Beberapa
minggu yang lalu, gue menganggap bahwa Pita adalah orang yang gue cari.
Kesamaan kita dalam hobby menonton membuat gue ketagihan mengajaknya nonton.
Lalu di tambah dia juga suka dalam dunia sastra. Gue sudah membayangkan kalo
gue jadi penulis kelak, pitalah yang akan menjadi editornya. Hahaha mimpi gue
jauh amat ya
Pasca
kencan pertama dengannya. Gue merasakan nyaman. Alasannya klasik sih, karena
pada saat dia bersama gue, dia enggak pernah sibuk dengan Handphone-nya. Justru kita
malah sibuk debat masalah yang pesen makanan siapa. Hehe...
Gue
jadi agak sering ngechat duluan. Ya walaupun agak sering, di sela-sela chat itu
gue sering menanyakan genre film yang dia suka. Gue juga menanyakan
buku apa yang ia punya. Lalu gue sering juga beradu kalimat perihal rindu. Karena posisi pita saat itu sedang berada di Jawa. Tepatnya di Surabaya.
buku apa yang ia punya. Lalu gue sering juga beradu kalimat perihal rindu. Karena posisi pita saat itu sedang berada di Jawa. Tepatnya di Surabaya.
Seperti
layaknya LDR, pita sering menceritakan kesendiriannya disana. Gue pun demikian.
Menceritakan sunyinya tangerang tanpa hadirnya. Sering menemaninya walau hanya
sebatas kata. Itu pun gue ngirimnya kapan, nyampenya kapan. Ya memang kami di
ganggu oleh kekuatan sinyal.
Dengan
gangguan sinyal semacam itu. Gue sering menyuruh Pita agar cepat pulang ke
tangerang. Karena jujur saja film koala kumal sudah mendekati kata tayang. Lalu
rindu ini yang semakin hari semakin dalam. Yaps gue kangen moment nonton
dengannya. Dan menurut gue obat rindu hanyalah bertemu. Mendengar suaranya
tanpa bertemu, percuma. Melihat wajahnya dan mendengar suaranya lewat video
call juga percuma.
“pit, kapan pulang?” tanya
gue via bbm.
“hmmm sekitar dua minggu
lagi ndri. Sabar ya. Hehe” balas pita
“kok lama amat sih pit.
Yawla”
“iya nih nunggu harga
tiket murah. Hahaha.”
Jlebbbb......
harga tiket memang di pastikan murah dalam 2 minggu ke depan. Ya kami memang
sedang berada di masa2 arus balik. Suasana lebaran masih menyelimuti masyarakat
indonesia. Salam-salaman masih menjadi ciri khas bila bertemu dengan seseorang.
Walau orang yang tidak di kenal sekalipun.
Gue
yang di tangerang dan Pita yang di Surabaya hanya bisa bersalam-salaman lewat
emoticon yang ada di bbm dan Whatsapp. Yaps kami saling memafkan lewat
handphone saja. Tanpa menyentuh, tanpa menatap mata, dan tentu saja tanpa suara
Pita yang halus itu. Tapi gue percaya ini cara Tuhan agar kami dapat menghargai
sebuah pertemuan.
Singkat
cerita, dua minggu telah berlalu dengan begitu lambat. Mungkin efek rindu, atau
mungkin gue yang sedang bersahabat dengan sepi. Entahlah.... rasanya dua minggu
seperti dua musim. Akhirnya pita memberi kabar kepulangannya via bbm.
“ndri, aku pulang hari
ini. Kamu yang sabar ya?” begitu kira-kira pesan yang di
sampaikan pita.
“SABAR-SABAR PALELU
SABAR. SAMPE KOALA KUMAL DI HAPUS DARI LIST BIOSKOP AJA LU BELUM PULANG. UNTUNG
GUE UDAH NONTON. MESKIPUN SENDIRI” Tentu saja pesan
tersebut gue simpan sebagai draft.
“iya pit. hati-hati ya.
Aku kirim bayangan aku buat nemenin kalo seandainya kamu ngantuk dan tertidur”
pesan ini terkirim dengan begitu cepat.
“hihihihihi makasih ndri”
ketawa pita agak horror
Gue
akhirnya tertidur sambil menunggu hari esok. Hari dimana pita akan sampai di
tangerang. Enggak ada persiapan special sih untuk menyambutnya. Tapi gue udah
punya rencana untuk mengajaknya kulineran sembari ngopi di salah satu cafe yang
ada di tangerang. Ya dengan kata lain gue ingin mengajaknya ngedate untuk kali
kedua. Gue ingin memantapkan rasa yang ada ini. Pahamin ya, memantapkan dengan
mengungkapkan itu beda. Beda banget pokoknya.
Esok
harinya tiba. Untuk pertama kalinya gue bangun pagi-pagi di saat hari minggu.
Ini rekor terbaru yang pernah gue buat sepanjang perjalanan hidup. Bukannya
ibadah, gue langsung menyalakan handphone karena bila waktunya tidur handphone
gue selalu di nonaktifkan. Gue berharap ada kabar baik dari Pita. Gue harap
pita sampai rumahnya dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Atas berkatttttttttt........ oke skip. Ini kok gue
malah nulis pembukaan UUD 45 sih? Editor kampret nih. Maap ya maap. Lanjut baca
dong sampe abis. Yayayaya!!!!!!
Harapan
hanyalah sebuah harapan. Berharap kepada manusia memang menyakitkan. Pita tak
kunjung juga memberi kabar perihal kedatangannya di tangerang. Gue sempat bertanya-tanya,
apakah pita belum sampai? apakah pita ingin memberi kejutan? apakah mobil yang
di naiki pita puter balik karena di jegat haji lulung? Asli masih jadi misteri
besar nih.
Hingga
siang, pita belum juga memberi kabar. Padahal dari pagi gue udah sibuk main
COC, modern combat, asphalt, PES. Pokoknya gue sampe bosen main game. Akhirnya
gue memutuskan untuk menanyakan perihal keberadaannya saat ini.
“pit, udah nyampe kah?”
gue kirim pesan via bbm
“udah. Dari subuh malah.
Hahahaha.....” balas pita.
Asli
kampret banget. Rasa khawatir gue ternyata enggak sampai di hatinya pita.
Padahal DARI SUBUH GUE NUNGGUIN KABAR!!!!!!! Gue sempet mikir juga mungkin apa
yang gue rasa saat ini enggak di rasa oleh pita. Gue juga berpikir kenapa pita
melakukan hal itu? Amel saja yang statusnya sudah punya pacar, gue enggak
pernah ketinggalan kabar tentangnya. Ini sungguh membuat gue bingung. Apakah “Pita enggak suka sama gue?”. Tapi
lagi-lagi pikiran itu gue buang jauh2. Gue tetap ingin melanjutkan rencana
untuk mengajak jalan yang kedua kalinya. Kali ini rencana gue enggak ngajak dia
nonton. Melainkan mengajaknya ke sebuah kafe yang memiliki kopi yang unik dan
lucu.
Setelah
cukup lama gue Read doang pesan pita yang mengkampretkan itu. Akhirnya pita
mengirim pesan menanyakan sebuah tempat kuliner yang terletak di karawaci. Gue
sebenarnya paham pita ini kode keras agar gue mengajaknya kesana. Tapi gue
pura-pura enggak peka karena tempat makan yang di maksud olehnya terkenal
dengan rasa pedas. Gue jelaskan padanya kalo gue tipe cowok yang enggak suka
dengan rasa pedas. Dia malah ngeledek. Tapi itu enggak membuat gue berani. Gue
tetap takut mencret kalo makan makanan yang pedes. Perut penulis itu senitif
coy. Eh iya enggak sih? Enggak ya? Maap lagi atuh.
“kita nikmatin cokelat
panas aja yuk ketimbang makanan pedes gitu. Duh enggak banget”
gue coba merayunya
“dibayarin enggak?
Hahaha....” pertanyaan pita mulai kampret.
“yaelah, slow kali.”
Gue sok cool
“eh serius?”
pita agak ragu
“emangnya pas nonton gak
di bayarin? Mahalan nonton kali sama kulineran”
gue songong
“hahahaha iya andri iya”
pita mulai yakin.
Gue
kembali membuat janji bahwa gue akan menjemputnya sekitar jam dua siang (kalo
enggak hujan) karena jikalau hujan. Gue bakal disangka gila sama emak tercinta.
Karena hanya orang gila yang bepergian ketika hujan. Kecuali orang yang hendak
bekerja dan orang yang gila. Hehe...
Lagipula
cuaca hari itu memang sangat mendung. Anginnya juga kencang. Pokoknya seolah
hujan akan turun sekitar 5 menit lagi. Gue sangat takut juga bila tiba-tiba pas
jam satu hujan turun tanpa permisi. Akan gagal lah rencana gue. Gue hanya bisa
berdo’a agar hujan tak turun. Turunya ketika gue di jalan saja. Karena itu
selalu menjadi harapan gue tiap pergi dengan perempuan. Gue ingin menghapus Ayu
dari kenangan hujan. Yang belum kenal Ayu, bisa baca disini Sekedar info saja, Ayu adalah perempuan pertama yang menemani
gue di saat hujan.
Anak-anak
gaul jaman sekarang menyebutnya “rejeki
anak soleh”. Yaps langit yang tadinya mendung akhirnya terang. Mungkin
Tuhan sudah menakdirkan gue dan pita untuk pergi berdua. Bersenda gurau
bersama. Membuat kenagan indah kembali di tempat yang berbeda.
Untuk
pertama kalinya dalam sejarah perihal jemput-menjemput. Hari itu gue telat lima
belas menit. Gue datang dirumah pita sekitar jam dua lebih lima belas.
Sesampainya disana gue langsung meminta maaf padanya. Ingin meminta maaf juga
kepada orang tuanya. tapi sejak pertama kali gue menjemput pita, yang gue lihat
hanya bapaknya. Dan bapaknya terlihat datar ketika melihat gue. Rasa “bodoamat”
akhirnya muncul di hati gue. Toh yang gue butuhin kan anaknya. Orang tuanya
nanti ajadah kalo emang gue udah wisuda. Hahahaha.....
Dengan
senyuman dan mengatakan “gpp ndri”, pita mengejutkan gue dengan sebuah
pertanyaan.
“eh temen aku mau ikut.
Gpp kan ndri? Hehe”
“Hah? cowok apa cewek?”
gue emang beneran kaget. Gue kira pita ingin menghabiskan waktu bersama gue
saja. Haft....
“cewek ndri. Hehe....”
jawab pita
“terus dia bawa temen
lagi gak?”
“enggak. Dia gak punya
temen selain aku. Hahaha...” Pita cengegesan
“lah serius? Yaudah ajak
aja”
gue agak bete. tapi tetap stay cool karena gue enggak mau pita menganggap gue
cowok betean. Hehe..
Pita
menghubungi temannya yang mau ikut tersebut. Gue hanya bisa menunggu sambil
ngedumel di dalam hati. Rasa aneh mulai terasa. Ini tanda kedua kalo emang pita
enggak suka sama gue. Tapi gue tetep ngeyel karena mungkin rasa kagum gue
terhadapnya terlalu besar.
Setelah
menunggu beberapa menit, berakhirlah sudah masa penantian gue.
“oke ndri, dia jadi ikut.
Tapi dia baru mandi. Hehe....”
“Lah... mau berangkat jm
berapa kita?” gue mulai bete
“hehehe gpp ya. Terus dia
mau kita jemput kerumahnya.” Pita mengatakan itu
sambil nyengir. Dari matanya dia merayu gue agar mau menjemput temannya. Karena
malu bila harus membatalkan untuk kulineran dengan pita. Akhirnya gue meng-iya-kan
untuk menjemput temennya yang baru mandi itu.
Di
sepanjang perjalanan menuju rumah temennya pita itu, kami enggak banyak
ngobrol. Paling ngobrol seadanya biar gue enggak di kira ngambek. Padahal dalem
hati kesel banget. Udah minta ikut, disuruh nunggu, minta jemput juga. Gue
sempet heran aja bisa-bisanya pita punya temen yang modelnya begini.
Singkatnya,
kami berangkat berempat. Temannya pita mengajak teman lagi. Ribet kan? Pukul
tiga sore kami serentak meninggalkan kabupaten menuju kota. Menurut gue ini
kesorean. Padahal di jadwal yang gue bikin, pada pukul tiga ini gue udah banyak
ngobrol dengan pita di kafe. Sial.....
Langit
yang tadinya cerah berubah lagi menjadi mendung. Hari itu langit sangat labil.
Saat itu kami berempat sedang berada di tengah perjalanan. Tiba-tiba saja pita
mengangkat telepon dari seseorang. Gue yakin itu kedua temannya. Gue curiga ada
yang tidak beres. Kebetulan gue jalan di depan karena gue yang tau jalan. Dan
kedua temannya sepakat memebututi gue dan pita dari belakang. Tapi di tengah
perjalanan ini temannya hilang. Gue yakin ada masalah dengan mereka.
Feeling
gue lagi-lagi enggak meleset. Pita memberi tau gue kalo teman-temannya itu
mengalami masalah. Yaps motornya mogok. Asli rasa kesel gue kembali muncul kala
itu. Udah di tungguin, minta jemput, motornya mogok. Yaelah...... ini kok
temennya pita seneng banget ya ngerusak acara dan mood orang. Huft....
Putar
balik lah gue ke arah teman-temannya pita. Gue enggak tau apa yang harus gue
lakuin. Karena jujur aja basic keahlian gue bukan di bidang otomotif. Di
samping itu bengkel di sekitaran jalan serpong terbilang minim. Bahkan enggak
ada sama sekali. Yang merajalela malah tukang tambal ban. Jalan keluar
satu-satunya adalah dengan cara setut. Gue berkenalan dengan kata “setut” dari
anak vespa. Tapi sayangnya gue hanya berkenalan. Tidak mendalami. Alhasil gue
enggak bisa kalo harus nyetut motor sampai bertemu dengan bengkel.
Tuhan
memang selalu baik terhadap hambanya yang lemah. Secara tidak sengaja, ada
orang baik yang menolong kami. Dia baru aja pulang dari bogor menuju tangerang.
Dia melihat kami kesusahan. Akhirnya dia membantu menyetut temannya pita dan
gue hanya megikuti dari belakang. Tak di sangka, orang asing itu ternyata hafal
wilayah serpong dan sekitarnya. Bahkan abang-abang bengkelnya pun kenal
dengannya.
Kami
berempat atau bisa di bilang berenam ada di bengkel. Karena dua orang orang
asing ada di tengah-tengah kami. Dua orang asing dan abang-abang bengkel terus
memantau motor temannya pita. Gue enggak tau cara berterima kasih yang pas
kepada dua orang asing itu. Mereka sangat baik. Tak lama hujan pun turun. Kami
beruntung ada di sebuah bengkel ketika hujan turun. Paling tidak kami tidak
kehujanan di jalan. Gue sesekali memandang pita. Pita hanya tersenyum. Pita tau
hujan ini yang gue inginkan. Pita paham gue selalu suka saat hujan turun. Ya
prasangka pita memang tidak salah.
Sekitar
satu jam kami menunggu, akhirnya motor yang malang itu sudah selesai di
perbaiki. Masalahnya ada di vanbelt (yang punya motor matic pasti tau). Valbelt
motor milik temannya pita terputus. Gue sama sekali enggak peduli. Karena itu
salah temannya pita sendiri. Salah siapa mau ikut. Salah siapa mau nimbrung di
acara orang. Asli gue masih kesel banget hari gue berantakan karena
teman-temannya pita. Tapi dengan turunnya hujan rasa kesel gue mulai gugur
secara perlahan. Gue menyuruh kedua teannya pita untuk pulang saja. Karena gue
takut motornya kembali ngadat ketika malam tiba. Pun sama halnya dengan kedua
orang asing itu. Mereka menyuruh kami berempat untuk pulang saja karena hari mulai
malam.
Kami
berenam berpisah di persimpangan jalan. Gue lurus. Mereka berempat belok. Dua
orang asing merasa heran kenapa gue berjalan lurus. Tapi gue yakinkan mereka
kalo gue akan baik-baik saja. Gue tetap melanjutkan perjalanan ke kafe yang
berada di daerah serpong.
Rintik
hujan yang agak derasa masih menemani perjalanan gue dan pita. Sempat berteduh
di antara ruko, Tapi kami lihat hujan tak kunjung reda juga. Kami akhirnya
memaksakan diri berjalan di bawah hujan. Dan kami basah.
“hujannya keren ya pit,
bisa nemenin kita gini” tukas gue sambil menyetir.
“iya ndri tapi ini basah,
aku dingin” pita mengeluh
“enggak apa-apa pit,
sesampainya kita disana. Kita akan saling menghangatkan”
ucap gue dengan nada cool
Pita
hanya tertawa.
Sedekedar
informasi. Di saat perjalanan. Gue dan pita menjadi “relationship goals”. Jadi gue yang nyetir, pita yang ngeliat gps.
Hehehe....
Sekitar
memakan waktu sepuluh menit, akhirnya kami sampai di kafe yang di maksud.
Namnya seven code. Kafe seven kode menawarkan banyak macam makanan dan minuman.
Yang terkenal di tempat ini adalah desain kopi dan cokelat yang lucu.
Disana
kami sibuk berfoto-foto dan sibuk debat siapa yang harus memesan makanan.
Sampai pada akhirnya pita memberanikan diri untuk memesan makanan pada seorang
waiter perempuan. Pita memesan sandwhich dan ternyata isinya es krim. Sudah
dingin di tambah dingin pula. Dasar cewek.
Kurang
lebih satu jam kita menikmati hari berdua layaknya sepasang kekasih di kafe
itu. Cukup indah memang. Tapi waktu harus memaksa kami berdua pulang. Pulanglah
kami sekitar pukul delapan. Pita terlihat lelah sekali. Tapi gue masih melihat
senyum ketika dia mengucapkan kalimat “terima kasih” ketika sampai di rumahnya.
“makasih
pit udah nemenin hujan-hujanaan. Hehe” isi chat gue ketika sudah sampai rumah
“iya
ndri sama-sama” balas pita agak lama
Pasca
hujan-hujanan itu kedua itu gue jadi gak pernah chat pita duluan. Begitupun sebaliknya.
Seolah ada jarak yang cukup jauh diantara kita. Gue mempunyai alasan bahwa gue
telah salah rasa terhadap pita. Atau dengan kata lain gue terlalu baper. Banyak
yang di sembunyikan oleh pita. Pita tidak terbuka tehadap gue.
Gue
berprasangka ada hati yang sedang pita jaga. Atau dengan kata lain pita sudah
mempunyai seorang kekasih. Jika pita membaca tulisan ini, gue ingin berterima
kasih karena dia sudah mengisi hari-hari gue meskipun dengan segala
kemisteriusannya. Juga terima kasih karena kenangannya, gue bisa lupa dengan
amel. gue enggak membenci pita. Gue hanya membenci hati ini yang terlalu baper
terhadap perempuan. huhuhuhuhu............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar