Sabtu, 27 Agustus 2016

Salah Rasa


Beberapa minggu yang lalu, gue menganggap bahwa Pita adalah orang yang gue cari. Kesamaan kita dalam hobby menonton membuat gue ketagihan mengajaknya nonton. Lalu di tambah dia juga suka dalam dunia sastra. Gue sudah membayangkan kalo gue jadi penulis kelak, pitalah yang akan menjadi editornya. Hahaha mimpi gue jauh amat ya

Pasca kencan pertama dengannya. Gue merasakan nyaman. Alasannya klasik sih, karena pada saat dia bersama gue, dia enggak pernah sibuk dengan Handphone-nya. Justru kita malah sibuk debat masalah yang pesen makanan siapa. Hehe...

Gue jadi agak sering ngechat duluan. Ya walaupun agak sering, di sela-sela chat itu gue sering menanyakan genre film yang dia suka. Gue juga menanyakan
buku apa yang ia punya. Lalu gue sering juga beradu kalimat perihal rindu. Karena posisi pita saat itu sedang berada di Jawa. Tepatnya di Surabaya.

Seperti layaknya LDR, pita sering menceritakan kesendiriannya disana. Gue pun demikian. Menceritakan sunyinya tangerang tanpa hadirnya. Sering menemaninya walau hanya sebatas kata. Itu pun gue ngirimnya kapan, nyampenya kapan. Ya memang kami di ganggu oleh kekuatan sinyal.

Dengan gangguan sinyal semacam itu. Gue sering menyuruh Pita agar cepat pulang ke tangerang. Karena jujur saja film koala kumal sudah mendekati kata tayang. Lalu rindu ini yang semakin hari semakin dalam. Yaps gue kangen moment nonton dengannya. Dan menurut gue obat rindu hanyalah bertemu. Mendengar suaranya tanpa bertemu, percuma. Melihat wajahnya dan mendengar suaranya lewat video call juga percuma.

“pit, kapan pulang?” tanya gue via bbm.

“hmmm sekitar dua minggu lagi ndri. Sabar ya. Hehe” balas pita

“kok lama amat sih pit. Yawla”

“iya nih nunggu harga tiket murah. Hahaha.”

Jlebbbb...... harga tiket memang di pastikan murah dalam 2 minggu ke depan. Ya kami memang sedang berada di masa2 arus balik. Suasana lebaran masih menyelimuti masyarakat indonesia. Salam-salaman masih menjadi ciri khas bila bertemu dengan seseorang. Walau orang yang tidak di kenal sekalipun.

Gue yang di tangerang dan Pita yang di Surabaya hanya bisa bersalam-salaman lewat emoticon yang ada di bbm dan Whatsapp. Yaps kami saling memafkan lewat handphone saja. Tanpa menyentuh, tanpa menatap mata, dan tentu saja tanpa suara Pita yang halus itu. Tapi gue percaya ini cara Tuhan agar kami dapat menghargai sebuah pertemuan.

Singkat cerita, dua minggu telah berlalu dengan begitu lambat. Mungkin efek rindu, atau mungkin gue yang sedang bersahabat dengan sepi. Entahlah.... rasanya dua minggu seperti dua musim. Akhirnya pita memberi kabar kepulangannya via bbm.

“ndri, aku pulang hari ini. Kamu yang sabar ya?” begitu kira-kira pesan yang di sampaikan pita.

“SABAR-SABAR PALELU SABAR. SAMPE KOALA KUMAL DI HAPUS DARI LIST BIOSKOP AJA LU BELUM PULANG. UNTUNG GUE UDAH NONTON. MESKIPUN SENDIRI” Tentu saja pesan tersebut gue simpan sebagai draft.

“iya pit. hati-hati ya. Aku kirim bayangan aku buat nemenin kalo seandainya kamu ngantuk dan tertidur” pesan ini terkirim dengan begitu cepat.

“hihihihihi makasih ndri” ketawa pita agak horror

Gue akhirnya tertidur sambil menunggu hari esok. Hari dimana pita akan sampai di tangerang. Enggak ada persiapan special sih untuk menyambutnya. Tapi gue udah punya rencana untuk mengajaknya kulineran sembari ngopi di salah satu cafe yang ada di tangerang. Ya dengan kata lain gue ingin mengajaknya ngedate untuk kali kedua. Gue ingin memantapkan rasa yang ada ini. Pahamin ya, memantapkan dengan mengungkapkan itu beda. Beda banget pokoknya.

Esok harinya tiba. Untuk pertama kalinya gue bangun pagi-pagi di saat hari minggu. Ini rekor terbaru yang pernah gue buat sepanjang perjalanan hidup. Bukannya ibadah, gue langsung menyalakan handphone karena bila waktunya tidur handphone gue selalu di nonaktifkan. Gue berharap ada kabar baik dari Pita. Gue harap pita sampai rumahnya dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkatttttttttt........ oke skip. Ini kok gue malah nulis pembukaan UUD 45 sih? Editor kampret nih. Maap ya maap. Lanjut baca dong sampe abis. Yayayaya!!!!!!

Harapan hanyalah sebuah harapan. Berharap kepada manusia memang menyakitkan. Pita tak kunjung juga memberi kabar perihal kedatangannya di tangerang. Gue sempat bertanya-tanya, apakah pita belum sampai? apakah pita ingin memberi kejutan? apakah mobil yang di naiki pita puter balik karena di jegat haji lulung? Asli masih jadi misteri besar nih.

Hingga siang, pita belum juga memberi kabar. Padahal dari pagi gue udah sibuk main COC, modern combat, asphalt, PES. Pokoknya gue sampe bosen main game. Akhirnya gue memutuskan untuk menanyakan perihal keberadaannya saat ini.

“pit, udah nyampe kah?” gue kirim pesan via bbm

“udah. Dari subuh malah. Hahahaha.....” balas pita.

Asli kampret banget. Rasa khawatir gue ternyata enggak sampai di hatinya pita. Padahal DARI SUBUH GUE NUNGGUIN KABAR!!!!!!! Gue sempet mikir juga mungkin apa yang gue rasa saat ini enggak di rasa oleh pita. Gue juga berpikir kenapa pita melakukan hal itu? Amel saja yang statusnya sudah punya pacar, gue enggak pernah ketinggalan kabar tentangnya. Ini sungguh membuat gue bingung. Apakah “Pita enggak suka sama gue?”. Tapi lagi-lagi pikiran itu gue buang jauh2. Gue tetap ingin melanjutkan rencana untuk mengajak jalan yang kedua kalinya. Kali ini rencana gue enggak ngajak dia nonton. Melainkan mengajaknya ke sebuah kafe yang memiliki kopi yang unik dan lucu.

Setelah cukup lama gue Read doang pesan pita yang mengkampretkan itu. Akhirnya pita mengirim pesan menanyakan sebuah tempat kuliner yang terletak di karawaci. Gue sebenarnya paham pita ini kode keras agar gue mengajaknya kesana. Tapi gue pura-pura enggak peka karena tempat makan yang di maksud olehnya terkenal dengan rasa pedas. Gue jelaskan padanya kalo gue tipe cowok yang enggak suka dengan rasa pedas. Dia malah ngeledek. Tapi itu enggak membuat gue berani. Gue tetap takut mencret kalo makan makanan yang pedes. Perut penulis itu senitif coy. Eh iya enggak sih? Enggak ya? Maap lagi atuh.

“kita nikmatin cokelat panas aja yuk ketimbang makanan pedes gitu. Duh enggak banget” gue coba merayunya

“dibayarin enggak? Hahaha....” pertanyaan pita mulai kampret.

“yaelah, slow kali.” Gue sok cool

“eh serius?” pita agak ragu

“emangnya pas nonton gak di bayarin? Mahalan nonton kali sama kulineran” gue songong

“hahahaha iya andri iya” pita mulai yakin.

Gue kembali membuat janji bahwa gue akan menjemputnya sekitar jam dua siang (kalo enggak hujan) karena jikalau hujan. Gue bakal disangka gila sama emak tercinta. Karena hanya orang gila yang bepergian ketika hujan. Kecuali orang yang hendak bekerja dan orang yang gila. Hehe...

Lagipula cuaca hari itu memang sangat mendung. Anginnya juga kencang. Pokoknya seolah hujan akan turun sekitar 5 menit lagi. Gue sangat takut juga bila tiba-tiba pas jam satu hujan turun tanpa permisi. Akan gagal lah rencana gue. Gue hanya bisa berdo’a agar hujan tak turun. Turunya ketika gue di jalan saja. Karena itu selalu menjadi harapan gue tiap pergi dengan perempuan. Gue ingin menghapus Ayu dari kenangan hujan. Yang belum kenal Ayu, bisa baca disini Sekedar info saja, Ayu adalah perempuan pertama yang menemani gue di saat hujan.

Anak-anak gaul jaman sekarang menyebutnya “rejeki anak soleh”. Yaps langit yang tadinya mendung akhirnya terang. Mungkin Tuhan sudah menakdirkan gue dan pita untuk pergi berdua. Bersenda gurau bersama. Membuat kenagan indah kembali di tempat yang berbeda.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah perihal jemput-menjemput. Hari itu gue telat lima belas menit. Gue datang dirumah pita sekitar jam dua lebih lima belas. Sesampainya disana gue langsung meminta maaf padanya. Ingin meminta maaf juga kepada orang tuanya. tapi sejak pertama kali gue menjemput pita, yang gue lihat hanya bapaknya. Dan bapaknya terlihat datar ketika melihat gue. Rasa “bodoamat” akhirnya muncul di hati gue. Toh yang gue butuhin kan anaknya. Orang tuanya nanti ajadah kalo emang gue udah wisuda. Hahahaha.....

Dengan senyuman dan mengatakan “gpp ndri”, pita mengejutkan gue dengan sebuah pertanyaan.

“eh temen aku mau ikut. Gpp kan ndri? Hehe”

“Hah? cowok apa cewek?” gue emang beneran kaget. Gue kira pita ingin menghabiskan waktu bersama gue saja. Haft....

“cewek ndri. Hehe....” jawab pita

“terus dia bawa temen lagi gak?”

“enggak. Dia gak punya temen selain aku. Hahaha...” Pita cengegesan

“lah serius? Yaudah ajak aja” gue agak bete. tapi tetap stay cool karena gue enggak mau pita menganggap gue cowok betean. Hehe..

Pita menghubungi temannya yang mau ikut tersebut. Gue hanya bisa menunggu sambil ngedumel di dalam hati. Rasa aneh mulai terasa. Ini tanda kedua kalo emang pita enggak suka sama gue. Tapi gue tetep ngeyel karena mungkin rasa kagum gue terhadapnya terlalu besar.

Setelah menunggu beberapa menit, berakhirlah sudah masa penantian gue.

“oke ndri, dia jadi ikut. Tapi dia baru mandi. Hehe....”

“Lah... mau berangkat jm berapa kita?” gue mulai bete

“hehehe gpp ya. Terus dia mau kita jemput kerumahnya.” Pita mengatakan itu sambil nyengir. Dari matanya dia merayu gue agar mau menjemput temannya. Karena malu bila harus membatalkan untuk kulineran dengan pita. Akhirnya gue meng-iya-kan untuk menjemput temennya yang baru mandi itu.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah temennya pita itu, kami enggak banyak ngobrol. Paling ngobrol seadanya biar gue enggak di kira ngambek. Padahal dalem hati kesel banget. Udah minta ikut, disuruh nunggu, minta jemput juga. Gue sempet heran aja bisa-bisanya pita punya temen yang modelnya begini.

Singkatnya, kami berangkat berempat. Temannya pita mengajak teman lagi. Ribet kan? Pukul tiga sore kami serentak meninggalkan kabupaten menuju kota. Menurut gue ini kesorean. Padahal di jadwal yang gue bikin, pada pukul tiga ini gue udah banyak ngobrol dengan pita di kafe. Sial.....

Langit yang tadinya cerah berubah lagi menjadi mendung. Hari itu langit sangat labil. Saat itu kami berempat sedang berada di tengah perjalanan. Tiba-tiba saja pita mengangkat telepon dari seseorang. Gue yakin itu kedua temannya. Gue curiga ada yang tidak beres. Kebetulan gue jalan di depan karena gue yang tau jalan. Dan kedua temannya sepakat memebututi gue dan pita dari belakang. Tapi di tengah perjalanan ini temannya hilang. Gue yakin ada masalah dengan mereka.

Feeling gue lagi-lagi enggak meleset. Pita memberi tau gue kalo teman-temannya itu mengalami masalah. Yaps motornya mogok. Asli rasa kesel gue kembali muncul kala itu. Udah di tungguin, minta jemput, motornya mogok. Yaelah...... ini kok temennya pita seneng banget ya ngerusak acara dan mood orang. Huft....

Putar balik lah gue ke arah teman-temannya pita. Gue enggak tau apa yang harus gue lakuin. Karena jujur aja basic keahlian gue bukan di bidang otomotif. Di samping itu bengkel di sekitaran jalan serpong terbilang minim. Bahkan enggak ada sama sekali. Yang merajalela malah tukang tambal ban. Jalan keluar satu-satunya adalah dengan cara setut. Gue berkenalan dengan kata “setut” dari anak vespa. Tapi sayangnya gue hanya berkenalan. Tidak mendalami. Alhasil gue enggak bisa kalo harus nyetut motor sampai bertemu dengan bengkel.

Tuhan memang selalu baik terhadap hambanya yang lemah. Secara tidak sengaja, ada orang baik yang menolong kami. Dia baru aja pulang dari bogor menuju tangerang. Dia melihat kami kesusahan. Akhirnya dia membantu menyetut temannya pita dan gue hanya megikuti dari belakang. Tak di sangka, orang asing itu ternyata hafal wilayah serpong dan sekitarnya. Bahkan abang-abang bengkelnya pun kenal dengannya.

Kami berempat atau bisa di bilang berenam ada di bengkel. Karena dua orang orang asing ada di tengah-tengah kami. Dua orang asing dan abang-abang bengkel terus memantau motor temannya pita. Gue enggak tau cara berterima kasih yang pas kepada dua orang asing itu. Mereka sangat baik. Tak lama hujan pun turun. Kami beruntung ada di sebuah bengkel ketika hujan turun. Paling tidak kami tidak kehujanan di jalan. Gue sesekali memandang pita. Pita hanya tersenyum. Pita tau hujan ini yang gue inginkan. Pita paham gue selalu suka saat hujan turun. Ya prasangka pita memang tidak salah.

Sekitar satu jam kami menunggu, akhirnya motor yang malang itu sudah selesai di perbaiki. Masalahnya ada di vanbelt (yang punya motor matic pasti tau). Valbelt motor milik temannya pita terputus. Gue sama sekali enggak peduli. Karena itu salah temannya pita sendiri. Salah siapa mau ikut. Salah siapa mau nimbrung di acara orang. Asli gue masih kesel banget hari gue berantakan karena teman-temannya pita. Tapi dengan turunnya hujan rasa kesel gue mulai gugur secara perlahan. Gue menyuruh kedua teannya pita untuk pulang saja. Karena gue takut motornya kembali ngadat ketika malam tiba. Pun sama halnya dengan kedua orang asing itu. Mereka menyuruh kami berempat untuk pulang saja karena hari mulai malam.

Kami berenam berpisah di persimpangan jalan. Gue lurus. Mereka berempat belok. Dua orang asing merasa heran kenapa gue berjalan lurus. Tapi gue yakinkan mereka kalo gue akan baik-baik saja. Gue tetap melanjutkan perjalanan ke kafe yang berada di daerah serpong.

Rintik hujan yang agak derasa masih menemani perjalanan gue dan pita. Sempat berteduh di antara ruko, Tapi kami lihat hujan tak kunjung reda juga. Kami akhirnya memaksakan diri berjalan di bawah hujan. Dan kami basah.

“hujannya keren ya pit, bisa nemenin kita gini” tukas gue sambil menyetir.

“iya ndri tapi ini basah, aku dingin” pita mengeluh

“enggak apa-apa pit, sesampainya kita disana. Kita akan saling menghangatkan” ucap gue dengan nada cool

Pita hanya tertawa.

Sedekedar informasi. Di saat perjalanan. Gue dan pita menjadi “relationship goals”. Jadi gue yang nyetir, pita yang ngeliat gps. Hehehe....

Sekitar memakan waktu sepuluh menit, akhirnya kami sampai di kafe yang di maksud. Namnya seven code. Kafe seven kode menawarkan banyak macam makanan dan minuman. Yang terkenal di tempat ini adalah desain kopi dan cokelat yang lucu.
Ini contoh desain kopinya. Lucu kan? Gemesin kan?

Disana kami sibuk berfoto-foto dan sibuk debat siapa yang harus memesan makanan. Sampai pada akhirnya pita memberanikan diri untuk memesan makanan pada seorang waiter perempuan. Pita memesan sandwhich dan ternyata isinya es krim. Sudah dingin di tambah dingin pula. Dasar cewek.

Kurang lebih satu jam kita menikmati hari berdua layaknya sepasang kekasih di kafe itu. Cukup indah memang. Tapi waktu harus memaksa kami berdua pulang. Pulanglah kami sekitar pukul delapan. Pita terlihat lelah sekali. Tapi gue masih melihat senyum ketika dia mengucapkan kalimat “terima kasih” ketika sampai di rumahnya.

“makasih pit udah nemenin hujan-hujanaan. Hehe” isi chat gue ketika sudah sampai rumah

“iya ndri sama-sama” balas pita agak lama

Pasca hujan-hujanan itu kedua itu gue jadi gak pernah chat pita duluan. Begitupun sebaliknya. Seolah ada jarak yang cukup jauh diantara kita. Gue mempunyai alasan bahwa gue telah salah rasa terhadap pita. Atau dengan kata lain gue terlalu baper. Banyak yang di sembunyikan oleh pita. Pita tidak terbuka tehadap gue.

Gue berprasangka ada hati yang sedang pita jaga. Atau dengan kata lain pita sudah mempunyai seorang kekasih. Jika pita membaca tulisan ini, gue ingin berterima kasih karena dia sudah mengisi hari-hari gue meskipun dengan segala kemisteriusannya. Juga terima kasih karena kenangannya, gue bisa lupa dengan amel. gue enggak membenci pita. Gue hanya membenci hati ini yang terlalu baper terhadap perempuan. huhuhuhuhu............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar