PDKT
atau pendekatan atau P D K T atau biasa orang menyebutnya PDKT. Banyak hal yang
dapat dilakukan dalam masa PDKT. Diantaranya adalah ngajak makan, ngajak ke
tampat wisata, atau ngajak nonton film bokep di bioskop. Pokoknya
macem-macem deh. Dari banyak pilihan yang ada, gue pilih satu. Yaps ngajak ke
rumah ketika rumah kosong di tinggal keluarga kondangan. Yeahhhhh..............
Oke
skip gue bercanda....
Bagi
seorang cowok, yang namanya PDKT (pendekatan) itu sangat krusial. Karena
menurut gue, (gue kan cowok) PDKT-lah yang menentukan sebuah hubungan bakal
goals atau tidak. Seperti halnya dengan hidangan kuliner. PDKT ini ibarat
tampilannya. Kalo tampilannya bagus mungkin orang sudah tidak sabar untuk
mencicipi rasanya. Pun sama dengan PDKT, kalo PDKT-nya bagus pasti si cewek enggak
sabar buat nunggu si cowok menyatakan cinta. Bener kan ya? Koreksi deh kalo
salah.
Beberapa
waktu yang lalu, gue kenal dengan perempuan baik lainnya. Arina. Karena kami
berkenalan hanya via chat bbm. Lahirlah sebuah ide cemerlang gue untuk
mengajaknya bertemu. Dan tentunya nonton. Dan lagi sudah barang tentu kami
menonton film horror. Meski gue belum tau genre film apa yang arina suka. Tapi
gue emang hendak mengajaknya menonton film horror. Karena film horror ini
mengajarkan bahwa pelukan adalah salah satu hal paling sederhana untuk
menenangkan hati. Halah.....
Arina
sama sibuknya seperti gue. Dia kuliah sambil bekerja. Bagi mahasiswa yang
tengah berada di kelas karyawan, kata “weekend” terhapus dengan sendirinya di
kehidupan gue dan arina. Karena weekend adalah tempat untuk kami belajar,
belajar, dan belajar. Dengan keadaan waktu yang sulit seperti itu, untungnya
kami kenal pas libur semester. Jadi masih ada waktu untuk bertemu walau hanya
sekedar menjalin kemistri di antara kita.
Tepatnya
hari minggu. Kami bertemu di sebuah tempat yang telah di sepakati. Karena gue
emang belum tau keberadaan rumahnya arina dimana. Siang itu warna birunya
langit tampak jelas terlihat oleh mata. Tidak ada tanda-tanda akan hujan jika
kami bepergian, walau jauh sekalipun. Di tambah dengan angin yang begitu
kencang berhembus membuat siang kami pada saat
itu....................................................... tetap panas.
Seperti
manusia-manusia pada umumnya. Di kencan pertama ini gue dan arina masih
kelihatan malu-malu kampret. Meski banyak yang ingin gue tanyakan, gue tetap
menutup mulut rapat-rapat. Begitupun sebaliknya, ketika gue tatap, arina hanya
tersenyum seolah memberikan kode untuk di tanya terlebih dahulu. Dasar
perempuan.....
Gue
bingung dengan kalimat apa gue membuka suatu obrolan karena arina terlihat
feminim sekali. Berbeda dengan perempuan lain yang pernah gue deketin. Kenapa
gue bisa tau kalo arina ini feminim? Ya gue liat dia memakai kerudung pink.
Warna pink gue artikan sebagai “perempuan
bangettt”. Tapi akhirnya setelah kurang lebih 1 jam diem-dieman kaya orang
lagi sariawan, gue menemukan sebuah pertanyaan basi yang bisa gue lemparkan ke
arina.
“Yin, sebelumnya udah
pernah nonton film horror belum?” pertanyaan basi gue
akhirnya keluar di sela-sela penantian kami sampai pintu teater dibuka
“emmm pernah sih bang,
Cuma kan di laptop. Jadi kalo setannya keluar aku cepetin aja”
arina nyengir
Gue
hanya tertawa sambil menyodorkan es krim ke arina “nih es krim kesukaan kamu. Biar enggak deg-degan”
“aaaaaaa suapin” arina
manja
Akhirnya
gue nyuapin es krim itu sampai habis. Romantis.......
Jujur
ini pertama kalinya gue nyuapin perempuan. Biasanya, tiap kali gue mau nyuapin
sesuatu kepada perempuan. Hasilnya tragis. Contoh pada saat itu gue ingin
sekali nyuapin roti bakar kepada erna. Tapi erna berkata “apaan sih andri. Gak usah di suapin. Aku bukan anak kamu” jlebbbb
setelah kejadian itu gue trauma nyuapin cewek sampai pada akhirnya mengenal
arina.
Kebetulan
saat itu film horror yang sedang booming adalah “don’t breathe”. Film yang berkisah tentang seorang mantan tentara
yang buta ini memang enggak ada adegan setannya. Gue menjelaskannya juga pada
arina. Tujuannya sih sederhana. Agar arina tidak deg-degan (untung gue baca
sinopsisnya). Yang gue lihat dari raut wajahnya saat itu arina tidak tampak
takut. Justru raut wajahnya menandakan bahwa dirinya siap. Bahkan kami sempat
foto-foto alay sambil menunggu. Dan yang paling membuat gue bahagia adalah pada
saat bersama gue, arina sangat menikmati. Dia terus memberikan kode agar selalu
di tanya. Tangannya selalu berpegang erat dengan tangan gue. Handphonenya ia
masukan ke dalam tas. Ini benar-benar pertanda bahwa arina adalah seorang
single. Singelilah. Hehehe....
Sikap
arina masih tak berubah ketika masuk di bioskop. Dia tetap ingin gue nyuapin es
krim kesukaannya sampai habis. Ya kebetulan gue emang menyelundupkan es krim
sebanyak-banyaknya agar arina enggak aus dan kelaparan. Tangan dia masih fokus
terhadap tangan gue. genggamannya membuat gue mengucap syukur “alhamdulillah, tangan gue udah bukan lagi
jadi rumahnya laba-laba”. Jujur gue sangat senang dengan sikap arina yang
seperti ini. Sikapnya yang manja membuat gue bergairah untuk memanjakannya. Sebagai
pria sejati, bapak gue pernah berpesan “cewek
tuh paling suka di bikin seneng ndri. Cara bikin senengnya cuma satu. Manjain aja”
kalimat itu selalu tergiang di telinga gue sampai saat ini. Dan saat ini juga
gue bisa mengaplikasikannya kepada arina.
“yin liat deh
kakek-kakeknya. Masa berotot gitu sih?” tanya gue ketika filnya
mulai
“ya namanya juga mantan
tentara bang” arina menimpali dan tentunya berbisik
“kalo mantan kamu berotot
enggak?” tanya gue keceplosan
“ah abang apaan sih?”
arina nyengir
Gue
pun cekikikan ketawa kecil ketika film sedang di putar sampai akhirnya penonton
di samping gue melototin kami berdua.
Pokoknya
hari itu sangat indah. Gue dan arina sama-sama paham tentang bagaimana cara
membuat nyaman, bagaimana cara membuat senang, dan bagaimana cara membuat indah
kebersamaan. Kami juga paham tentang perihal saling menghangatkan. Arina benar-benar
perempuan baik yang di utus Tuhan untuk menggantikan erna di ingatan gue.
Seindah
apaun kebersamaan, secerah apapun mentari siang. Semuanya akan patuh pada waktu
yang terus berputar. Tidak terasa sekali moment bersama arina akhirnya sampai
pada waktu malam. Tidak sampai larut akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Sampai
dirumahnya, arina tak lupa memberi senyum manis ketika gue hendak pulang. Tak lupa
uacpan terima kasih ia lontarkan ketika gue mulai menjauh menghilang menuju
pulang.
To
be continue.................................
Aaaa..... lanjutin...
BalasHapusSabar ya
HapuspDkT part 2 tentang dia lagi kah :D
BalasHapusbegitulah kiranya kisanak. hehehe
Hapus