalu menggampangkan sesuatu hal yang padahal itu sulit
buatku. Bolu juga pernah aku ceritakan di cerita sebelumnya.
“gue sih mau banget
ngajak dia. Cuma kasianlah gila dia cewek sendiri” aku sewot kepada bolu
“yaudah bilang aja ke
dia. Seenggaknya lu udah bilang” lagi ucap bolu
Aku benar-benar bingung pada saat itu. Di satu sisi aku
ingin ikut berlibur di pulau bersama bang budi. Karena jujur di pulau itu
indah. Banyak hal yang bisa aku lakukan mulai dari memancing sampai ngegodain
cewek-cewek pantai. Di sisi yang lain aku tidak enak hati jika harus
membatalkan janji dengan desta. Lalu ada sisi tambahan yang mengangguku karena
mata kuliah belum usai. Aku malas jika harus nanya-nanya tugas karena bolos.
Aku malas jika harus repot karena bolos. Aku benci bolos sejak SMK.
“hayu nih jangan lama
mikir” tukas bang budi yang aku tau kalimat itu adalah sindiran untukku.
“bingung gua bang.
Pengen ikut tapi gak enak sama desta terus sama dosen” jawabku pada bang
budi
“ini kuncinya di lu
ndri” timpal bolu lagi
“kalo lu ikut, kita
berangkat. Kalo lu enggak. Kita gak jadi liburan” Timpal nopal yang sedari
tadi ingin berbicara
Aku hanya diam. Cengar-cengir tidak jelas. Entah seberapa
pentingnya aku di kehidupan mereka. Aku enggak ngerti kenapa harus aku yang
menjadi kuncinya. Padahal jika berbicara finansial, aku cukup miskin di antara
mereka. Aku jarang sekali nraktir ini itu pada mereka. Aku benar-benar bingung
dengan teman-temanku di kampus.
“yaudah bang, hayu
berangkat” tegasku pada bang budi
“desta gimana?”
tanya bolu
“enggak apa apa. Dia
pasti ngerti. Desta baik” jawabku tegas
“wedeh bolehan”
ejek bang budi
Akhirnya kami berempat serentak keluar kelas.
“weh pada mau kemana
nih boyband?” tanya viona. untuk yang belum kenal viona bisa baca Di Sini
“konser di italy”
jawabku lantang
Bang budi tertawa, bolu tertawa, nopal tertawa. Dosen
skripsi tertawa
Di tengah-tengah perjalanan menuju tangga. Kami berempat
berpapasan dengan KA.Prodi jurusan. Benar-benar sial. Semangatku yang tadinya
membara kini harus padam karena beliau menyuruh kami berempat untuk masuk ke
kelas lagi. Aku lihat dari raut wajah nopal, bolu, dan bang budi yang terlihat
lesu juga. Akhirnya kami kembali menuju kelas.
“kata gua geh apa
bang, kelarin dulu mata kuliah” ucapku kesal
“takutnya enggak dapet
kapal ndri buat nyebrangnya” jawab bang budi
“iya juga sih”
jawabku lemas
Akhirnya kami mengikuti mata kuliah terakhir. Seluruh
penghuni kelas sepertinya meledek kami pelan. Sempat terdengar kalimat “yang mau konser gak jadi ya” itu
terdengar seperti suara viona. Aku sangat yakin. Tapi kami berempat hanya diam
dan mendengarkan dosen berkhotbah. Sempat ada niatan untuk kabur di jam
istirahat. Tapi sekali lagi aku sangat tidak setuju dengan niatan tersebut.
Rasanya seperti sudah lewat masa-masa di mana bolos di jadikan hobby. Ya cukup
di masa SMP saja. Bukan takut terhadap dosen, tapi ini lebih ke arah tanggung
jawabku sebagai mahasiswa. Rasa sayang terhadap uang bayaran yang mahal masih
menguatkanku untuk tidak berbuat semena-mena menjadi mahasiswa.
Aku ingin mengabari desta pada saat itu. Aku ingin membuat
kalimat minta maaf. Aku ingin membuat kalimat yang berisi pembatalan rencana.
Namun rasanya sangat sulit. Meski aku tau desta belum resmi menjadi pacarku,
tapi aku enggan membuatnya kecewa. Aku ingin terus membuatnya tertawa dan
bahagia. Aku termotivasi dari dilan. Sikap dilan kepada lia adalah sikap
laki-laki sejati menurutku. Akupun ingin menjadi laki-laki sejati untuk desta.
Meski aku tau desta tak menaruh rasa terhadapku, namun aku yakin jika aku
selalu membuatnya bahagia, lama-lama ia akan merasa nyaman.
Setelah melalui jam demi jam akhirnya mata kuliah berakhir.
Aku merasa lega. Karena setidaknya satu beban sudah jatuh begitu saja. Di dalam
pikiranku sekarang perihal desta dan liburan. Aku harus memilih salah satunya.
Karena jika memilih desta aku pasti akan mengecewakan teman-teman, terutama
bang budi. Tapi jika aku memilih teman-teman, desta mungkin akan kecewa.
Meskipun hanya sekedar kemungkinan, aku tetap tidak ingin desta kecewa.
“gua bilangnya gimana
nih bang ke desta?” aku coba berkonsultasi dengan bang budi
“gimana ya? Bilang aja
mau liburan bareng temen-temen. Bikin CV-nya minggu depannya lagi” jawab
bang budi
“hmmm gua coba dah”
“yaudah coba. Gua mau
ngambil pancingan sama si nopal ya” bang budi pamit
Kemudian aku pergi ke gerbang kampus. Aku coba memikirkan
kalimat utama untuk memulai chat dengan desta. Akhirnya terpikirlah satu kalimat
yang agak garing.
“dah pulang blm des?”
aku kirim kalimat itu
“kenapa ndri?”
desta membalas
“gak jadi aja ya bikin
Cvnya. Haha” aku kirim kalimat itu dengan penuh ragu. Aku sudah berpikir
desta akan marah besar dan ngambek sampai sebulan
“kenapa? Lu mau main?”
balasan desta sontak membuatku yakin bahwa dia benar-benar akan ngambek selama
sebulan.
“lunya udah balik
blm?” tanyaku
“setengah 4. Hehe jadi
juga gpp sih” balasan desta lagi-lagi menegaskan kekecewaan. Aku
benar-benar ingin menemui desta dan menjelaskan semuanya. Huft
“gue lebih ke arah
ngantuk sih des” aku coba beralasan
“samaaaaa” balas
desta
“yaudah balik aja.
Hahahaha” balasku dengan ketawa palsu. Sejujurnya aku sedih des.
“yasuddddd” balas
desta
“tapi gue udah bawa
laptop sama modem des. Berasa mubazir kalo gak jadi” balasanku terlihat
memberi harapan. Aku menyesal mengirimkan kalimat tersebut
Desta tak membalas. Akhirnya bang budi datang bersama nopal.
“gimana?” tanya
bang budi
“gua ngantuk pal”
jawabku
“parah, gua mah udah
beliin pancingan buat lu” nopal kelihatan kecewa
“hah? Lagian ngapain
di beliin? Guanya ngantuk pal. Hehe” jawabku cengar-cengir
“doamatlah kecewa gua
kalo lu balik” nopal kelihatan marah. Begitu juga bang budi. Mukanya masam
terhadapku pada saat itu.
“iya tuh si andri alibi
bngt mau balik terus. Gue ajak ke MCD juga gak mau” lagi timpal bolu di
tengah suasana panas itu.
Tadinya niatku adalah pergi menemui desta. Aku ingin
menjelaskan dulu kepada desta terkait pembatalan janji itu. Namun nopal dan
bang budi kelihatan marah besar. Aku makin kacau dan makin bingung. Andai aku
bisa membuat bunsin seperti naruto. Mungkin sudah aku buat untuk desta dan bang
budi. Namun akhirnya aku berangkat dengan teman-teman. itupun dengan terpaksa
Kami berempat kedatangan teman baru, namanya eko. Dia temannya bang budi. Bisa di
bilang teman dekat. Karena umurnya lebih tua dari bang budi, aku, bolu, dan
nopal sepakat memangginya bang eko. Bang eko ini tidak kuliah. Tapi pengalaman
dia sangat segudang di dunia pergunungan atau laut. Dia pernah aktif di sebuah
komunitas pecinta alam sampai pada akhirnya dia keluar karena harus menghidupi
anak istrinya. Di dalam perjalanan aku selalu bergumam dalam hati “maafin gua des” terus seperti itu
sampai di dermaga.
“lu kenapa sih ndri
keliatan gak bahagia gitu” tanya bolu di dermaga
“gpp. Gua mau bilang
ortu dulu” jawabku jutek
Sebelum mengabari orang tua. Aku membuka pesan desta yang
belum terbaca sekitar 15 menit yang lalu. “hmmm
gue balik nih”
“gue udah di pantai.
Ehe” balasku singkat
“haha” desta
membalas. Aku paham itu adalah ketawa palsu.
“maafin ya des”
balasku dengan penuh kegalauan
“iya ndri” balas
desta
“gak enak bngt des”
“gak enak apa?
“udah janji bikin cv
sama lu”
“gapapa” balasan
desta hanya aku baca. Aku bingung harus membalas apa. Desta kelihatan sudah
sangat kecewa. Kemudian aku menelpon orang tua bahwa aku akan menginap di
sebuah pulau yang terletak di jakarta
Aku coba berusaha untuk tidak terlihat kacau. Aku ingin
terlihat baik-baik saja. Biar bagaimanapun aku sudah kecemplung di dalam
suasana liburan. Rasanya juga rugi jika aku tidak menikmati indahnya pulau yang
terletak di tengah laut. Kami berempat naik perahu dengan di iringi ombak-ombak
kecil. Karena hari menjelang maghrib, senja terlihat indah bila di lihat dari
tengah laut. Matahari tenggelam dengan begitu lembut. Ia seolah tahu sedang aku
perhatikan. Pemandangan seperti itu sangat jarang aku temukan.
Setelah satu jam menikmati pemandangan di perahu. Kami berlima
sampai di dermaga utama pulau untung jawa. Karena suasana liburan, pulau itu
terlihat ramai oleh wisatawan. Bahkan ada yang sepertinya dari luar negeri.
Enahlah aku hanya memprediksi dari wajah dan kulitnya yang berbeda dengan
orang-orang indonesia. Kemudian bayangan tentang desta kembali menghantui
Kami berlima sepakat menyewa penginapan. Karena laki-laki
semua, satu kamarpun tak masalah. Yang penting bisa tidur dan bisa ngecharge
handphone. Bayangan tentang desta belum hilang. Aku ingin menelponnya agar bisa
menjelaskan semuanya. Tapi nihil, aku lupa mengisi pulsa. Malas bila harus
mencari tukang pulsa di daerah pulau. Akhirnya aku coba curhat dengan bolu. Aku
curhat mengenai desta. Dan seperti yang kalian tau. Bolu sangat senang bila aku
cemburu. Bolu ingin saingan denganku untuk mendapatkan desta. Kampret...
Meskipun begitu, bolu adalah teman yang baik. bolu sempat
menawarkan handphone-nya untuk aku bisa menelpon desta. Aku menolaknya. Karena
menurutku tidak kondusif juga bila harus membahas hal-hal intim di tengah
keramaian. Aku coba berpikir positive bahwa desta benar tidak apa-apa. Tapi
ketika melihat chat-nya yang terakhir itu sangat mencabik-cabik hatiku. Aku
benar-benar merasa bersalah. Maaf des ~
Esok harinya kami berlima mempunyai jadwal snorkling di
pulau yang berbeda. Namun sebelum itu, kami memancing di sekitaran penginapan.
Kebetulan bang budi menyewa penginapan yang dekat sekali dengan dermaga. Aku
yang belum pernah mancing sebelumnya sempat kaku caranya melempar umpan. Bahkan
aku tidak bisa merakit pancingan. Aku benar-benar buta. Untuk masalah umpan
juga aku tidak bisa memasang umpan dengan benar. Untungnya ada bang budi dan
nopal. Mereka selalu memasangkan umpan kepadaku. Aku senang mempunyai
teman-teman sebaik mereka. Tapi rasanya tidak lengkap jika desta masih marah.
Aku ingin punya desta juga. Karena desta adalah perempuan baik. Aku suka dengan
orang-orang baik.
Memancing adalah kegiatan yang penuh kesabaran. Itulah
definisiku. Karena merasa tidak sabar, aku lontarkan suatu kalimat kepada nopal
“pal, udahan ajalah mancingnya. Ada
ikannya juga kaga” nopal tertawa lalu mencetuskan sebuah kalimat “gigi lu, ini laut ndri bukan empang”.
Entahlah yang aku tau laut itu hanya ada ubur-ubur, gurita, bulu babi, dan
semacamnya. Walaupun ada ikan, mana mungkin ada ikan yang mau di pancing. Itu
yang aku pahami. Kemudian aku di tertawakan oleh bang budi, bang eko, bolu, dan
nopal.
Lalu nopal mengajaku berlomba untuk mendapatkan banyak ikan.
Karena katanya nopal sudah sering dan bisa di bilang ahli dalam kegiatan
mancing-memancing. Aku terima tawaran itu. Meskipun memasang umpan saja tak
bisa, aku nekat berduel dengan nopal. Karena menurut tetanggaku di rumah, “mancing itu bukan masalah teknik, tapi
masalah keberuntungan. Bahkan teorinya enggak ada di buku IPA” aku tertawa
mendengar pernyataan tersebut. Tapi karena kalimat itulah aku jadi berani
beradu dengan nopal. Hasilnya benar. Aku lebih beruntung di banding nopal.
Nopal hanya mendapatakan tiga ikan. Sedangkan aku mendapat sekitar enam atau
tujuh ikan.
“oke ndri gue ngaku
kalah” ujar nopal dengan suara lantang seolah memberitahu pada bang budi,
bolu, dan bang eko.
“hahahahaha” aku
hanya tertawa
Seusai kegiatan mancing-memancing, kami berlima naik perahu
lagi ke pulau yang tidak berpenghuni untuk menjalani kegiatan snorkling.
Pulaunya terlihat seram dari luar. Banyak burung-burung pemakan bangkai yang
beterbangan. Entahlah apa jadinya jika kami berlima liburan di pulau tersebut.
Tapi kata orang setempat pulau tersebut memang di khususkan untuk kegiatan
mancing dan snorkling saja.
Serunya kegiatan snorkling adalah kita bisa melihat
pemandangan di bawah laut dengan menggunakan alat khusus. Jangan khawatir bila
tidak bisa berenang. Karena aku pun termasuk laki-laki yang tidak bisa
berenang. Namun pelampung cukup membantu untuk membuatku mengambang di atas
laut. Pokoknya seru. Melakukan snorkling membuatku lupa dengan rasa bersalah
kepada desta.
Keseruan snorkling akhirnya berakhir karena aku merasa sudah
dingin. Telapak tanganku sudah keriput. Teman-teman pun mengikuti jejakku untuk
mengakhiri snorkling. Entahlah rasanya baru sebentar mengapung di atas laut. Rasanya
baru sebentar memandangi keindahan di bawah laut. Namun waktu menuntun kami
untuk kembali ke penginapan guna membereskan segala barang untuk kembali ke
rumah sebenarnya.
Sesaimpainya dirumah aku tau apa yang harus aku lakukan. Ya,
menelpon desta. Tapi aku takut mengganggunya. Aku takut desta sudah tidur. Karena
aku sampai di rumah pukul 21.00 Alhasil aku coba menchat-nya terlebih dahulu.
“des” chat aku
mulai dengan singkat
“apa” destapun
membalas dengan singkat
“mau tidur apa mau gua
telpon?” tanyaku
“ngapain nelpon?”
desta kelihatan tidak ingin berbicara denganku
“rindu~”
“hahahahaha”
“mau ya gue telpon? Gak
lama kok, sampe lu ketiduran aja” ujarku
“mls, gw lg bt”
balas desta
“makannya ngobrol. Tugas
gue sekarang bikin bt lu ilang” balasku
Kemudian desta tidak membalas. Aku berpikir dia sudah tidur.
Aku malas memikirkan hal-hal yang negatif. Rasanya aku lelah sekali. Tidak lama
aku menunggu balasan desta. Kemudian aku tertidur pulas hingga subuh. Desta belum
juga membalas. Ah kali ini aku menyerah. Aku mulai berpikiran negatif. Desta mungkin
sudah tidak percaya lagi denganku. Desta mungkin sudah enggan untuk bertemu
denganku walau hanya untuk bercerita.
Kocaakkkk pgn ketawa
BalasHapusKocaakkkk pgn ketawa
BalasHapusSilahkan ketawa sepuasnya sayang
Hapus