Sabtu, 03 September 2016

A R I N A


Kata orang “cowok akan bertemu dengan tulang rusuk yang salah hingga beberapa kali hingga menemukan tulang rusuk yang sesungguhnya”. Gue sebagai cowok yang memegang teguh norma-norma keagamaan meng-amini kalimat tersebut. Pasalnya gue juga sedang merasakan hal yang serupa. Reni, Amel, Pita, Desta, dan yang lainnya gue anggap sebagai tulang rusuk yang salah. Jadi gue memutuskan untuk mencari lagi tulag rusuk yang sebenarnya.

Jujur, sebenarnya lelah. Tiap bertemu yang gue anggap tepat, tapi nyatanya dia pacar orang. Dia pacar orang, dia pacar orang. Asli capek. Tapi ya gimana,
mungkin ini sudah merupakan takdir Tuhan yang harus gue jalani. Khususnya di dunia percintaan.

Di tengah-tengah rasa lelah ini gue coba mengingat teman-teman lama yang mungkin saja ada yang kebetulan jomblo. Tapi setelah gue ingat-ingat ternyata percuma. Teman-teman yang masuk list pikiran gue terbilang sudah taken semuanya.

Ada satu teman gue yang kebetulan adik kelas dan mantan sahabat gue di masa SMK dulu.  Sebut saja dita. Gue melihat ada yang beda dengan dita. Yaps gue melihat ada salah satu temannya yang sepertinya jomblo. Jadi disaat dita dan pacarnya sedang ada di suatu tempat, teman perempuannya itu selalu sendiri. Gue jadi penasaran.

“dit, temen lu manis juga sih” chat gue yang mungkin menggangu

“hahaha terus kenapa?” respon dita baik

“ya gpp. Soalnya kasian ngebiarin cewek manis sendiri. Hehe” balas gue

“yaelah bilang aja lu mau minta pinnya.” Dita peka

“wkwk ya gitu kira-kira. Btw jomblo bukan? Males gue kalo pacar orang. Capek asli.” Gue curhat

“bhahahah iya dia jomblo”

Enggak disangka setelah chat itu berakhir, dita menyisipkan sebuah pin yang gue yakin itu adalah pin teman perempuannya. Tanpa mikir itu adalah pin pemburu hantu, gua langsung meng-invite-nya. Dan ternyata benar. Tak lama ada pemberitahuan “Arina menjadi kontak anda”. Gue sempat berpikir sejenak apakah benar namanya arina? Apakah dia suka bila gue panggil ayin nantinya? Apakah dia bakal balas chat gue yang penuh dengan kegaringan ini? Banyak hal-hal yang gue pikirkan sebelum memulai chat dengannya.

Setelah sekitar satu hari gue lewatkan, dia ganti dp sedang bermain monopoli. Dan pastinya sendiri. Sejak saat itulah gue mulai berani memulai chat dengannya.

“eh itu versi getrich terbaru ya? Donlot dimana? Minta linknya sih soalnya di playstore gak ada. Hehe” gue mulai dengan kalimat panjang dan gak penting.

“enggak ada itu mah, enggak bisa di donlot. wkwk” balas dia emang agak lama sih.

“Yahhhhh pantesan main sendirian doang. Tapi kayanya di belakang layar ada dita sama pacarnya ya. hehe” gue sotoy

“dih kok tau? Haha. Eh ini yang kakak kelasnya dita ya?” tanya dia

“iya lah tau, kan edita juga pasang dp. Haha enak ya main bertiga gak pake kouta.” Gue gak jelas

“kalo pake kuota gue gak di ajakin sama dita L

“uhhhh ciyan ciyan, cini cini aku kasih hotspot. Hahaha” gue sombong

“bener nih? Otw!!!!! Hahaha” balas dia

Gue bener-bener kaget dengan respon yang nama bbm-nya arina itu. Gue enggak nyangka dia nyambung sama becandaan gue yang garing dan enggak jelas ini. Apakah ini perempuan yang dirikim Tuhan selanjutnya? Gue bener-bener ngerasa seneng akhirnya humor gua ada yang merespon. Bila dahulu erna, mungkin ini orang pengganti erna. Gue harap.

Setelah chat kita di putus oleh adzan maghrib dan isya, akhirnya kami sambung kembali chat itu dengan perkenalan.

“eh btw kenalan dong. Kata orang kan tak kenal maka tak sayang” isi chat gue.

“enggak mau ah, aku takut sayang L balas dia

“njir..... yaudah gue sayangin balik. Hahaha” gue samber

“wkwk main sayang-sayang aja bapak. Yaudah kuy kenalan” dia setuju

Akhirnya disitu kita berkenalan. Namanya Arina. Panggilannya Arina tapi jangan di panggil sayang. Gitu kira-kira. Dari foto-foto yang ada di instagramnya, arina ini benar-benar perempuan manis. Dia kerja sambil kuliah. Sama percis kaya gue. hanya saja jadwal kuliah dia lebih padat ketimbang gue. Gue kuliah seminggu sekali, dia kuliah seminggu  empat kali. Gila bener kelas karyawan model begitu mendingan gue unjuk rasa di depan istana negara.

Gue akhirnya menawarkan diri untuk memanggilnya dengan nama “ayin”. Awalnya sempet ragu sih, karena ini cukup alay. Tapi anak twitter sering menggunakan nama ayin ketika ada nama clarin, karina, arini. Jadi ya gue termotivasi. Lalu setelah menunggu beberapa menit akhirnya arina membalas dengan kalimat “Boleh bangettttt... itu nama panggilan kesukaan gue”. Betapa senangnya gue saat itu. Dalam masa perkenalan saja arina sudah merespon dengan baik. Gue jadi ingin cepat-cepat menjadikannya sebagai pacar lalu membuat komitmen dan akhirnya menuju ke pelaminan. Hahahaha......

Pasca perkenalan kami yang begitu hangat itu, kami jadi sering chattan. Layaknya seperti orang yang sedang berpacaran namun LDR. Kami terpisah karena jarak dan waktu. Sebagai mahasiswa kelas karyawan, waktu kami untuk beremu memang terbilang sulit. Kami hanya berharap ada tanggal merah yang banyak dan juga cepat libur semester.

Karena alasan itu kami sering beradu canda dan tawa hanya via chat. Kami banyak membuat rencana. Mulai dari telponan, nonton, makan bareng, makan es krim bareng, makan cokelat bareng, bikin donat bareng. Pokoknya kami sedang menikmati proses yang ada. Kami benar-benar satu pikiran tentang cinta. Yaps pacaran janganlah terburu-buru. Karena yang terburu-buru habisnya akan cepat. Gue suka dengan pola pikir arina yang seiman dengan gue. Bahkan kita telah membuat jargon-jargon yang tentunya biasa bagi orang lain. Seperti : Kita harus saling percya, kita harus saling memahami, kita harus saling mengingatkan, dan masih banyak lagi. Arina telah membuat warna yang cukup indah buat hidup gue. Dan warna ini gue sebut saja Cinta. Gue telah jatuh cinta pada arina.

Contoh bercandaan kami yang menurut gue seru. Tapi menurut pembaca pasti garing. Saat itu arina izin ingin datang ke pesta ulang tahun temannya. Ya pastinya gue bercandain.

“ayin, berangkat jam berapa? Sama siapa? Kalo sama temen, temennya cowok apa cewek? Kalo cowok, cari yang cewek!!!!” chat gue terlihat posesif

“saoloh abanggggg..... Ahaha” balas arina

“bhahahah cocok enggak yin aku jadi cowok posesif? Enggak ya? Yaudah jadi cowok humoris aja L balas gue.

“haha enggak cocok. Udah abang jadi humoris aja biar ngehibur aku terus” arina membalas yang kali ini cepat

“yaudah abang bakal bikin bio calon penghibur anak bangsa” gue mulai aneh

“aaaaaaaaaa jangan. Jadi penghibur calon pendidik anak bangsa aja bang. Hahaha”

Kemudian gue jingkrak-jingkrak

 Gue juga sudah bercerita banyak tentang arina kepada orang tua dan teman-teman. respon mereka semuanya positif. Dari yang berkata cocok bahkan ada yang berkata “wah selamat ya andri dia bukan pacar orang” ya begitulah. Namanya juga orang berbeda. Pasti berbeda pula respon positif yang mereka berikan.

Masih banyak harapan yang tertuju untuk arina. Salah satunya adalah pertemuan. Karena dengan bertemu, gue akan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Karena dengan bertemu gue akan jatuh cinta berkali kali pada arina. Karena dengan bertemu, rencana-renacan yang kami buat akan tercapai secara otomatis.

Mungkin dari sisi perkenalan, sampai sini dulu. Ya gimana, gue belum bertemu dengan arina. Jadi belum bisa mendeskripsikan bentuk fisiknya seperti apa. Tapi gue akan selalu berdo’a semoga arinalah tempat pemberhentian terakhir gue. Dan semoga arina adalah alasan mengapa gue tetap rajin menulis. Arina harus menjadi segala alasan dalam hidup ini. Dan lagi semoga gue bukan hanya jadi penghibur. Tapi jadi pelengkap buat hidup arina hingga tua nanti. Hihi Aminnn.......

2 komentar: