Jumat, 09 Juni 2017

Erna Always a First Love

Akhir-akhir ini Erna sering hadir di dalam mimpiku. Entahlah, ini cobaan atau aku yang sedang rindu-rindunya. Mimpi itu seolah nyata. Aku dapat kembali melihat senyumnya, tawanya, bahkan nyengirnya Erna terlihat jelas. Di dalam mimpi itu Erna masih tetap baik walau kami sudah tidak lagi berada dalam ikatan yang bErnama “pacaran”. Beberapa bulan yang lalu pun aku di unfollow Erna. Entah apa alasannya, mungkin Erna tidak ingin pacarnya tau bahwa aku sering memperhatikannya.
Padahal jauh sebelum itu, Erna memfollback akun instagramku tanpa harus aku minta. Aku rasa Erna sudah melupakan kejadian putus yang 4 tahun lalu teah terjadi. Nyatanya mungkin Erna masih teringat, kenangan bersamaku masih membekas. Erna yang menganggapku terlalu baik malah berujung minder sendiri. Aku aneh dengan pemikiran Erna. Biar aku ceritakan kenapa aku bisa putus dengan Erna.

Pada saat itu, hubunganku memang terbilang selalu berguncang. Dari PDKT tepatnya. Hubungan kami selalu banyak perdebatan. Erna selalu membahas teman-temanku, Erna selalu membandingkan dirinya sendiri dengan mantanku, Erna selalu merasa jahat karena sikapku yang terlalu baik. Entahlah meskipun Erna begitu, ia tetaplah first love di dalam hidup ini.

Waktu itu, aku sangat menyukainya. Ia sangat bisa mengimbangi wawasanku bila beradu argumen. Erna bisa di bilang pintar. Hanya saja dia malas. Dia selalu meminta solusi kepadaku untuk mengatasi rasa malasnya. Sampai akhirnya aku sangat-sangat nyaman bila chat dan ngobrol dengannya. Menyinggung pada paragram sebelumnya, aku pun mulai terus mencari cara meyakinkan Erna bahwa teman-temanku ya hanya teman-teman. kemudian mantanku hanyalah sebatas mantan. Aku terus meyakinkan Erna sampai akhirnya kami bisa membuat hubungan berpacaran.

Aku berpikir setelah pacaran Erna jadi bisamerubah mengenai pandangannya. Nyatanya tidak. Selang seminggu usia pacaran berjalan Erna tetap membahas apa yang sudah di bahas. Erna selalu mencari cara untuk ngambek.

“ndry kenapa sih lu mau sama gua? Padahalkan gua aja banyak musuhnya. Termasuk temen-temen lu.” Chat dari Erna ketika hubungan sedang baik-baik saja. Jujur Erna memang sangat di benci oleh teman-temanku di masa SMP. Pasalnya, Erna adalah cewek yang genit. Dari rumor yang beredar Erna pErnah kepergok sedang berpelukan dengan pacarnya di sekolah. Karena cinta itu buta, aku tidak mempercayai hal itu. Pasalnya aku juga tidak pErnah melihat dengan mataku sendiri. Yang aku lihat teman-temannyalah yang suka pecicilan. Disini aku tidak membela Erna. Memang begitu nyatanya. Aku juga kenal Erna setelah SMK kelas 3. Di masa SMP aku alah tidak terlalu memperhatikan Erna. Karena pada saat itu aku juga sedang berpcaran dengan salah satu teman kelasku. Yang aku tau, geng dia memang sangat pecicilan. Tentang Erna, aku sangat-sangat buta.

“kenapa ya? Susah sih kalo di jelasin. Intinya gua kalo deket sama lu rasanya nyaman. Gua berasa lengkap aja gitu. Hehe” jawabku via chat.

“iya kalo deket nyaman. Kalo jauh gimana? Khawatir kan? Gua kan orangnya genit ndry, pecicilan, gua gak pantes buat lu? ;((“ balas Erna

“lah kenapa jadi kaya mau putus gini sih? Baru aja pacaran seminggu” balasku

“lu balikan aja ndry sama mantan lu. Gua gpp ;))” balas Erna

“Lah? Ya gamau. Pain. Gua sayangnya sama lu” balasku

“kalo sayang sama gua ikutin apa yang gua suruh ;))” balas Erna menjengkelkan

“yaudah gua mau tidur dulu. Ngantuk. Night bebep” balasku

Kemudian Erna tidak membalas. Aku terpaksa melakukan hal itu agar Erna bisa tenang, berpikir ulang, bahwa apa yang dia lakukan sangat menjengkelkan. Aku tidak mungkin memarahinya. Aku paham dengan perasaan perempuan yang sangat sensitif. Aku tidak ingin melukai hati Erna. Besoknya Erna mengirimkan chat pagi-pagi sekali. Kalau tidak salah setelah aku solat subuh.

“ndry” chat Erna sampai. Jujur aku senang di chat Erna. Karena biar bagaimanapun aku sangat menyayanginya.

“iya er” balasku singkat juga seolah mennyembunyikan rasa senang

“kangennnnnnnn. Lu jgn balikan sama mantan ya ;((“ balasan Erna membuatku senang

“hahahaha iya enggak idih. Kan semalem udah gua bilang gak mau” balasku sambil senyum-senyum

“huhuhuhu andryyyy gua sayang lu ;(((“ balas Erna

“iya gua juga sayang lu. Udah jangan sedih. Mandi sana siap-siap sekolah. Semangat sayang” balasku alay

“hahaha iya yang. Lu kok gak marah sih?” balas Erna

“Lah ngapain marah sama anak kecil? Nanti juga kalo lu udah dewasa bakal paham. Hahahaha” Balasku

“baiknya pacar gua. Love you ndry :*”

“love you too. Udah sana mandi :*” balasku

Erna memang selucu itu. Jika hubungan sedang baik-baik saja, ia selalu mengeluarkan jurus tersebut. Namun dengan caraku memberikan perhatian, pengertian, pemahaman, Erna selalu meminta maaf dan menganggapku laki-laki paling sabar dalam menghadapinya. Namun Erna salah. Aku juga manusia. Kadang jenuh bila harus sabar, sabar, dan sabar terus. Di usia hubungan kami yang hampir genap setahun, aku menemukan prempuan lain. Ia lebih baik dari Erna. Pikirku, jika aku berpacaran dengan perempuan itu, aku jadi bisa tenang. Aku tidak usah repot-repot lagi memberikan jawaban ketika Erna sedang kambuh. Sebelas bulan menghadapi sifat Erna yang begitu, aku lama-lama lelah juga.

Akhirnya setelah berpikir panjang kali luas alas, aku ingin mengakhiri hubungan bersama Erna. Tapi aku tidak ingin bilang terlebih dahulu, aku menunggu pada saat sifat Erna keluar. Aku sudah hafal, setiap sebulan dua kali, Erna selalu mengeluarkan sifat jeleknya itu. Kebetulan saat itu adalah minggu kedua. Yaps, itu berarti Erna akan mengelurkan jurus mautnya agar membuatku lelah.

“ndry, udalah lu balikan aja sama mantan lu. Gua mah Cuma bikin lu capek doang ;((“ chat Erna mulai membebani otak

“bener nih? Nanti lu kangen lagi. Hahahaha” balasku

“enggak skrg mah. ;’)” balas Erna singkat

“oh yaudah kalo itu mau kamu” balasku

“;(( ;(( ;(( ;(( ;((“ balas Erna emoticon doang. Tentu ini membuatku bingung

“knp?” balasku singkat

“kok lu bilang iya? Biasanya enggak, biasanya nahan-nahan gue kalo mau putus. Huaaaaaaaaa ;(((“ balas Erna kelihatan sedih

“capek er, udah mau setahun loh. Lu gak berubah juga. Gua juga lama-lama capek. Gimana? Coba deh kita balik posisi kita” balasku geram

“yaudah kalo andry capek. Mungkin ini udah saatnya putus :’)” balasnya

“kan kamu yang nyuruh-nyuruh aku balikan sama mantan terus. Aku bilang enggak, kamu maksa. Aku bilang iya kamu sedih. Gimana??????????” balasku dengan pikiran tidak karuan

“semoga bahagia ya :”)” balas Erna

“Erna juga ;)))” balasku

Kemudian chat malam itu berakhir. Jujur aku galau. Aku harus melepaskan cinta pertamaku. Aku harus melepaskan orang yang aku sayang dan akan di ambil oleh orang lain. Belajarku jadi tidak semangat. Bahkan teman-temanpun merasakan bahwa aku sedang berada di titik yang kacau. Namun aku selalu menegaskan pada teman-teman di sekolah bahwa aku “tidak apa-apa”. Tiga hari kemudian, Erna kembali menghubungiku via chat.

“andryyyyy kangennnnnn ;(((” chat Erna mewarnai hatiku kembali

“samaaaaaaaaaaa ;((“ balasku

“bohong, kok gak ngechat aku ;((((” balas Erna

“eh sibuk sama tugas akhir sekolah ;((((“ balasku dengan beralasan

“yaudah good luck ya :’’’)” balas Erna

“gak mau ketemu?” balasku


Kemudian Erna tak membalas. Tak kusangka itu adalah chat terakhir dari Erna. Berbulan-bulan berlalu sampai akhirnya aku mendapat kabar bahwa Erna sudah mempunyai pacar baru. sementara aku, aku masih setia dengan status jomblo. Soal perempuan baru yang aku kenal, nyatanya ia tak seasik Erna, ia malah lebih garing, gurih, dan krenyes. Namun tetap saja ada perasaan tenang walau tercampur galau. Tenang karena hati ini tidak usah lelah lagi menghadapi sifat Erna. Galau karena cinta pertamaku akhirnya telah di miliki pria lain. Sampai saat ini aku masih enggan untuk berinteraksi dengannya walau hanya via chat. Jujur aku selalu mempunyai rasa yang beda ketika sudah chat dengan Erna. Ada rasa yang hadir kembali. Ah Erna aku sebenarnya rindu. Namun karena dia sudah meng-unfollow akunku. Aku juga membalas perbuatannya. Sekarang akunnya di gembok. Hahahaha mungkin benar, mantan hanya indah untuk di kenang, bukan di ulang. Aku selalu tersenyum sendiri saat mengingat masa-masa indah bersama Erna. Ada sedikit rasa ingin mengulang ke masa itu. Namun logika kembali mengalahkan rasaku. Sudah bukan masanya. Sekarang malah lebih rumit di tambah aku dan Erna harus bekerja sambil kuliah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar