Senin, 19 September 2016

P D K T (Part 1)

PDKT atau pendekatan atau P D K T atau biasa orang menyebutnya PDKT. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam masa PDKT. Diantaranya adalah ngajak makan, ngajak ke tampat wisata, atau ngajak nonton film bokep di bioskop. Pokoknya macem-macem deh. Dari banyak pilihan yang ada, gue pilih satu. Yaps ngajak ke rumah ketika rumah kosong di tinggal keluarga kondangan. Yeahhhhh..............

Oke skip gue bercanda....


Bagi seorang cowok, yang namanya PDKT (pendekatan) itu sangat krusial. Karena menurut gue, (gue kan cowok) PDKT-lah yang menentukan sebuah hubungan bakal goals atau tidak. Seperti halnya dengan hidangan kuliner. PDKT ini ibarat tampilannya. Kalo tampilannya bagus mungkin orang sudah tidak sabar untuk mencicipi rasanya. Pun sama dengan PDKT, kalo PDKT-nya bagus pasti si cewek enggak sabar buat nunggu si cowok menyatakan cinta. Bener kan ya? Koreksi deh kalo salah.

Beberapa waktu yang lalu, gue kenal dengan perempuan baik lainnya. Arina. Karena kami berkenalan hanya via chat bbm. Lahirlah sebuah ide cemerlang gue untuk mengajaknya bertemu. Dan tentunya nonton. Dan lagi sudah barang tentu kami menonton film horror. Meski gue belum tau genre film apa yang arina suka. Tapi gue emang hendak mengajaknya menonton film horror. Karena film horror ini mengajarkan bahwa pelukan adalah salah satu hal paling sederhana untuk menenangkan hati. Halah.....

Arina sama sibuknya seperti gue. Dia kuliah sambil bekerja. Bagi mahasiswa yang tengah berada di kelas karyawan, kata “weekend” terhapus dengan sendirinya di kehidupan gue dan arina. Karena weekend adalah tempat untuk kami belajar, belajar, dan belajar. Dengan keadaan waktu yang sulit seperti itu, untungnya kami kenal pas libur semester. Jadi masih ada waktu untuk bertemu walau hanya sekedar menjalin kemistri di antara kita.

Tepatnya hari minggu. Kami bertemu di sebuah tempat yang telah di sepakati. Karena gue emang belum tau keberadaan rumahnya arina dimana. Siang itu warna birunya langit tampak jelas terlihat oleh mata. Tidak ada tanda-tanda akan hujan jika kami bepergian, walau jauh sekalipun. Di tambah dengan angin yang begitu kencang berhembus membuat siang kami pada saat itu....................................................... tetap panas.

Seperti manusia-manusia pada umumnya. Di kencan pertama ini gue dan arina masih kelihatan malu-malu kampret. Meski banyak yang ingin gue tanyakan, gue tetap menutup mulut rapat-rapat. Begitupun sebaliknya, ketika gue tatap, arina hanya tersenyum seolah memberikan kode untuk di tanya terlebih dahulu. Dasar perempuan.....

Gue bingung dengan kalimat apa gue membuka suatu obrolan karena arina terlihat feminim sekali. Berbeda dengan perempuan lain yang pernah gue deketin. Kenapa gue bisa tau kalo arina ini feminim? Ya gue liat dia memakai kerudung pink. Warna pink gue artikan sebagai “perempuan bangettt”. Tapi akhirnya setelah kurang lebih 1 jam diem-dieman kaya orang lagi sariawan, gue menemukan sebuah pertanyaan basi yang bisa gue lemparkan ke arina.

“Yin, sebelumnya udah pernah nonton film horror belum?” pertanyaan basi gue akhirnya keluar di sela-sela penantian kami sampai pintu teater dibuka

“emmm pernah sih bang, Cuma kan di laptop. Jadi kalo setannya keluar aku cepetin aja” arina nyengir

Gue hanya tertawa sambil menyodorkan es krim ke arina “nih es krim kesukaan kamu. Biar enggak deg-degan”

“aaaaaaa suapin” arina manja

Akhirnya gue nyuapin es krim itu sampai habis. Romantis.......

Jujur ini pertama kalinya gue nyuapin perempuan. Biasanya, tiap kali gue mau nyuapin sesuatu kepada perempuan. Hasilnya tragis. Contoh pada saat itu gue ingin sekali nyuapin roti bakar kepada erna. Tapi erna berkata “apaan sih andri. Gak usah di suapin. Aku bukan anak kamu” jlebbbb setelah kejadian itu gue trauma nyuapin cewek sampai pada akhirnya mengenal arina.

Kebetulan saat itu film horror yang sedang booming adalah “don’t breathe”. Film yang berkisah tentang seorang mantan tentara yang buta ini memang enggak ada adegan setannya. Gue menjelaskannya juga pada arina. Tujuannya sih sederhana. Agar arina tidak deg-degan (untung gue baca sinopsisnya). Yang gue lihat dari raut wajahnya saat itu arina tidak tampak takut. Justru raut wajahnya menandakan bahwa dirinya siap. Bahkan kami sempat foto-foto alay sambil menunggu. Dan yang paling membuat gue bahagia adalah pada saat bersama gue, arina sangat menikmati. Dia terus memberikan kode agar selalu di tanya. Tangannya selalu berpegang erat dengan tangan gue. Handphonenya ia masukan ke dalam tas. Ini benar-benar pertanda bahwa arina adalah seorang single. Singelilah. Hehehe....

Sikap arina masih tak berubah ketika masuk di bioskop. Dia tetap ingin gue nyuapin es krim kesukaannya sampai habis. Ya kebetulan gue emang menyelundupkan es krim sebanyak-banyaknya agar arina enggak aus dan kelaparan. Tangan dia masih fokus terhadap tangan gue. genggamannya membuat gue mengucap syukur “alhamdulillah, tangan gue udah bukan lagi jadi rumahnya laba-laba”. Jujur gue sangat senang dengan sikap arina yang seperti ini. Sikapnya yang manja membuat gue bergairah untuk memanjakannya. Sebagai pria sejati, bapak gue pernah berpesan “cewek tuh paling suka di bikin seneng ndri. Cara bikin senengnya cuma satu. Manjain aja” kalimat itu selalu tergiang di telinga gue sampai saat ini. Dan saat ini juga gue bisa mengaplikasikannya kepada arina.

“yin liat deh kakek-kakeknya. Masa berotot gitu sih?” tanya gue ketika filnya mulai

“ya namanya juga mantan tentara bang” arina menimpali dan tentunya berbisik

“kalo mantan kamu berotot enggak?” tanya gue keceplosan

“ah abang apaan sih?” arina nyengir

Gue pun cekikikan ketawa kecil ketika film sedang di putar sampai akhirnya penonton di samping gue melototin kami berdua.

Pokoknya hari itu sangat indah. Gue dan arina sama-sama paham tentang bagaimana cara membuat nyaman, bagaimana cara membuat senang, dan bagaimana cara membuat indah kebersamaan. Kami juga paham tentang perihal saling menghangatkan. Arina benar-benar perempuan baik yang di utus Tuhan untuk menggantikan erna di ingatan gue.

Seindah apaun kebersamaan, secerah apapun mentari siang. Semuanya akan patuh pada waktu yang terus berputar. Tidak terasa sekali moment bersama arina akhirnya sampai pada waktu malam. Tidak sampai larut akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Sampai dirumahnya, arina tak lupa memberi senyum manis ketika gue hendak pulang. Tak lupa uacpan terima kasih ia lontarkan ketika gue mulai menjauh menghilang menuju pulang.


To be continue.................................

4 komentar: