Kamis, 27 April 2017

Balada Antara Teman Dan Gebetan

Sebelum berangkat berlibur, sebenarnya aku sudah mempunyai janji dengan desta untuk membuat CV ke radio kampus. Desta adalah perempuan baik yang pernah aku ceritakan pada saat aku sedang berjuang untuk amel. Tidak ada sedikitpun niatku untuk membatalkan janji dengan desta. Karena aku pun sudah membawa laptop dan modem untuk mencari referensi CV yang menarik di google bersama desta. Buat yang belum kenal desta bisa baca Di Sini

“ndri kita ke pulau yuk” bang budi tiba-tiba saja mengagetkanku dengan kalimat itu. Bang budi adalah abang terbaik di kampus. Itu penilaianku. Entah jika teman-teman yang lain menilai seperti apa. Dia pernah aku sebut pada saat aku bercerita tentang viona.

“hah? Hari ini bang? Mau ngapain ke pulau?” aku kaget karena pada saat itu masih ada dua mata kuliah yang belum terselesaikan

“iya hari ini, mancing seru ndri” jawab bang budi

“yuk ndri mancing” sambung nopal yang sedari tadi ternyata mendengarkan perbincanganku dengan bang budi. Untuk kalian yang belum kenal dengan nopal disini akan aku sedikit kenalkan. Nopal ini teman kampusku juga. Dia mempunyai kulit yang hitam sepertiku. Walaupun kulitku masih lebih hitam sih. Dia mengaku matanya minus. Aku lupa minus berapa, yang pasti dia selalu menggunakan kacamata pada saat membaca atau melihat rintik hujan yang jatuh. Dia juga teman yang baik. Dia menganggapku teman yang seru. Pernah juga dia frontal mengumumkan bahwa aku adalah alasan tertawanya semua orang. Meskipun aku dan nopal sering berdebat mengenai dunia gamers, tapi kami tidak pernah saling bertengkar. Karena buat apa juga. Sudah besar kok bertengkar. Harusnya kan saling merangkul untuk menuju masa depan. Mungkin itu yang bisa aku jelaskan tentang nopal. Karena jika aku ceritakan secara detail, tulisan ini akan menjadi buku tentang nopal.

“duh gimana nih ya. Kan kita belum kelar kuliah. Masih ada 2 matkul lagi. Lagian pas pulang kuliah nanti gua ada janji sama desta di kampus pusat. Gua mau bikin CV ke radio sama dia” aku coba menjelaskan kepada bang budi dan nopal

“alibi lu ndri. Bikin CV mah gampang. Gue juga belum. Desta pasti ngerti kalo kita mau liburan. Apa gak ajak dia kalo mau.” Bolu menyambar layaknya api terkena bensin. Bolu ini emang kampret. Dia selalu menggampangkan sesuatu hal yang padahal itu sulit buatku. Bolu juga pernah aku ceritakan di cerita sebelumnya.

“gue sih mau banget ngajak dia. Cuma kasianlah gila dia cewek sendiri” aku sewot kepada bolu

“yaudah bilang aja ke dia. Seenggaknya lu udah bilang” lagi ucap bolu

Aku benar-benar bingung pada saat itu. Di satu sisi aku ingin ikut berlibur di pulau bersama bang budi. Karena jujur di pulau itu indah. Banyak hal yang bisa aku lakukan mulai dari memancing sampai ngegodain cewek-cewek pantai. Di sisi yang lain aku tidak enak hati jika harus membatalkan janji dengan desta. Lalu ada sisi tambahan yang mengangguku karena mata kuliah belum usai. Aku malas jika harus nanya-nanya tugas karena bolos. Aku malas jika harus repot karena bolos. Aku benci bolos sejak SMK.

“hayu nih jangan lama mikir” tukas bang budi yang aku tau kalimat itu adalah sindiran untukku.

“bingung gua bang. Pengen ikut tapi gak enak sama desta terus sama dosen” jawabku pada bang budi

“ini kuncinya di lu ndri” timpal bolu lagi

“kalo lu ikut, kita berangkat. Kalo lu enggak. Kita gak jadi liburan” Timpal nopal yang sedari tadi ingin berbicara

Aku hanya diam. Cengar-cengir tidak jelas. Entah seberapa pentingnya aku di kehidupan mereka. Aku enggak ngerti kenapa harus aku yang menjadi kuncinya. Padahal jika berbicara finansial, aku cukup miskin di antara mereka. Aku jarang sekali nraktir ini itu pada mereka. Aku benar-benar bingung dengan teman-temanku di kampus.

“yaudah bang, hayu berangkat” tegasku pada bang budi

“desta gimana?” tanya bolu

“enggak apa apa. Dia pasti ngerti. Desta baik” jawabku tegas

“wedeh bolehan” ejek bang budi

Akhirnya kami berempat serentak keluar kelas.

“weh pada mau kemana nih boyband?” tanya viona. untuk yang belum kenal viona bisa baca Di Sini

“konser di italy” jawabku lantang

Bang budi tertawa, bolu tertawa, nopal tertawa. Dosen skripsi tertawa

Di tengah-tengah perjalanan menuju tangga. Kami berempat berpapasan dengan KA.Prodi jurusan. Benar-benar sial. Semangatku yang tadinya membara kini harus padam karena beliau menyuruh kami berempat untuk masuk ke kelas lagi. Aku lihat dari raut wajah nopal, bolu, dan bang budi yang terlihat lesu juga. Akhirnya kami kembali menuju kelas.

“kata gua geh apa bang, kelarin dulu mata kuliah” ucapku kesal

“takutnya enggak dapet kapal ndri buat nyebrangnya” jawab bang budi

“iya juga sih” jawabku lemas

Akhirnya kami mengikuti mata kuliah terakhir. Seluruh penghuni kelas sepertinya meledek kami pelan. Sempat terdengar kalimat “yang mau konser gak jadi ya” itu terdengar seperti suara viona. Aku sangat yakin. Tapi kami berempat hanya diam dan mendengarkan dosen berkhotbah. Sempat ada niatan untuk kabur di jam istirahat. Tapi sekali lagi aku sangat tidak setuju dengan niatan tersebut. Rasanya seperti sudah lewat masa-masa di mana bolos di jadikan hobby. Ya cukup di masa SMP saja. Bukan takut terhadap dosen, tapi ini lebih ke arah tanggung jawabku sebagai mahasiswa. Rasa sayang terhadap uang bayaran yang mahal masih menguatkanku untuk tidak berbuat semena-mena menjadi mahasiswa.

Aku ingin mengabari desta pada saat itu. Aku ingin membuat kalimat minta maaf. Aku ingin membuat kalimat yang berisi pembatalan rencana. Namun rasanya sangat sulit. Meski aku tau desta belum resmi menjadi pacarku, tapi aku enggan membuatnya kecewa. Aku ingin terus membuatnya tertawa dan bahagia. Aku termotivasi dari dilan. Sikap dilan kepada lia adalah sikap laki-laki sejati menurutku. Akupun ingin menjadi laki-laki sejati untuk desta. Meski aku tau desta tak menaruh rasa terhadapku, namun aku yakin jika aku selalu membuatnya bahagia, lama-lama ia akan merasa nyaman.

Setelah melalui jam demi jam akhirnya mata kuliah berakhir. Aku merasa lega. Karena setidaknya satu beban sudah jatuh begitu saja. Di dalam pikiranku sekarang perihal desta dan liburan. Aku harus memilih salah satunya. Karena jika memilih desta aku pasti akan mengecewakan teman-teman, terutama bang budi. Tapi jika aku memilih teman-teman, desta mungkin akan kecewa. Meskipun hanya sekedar kemungkinan, aku tetap tidak ingin desta kecewa.

“gua bilangnya gimana nih bang ke desta?” aku coba berkonsultasi dengan bang budi

“gimana ya? Bilang aja mau liburan bareng temen-temen. Bikin CV-nya minggu depannya lagi” jawab bang budi

“hmmm gua coba dah”

“yaudah coba. Gua mau ngambil pancingan sama si nopal ya” bang budi pamit

Kemudian aku pergi ke gerbang kampus. Aku coba memikirkan kalimat utama untuk memulai chat dengan desta. Akhirnya terpikirlah satu kalimat yang agak garing.

“dah pulang blm des?” aku kirim kalimat itu

“kenapa ndri?” desta membalas

“gak jadi aja ya bikin Cvnya. Haha” aku kirim kalimat itu dengan penuh ragu. Aku sudah berpikir desta akan marah besar dan ngambek sampai sebulan

“kenapa? Lu mau main?” balasan desta sontak membuatku yakin bahwa dia benar-benar akan ngambek selama sebulan.

“lunya udah balik blm?” tanyaku

“setengah 4. Hehe jadi juga gpp sih” balasan desta lagi-lagi menegaskan kekecewaan. Aku benar-benar ingin menemui desta dan menjelaskan semuanya. Huft

“gue lebih ke arah ngantuk sih des” aku coba beralasan

“samaaaaa” balas desta

“yaudah balik aja. Hahahaha” balasku dengan ketawa palsu. Sejujurnya aku sedih des.

“yasuddddd” balas desta

“tapi gue udah bawa laptop sama modem des. Berasa mubazir kalo gak jadi” balasanku terlihat memberi harapan. Aku menyesal mengirimkan kalimat tersebut

Desta tak membalas. Akhirnya bang budi datang bersama nopal.

“gimana?” tanya bang budi

“gua ngantuk pal” jawabku

“parah, gua mah udah beliin pancingan buat lu” nopal kelihatan kecewa

“hah? Lagian ngapain di beliin? Guanya ngantuk pal. Hehe” jawabku cengar-cengir

“doamatlah kecewa gua kalo lu balik” nopal kelihatan marah. Begitu juga bang budi. Mukanya masam terhadapku pada saat itu.

“iya tuh si andri alibi bngt mau balik terus. Gue ajak ke MCD juga gak mau” lagi timpal bolu di tengah suasana panas itu.

Tadinya niatku adalah pergi menemui desta. Aku ingin menjelaskan dulu kepada desta terkait pembatalan janji itu. Namun nopal dan bang budi kelihatan marah besar. Aku makin kacau dan makin bingung. Andai aku bisa membuat bunsin seperti naruto. Mungkin sudah aku buat untuk desta dan bang budi. Namun akhirnya aku berangkat dengan teman-teman. itupun dengan terpaksa Kami berempat kedatangan teman baru, namanya eko. Dia temannya bang budi. Bisa di bilang teman dekat. Karena umurnya lebih tua dari bang budi, aku, bolu, dan nopal sepakat memangginya bang eko. Bang eko ini tidak kuliah. Tapi pengalaman dia sangat segudang di dunia pergunungan atau laut. Dia pernah aktif di sebuah komunitas pecinta alam sampai pada akhirnya dia keluar karena harus menghidupi anak istrinya. Di dalam perjalanan aku selalu bergumam dalam hati “maafin gua des” terus seperti itu sampai di dermaga.

“lu kenapa sih ndri keliatan gak bahagia gitu” tanya bolu di dermaga

“gpp. Gua mau bilang ortu dulu” jawabku jutek

Sebelum mengabari orang tua. Aku membuka pesan desta yang belum terbaca sekitar 15 menit yang lalu. “hmmm gue balik nih”

“gue udah di pantai. Ehe” balasku singkat

“haha” desta membalas. Aku paham itu adalah ketawa palsu.

“maafin ya des” balasku dengan penuh kegalauan

“iya ndri” balas desta

“gak enak bngt des”

“gak enak apa?

“udah janji bikin cv sama lu”

“gapapa” balasan desta hanya aku baca. Aku bingung harus membalas apa. Desta kelihatan sudah sangat kecewa. Kemudian aku menelpon orang tua bahwa aku akan menginap di sebuah pulau yang terletak di jakarta

Aku coba berusaha untuk tidak terlihat kacau. Aku ingin terlihat baik-baik saja. Biar bagaimanapun aku sudah kecemplung di dalam suasana liburan. Rasanya juga rugi jika aku tidak menikmati indahnya pulau yang terletak di tengah laut. Kami berempat naik perahu dengan di iringi ombak-ombak kecil. Karena hari menjelang maghrib, senja terlihat indah bila di lihat dari tengah laut. Matahari tenggelam dengan begitu lembut. Ia seolah tahu sedang aku perhatikan. Pemandangan seperti itu sangat jarang aku temukan.

Setelah satu jam menikmati pemandangan di perahu. Kami berlima sampai di dermaga utama pulau untung jawa. Karena suasana liburan, pulau itu terlihat ramai oleh wisatawan. Bahkan ada yang sepertinya dari luar negeri. Enahlah aku hanya memprediksi dari wajah dan kulitnya yang berbeda dengan orang-orang indonesia. Kemudian bayangan tentang desta kembali menghantui
Kami berlima sepakat menyewa penginapan. Karena laki-laki semua, satu kamarpun tak masalah. Yang penting bisa tidur dan bisa ngecharge handphone. Bayangan tentang desta belum hilang. Aku ingin menelponnya agar bisa menjelaskan semuanya. Tapi nihil, aku lupa mengisi pulsa. Malas bila harus mencari tukang pulsa di daerah pulau. Akhirnya aku coba curhat dengan bolu. Aku curhat mengenai desta. Dan seperti yang kalian tau. Bolu sangat senang bila aku cemburu. Bolu ingin saingan denganku untuk mendapatkan desta. Kampret...

Meskipun begitu, bolu adalah teman yang baik. bolu sempat menawarkan handphone-nya untuk aku bisa menelpon desta. Aku menolaknya. Karena menurutku tidak kondusif juga bila harus membahas hal-hal intim di tengah keramaian. Aku coba berpikir positive bahwa desta benar tidak apa-apa. Tapi ketika melihat chat-nya yang terakhir itu sangat mencabik-cabik hatiku. Aku benar-benar merasa bersalah. Maaf des ~

Esok harinya kami berlima mempunyai jadwal snorkling di pulau yang berbeda. Namun sebelum itu, kami memancing di sekitaran penginapan. Kebetulan bang budi menyewa penginapan yang dekat sekali dengan dermaga. Aku yang belum pernah mancing sebelumnya sempat kaku caranya melempar umpan. Bahkan aku tidak bisa merakit pancingan. Aku benar-benar buta. Untuk masalah umpan juga aku tidak bisa memasang umpan dengan benar. Untungnya ada bang budi dan nopal. Mereka selalu memasangkan umpan kepadaku. Aku senang mempunyai teman-teman sebaik mereka. Tapi rasanya tidak lengkap jika desta masih marah. Aku ingin punya desta juga. Karena desta adalah perempuan baik. Aku suka dengan orang-orang baik.

Memancing adalah kegiatan yang penuh kesabaran. Itulah definisiku. Karena merasa tidak sabar, aku lontarkan suatu kalimat kepada nopal “pal, udahan ajalah mancingnya. Ada ikannya juga kaga” nopal tertawa lalu mencetuskan sebuah kalimat “gigi lu, ini laut ndri bukan empang”. Entahlah yang aku tau laut itu hanya ada ubur-ubur, gurita, bulu babi, dan semacamnya. Walaupun ada ikan, mana mungkin ada ikan yang mau di pancing. Itu yang aku pahami. Kemudian aku di tertawakan oleh bang budi, bang eko, bolu, dan nopal.

Lalu nopal mengajaku berlomba untuk mendapatkan banyak ikan. Karena katanya nopal sudah sering dan bisa di bilang ahli dalam kegiatan mancing-memancing. Aku terima tawaran itu. Meskipun memasang umpan saja tak bisa, aku nekat berduel dengan nopal. Karena menurut tetanggaku di rumah, “mancing itu bukan masalah teknik, tapi masalah keberuntungan. Bahkan teorinya enggak ada di buku IPA” aku tertawa mendengar pernyataan tersebut. Tapi karena kalimat itulah aku jadi berani beradu dengan nopal. Hasilnya benar. Aku lebih beruntung di banding nopal. Nopal hanya mendapatakan tiga ikan. Sedangkan aku mendapat sekitar enam atau tujuh ikan.

“oke ndri gue ngaku kalah” ujar nopal dengan suara lantang seolah memberitahu pada bang budi, bolu, dan bang eko.

“hahahahaha” aku hanya tertawa
Seusai kegiatan mancing-memancing, kami berlima naik perahu lagi ke pulau yang tidak berpenghuni untuk menjalani kegiatan snorkling. Pulaunya terlihat seram dari luar. Banyak burung-burung pemakan bangkai yang beterbangan. Entahlah apa jadinya jika kami berlima liburan di pulau tersebut. Tapi kata orang setempat pulau tersebut memang di khususkan untuk kegiatan mancing dan snorkling saja.

Serunya kegiatan snorkling adalah kita bisa melihat pemandangan di bawah laut dengan menggunakan alat khusus. Jangan khawatir bila tidak bisa berenang. Karena aku pun termasuk laki-laki yang tidak bisa berenang. Namun pelampung cukup membantu untuk membuatku mengambang di atas laut. Pokoknya seru. Melakukan snorkling membuatku lupa dengan rasa bersalah kepada desta.

Keseruan snorkling akhirnya berakhir karena aku merasa sudah dingin. Telapak tanganku sudah keriput. Teman-teman pun mengikuti jejakku untuk mengakhiri snorkling. Entahlah rasanya baru sebentar mengapung di atas laut. Rasanya baru sebentar memandangi keindahan di bawah laut. Namun waktu menuntun kami untuk kembali ke penginapan guna membereskan segala barang untuk kembali ke rumah sebenarnya.

Sesaimpainya dirumah aku tau apa yang harus aku lakukan. Ya, menelpon desta. Tapi aku takut mengganggunya. Aku takut desta sudah tidur. Karena aku sampai di rumah pukul 21.00 Alhasil aku coba menchat-nya terlebih dahulu.

“des” chat aku mulai dengan singkat

“apa” destapun membalas dengan singkat

“mau tidur apa mau gua telpon?” tanyaku

“ngapain nelpon?” desta kelihatan tidak ingin berbicara denganku

“rindu~”

“hahahahaha”

“mau ya gue telpon? Gak lama kok, sampe lu ketiduran aja” ujarku

“mls, gw lg bt” balas desta

“makannya ngobrol. Tugas gue sekarang bikin bt lu ilang” balasku


Kemudian desta tidak membalas. Aku berpikir dia sudah tidur. Aku malas memikirkan hal-hal yang negatif. Rasanya aku lelah sekali. Tidak lama aku menunggu balasan desta. Kemudian aku tertidur pulas hingga subuh. Desta belum juga membalas. Ah kali ini aku menyerah. Aku mulai berpikiran negatif. Desta mungkin sudah tidak percaya lagi denganku. Desta mungkin sudah enggan untuk bertemu denganku walau hanya untuk bercerita. 

3 komentar: