Kena
tipu kali ini bukanlah karena gue salah belanja di toko online, bukan juga
karena gue enggak belanja di JD.ID.
Kena tipu kali ini adalah karena orang jahat yang berkedok sebagai temen. Jujur
ini adalah yang pertama kalinya dalam seumur hidup gue. Gue sering nyanyi kena
tipu barang palsu, kena tipu barang palsu, eh akhirnya gue sendiri yang kena
tipu. Sial....
Oke
mari kita mulai ceritanya......
Dia
mengenalkan diri dengan nama Topan waktu gue bertatap muka dengannya. Waktu itu
gue ketemu dia pada saat interview di
salah satu toko online shop bernama blibli.com. Gue mendatangi kantor
tersebut tepat jam 12 siang di daerah thamrin, tanah abang. Dengan bermodalkan
pengalaman di gudang yang cukup lama, gue melamar di posisi operator gudang
pada saat itu.
Topan
terlihat tidak mencurigakan. Gue sama sekali enggak menaruh pikiran buruk
terhadapnya. Pokoknya gue nganggep semua orang yang interview disitu adalah orang baik. Mungkin itu salah, tapi
entahlah, gue jarang berpikiran buruk terhadap orang. Tepat jam 2, gue, Topan,
beserta delapan orang yang lain melakukan interview.
Ternyata yang lolos hanya delapan orang, dan itu termasuk gue dan Topan di
dalamnya. Dua orang lainnya gugur karena tidak memenuhi kriteria pihak blibli.com.
Setelah
proses interview tersebut kami
berdelapan disuruh menunggu untuk interview
selanjutnya. Dari proses menunggu itulah Topan melancarkan aksinya dengan sok
akrab. Tapi enggak sok akrab juga sih. Tepatnya menjalin hubungan pertemanan.
Dia nanya-nanya biasa selayakanya orang baru kenal. Contoh : darimana? Tau info darimana? Lewat jalan
mana? Pokoknya pertanyaan-pertanyaan standar lah.
Semua
pikiran negatif tentang Topan beneran enggak muncul dalam benak gue. Karena
dari obrolan-obloran kami tersebut gue resmi menganggap Topan sebagai teman.
Kemudian Topan meminta kontak gue agar bisa berkomunikasi atau saling memberi
info tentang lowongan kerja dan keputusan kapan mulai kerja di blibli.com. tentunya itu gue anggap
sebagai hal yang wajar. Secara, kami berdua sama-sama orang yang mencari
pekerjaan. Gue beri lah nomor gue ke si Topan.
“bro minta nomor lu dong”
pinta Topan
“buat apaan bang”
ucap gue dengan nada keberatan
“ya buat kontekan aja. Nanti kan bisa
saling info loker” jawab Topan
“oh oke”
Seusasi
acara interview itu kami pulang. Dan
itupun gue dan Topan pulang bareng ke arah tangerang. Dia mengaku sebagai warga
di daerah sepatan. Dan bodohnya gue percaya-percaya saja.
Selang
waktu beberapa hari kemudian ada chat dan itu dari nomornya Topan. Dia
menanyakan kepada gue perihal kabar di blibli.com.
“bro gimana? Udah dapet kabar dari
blibli?” chat dia yang masuk ke ponsel gue
“belum bro. Gue enggak ngarepin lah”
bales gue
“oh kalo gitu jadi sales di Meikarta
aja bro. Ada gapoknya kok lumayan buat jajan”
“emang berapa gapoknya bang?”
gue penasaran
“5jt bro”
bales dia
Seketika
gue bengong. Mana ada gapok sales 5 juta. Yang gue tau sales itu enggak ada
gaji pokoknya. Kecuali dia bisa menjual baru deh dapet gaji. Karena rasa enggak
percaya gue, gue search di google. Ternyata beneran ada. Di kaskus juga beneran
ada dan para penduduk kaskus awalnya enggak percaya. Tapi orang itu terus
menjelaskan dan mempost gambar gaji serta perundang-undangan menjadi sales di Meikarta.
Dari
situ gue percaya kalo si Topan ini enggak bohong. Dia juga mengirimkan gambar
dan perundang-undangan yang sama tapi dalam angle yang berbeda. Tentunya gue
sebagai pengangguran sudah bereksektasi segala macam dengan gapok senilai 5
juta tersebut. Di tambah gue emang butuh biaya untuk keperluan kuliah dan
sebagainya.
Kemudian
Topan mengajak gue bertemu. Tujuannya untuk memberitahu gue bagaimana cara agar
lolos interview ketika bertemu dengan
kepala regunya. Lagi-lagi gue percaya dan enggak punya pikiran buruk tentang Topan.
Gue udah sangat mempercayainya. Di tambah dia katanya sudah pengalaman di Meikarta selama 3 bulan. Katanya kontrak
di Meikarta sendiri memang tak lebih
dari 3 bulan. Dia juga sampai mengirimkan foto buku tentang Meikarta kepada gue lewat WA. Pokoknya
gue makin percaya bahwa jadi sales Meikarta
mungkin rejeki gue pada saat itu.
Pertemuan
gue dengan Topan nyatanya enggak berjalan mulus. Dari hari ke hari setiap gue
ingin bertemu Topan selalu saja di halangi hujan. Andaikan gue cerdas dan
pintar dengan tanda-tanda Tuhan, mungkin gue akan sadar jika itu adala bentuk
larangan Tuhan kepada gue untuk menemui Topan. Tapi sayangnya gue enggak cukup
pintar dalam memahami kode-kode yang Tuhan berikan. Gue terus bilang ke Topan
untuk menunggu cuaca mendukung alias cerah tidak hujan.
Kemudian
tepat hari rabu. Cuaca memang mendukung. Hari itu cerah. Gumpalan-gumpalan awan
oranye yang membentuk senja seolah mendukung gue untuk bertemu dengan Topan.
Lagi-lagi, gue enggak punya pikiran buruk tentang Topan. Gue sepakat bertemu
selepas maghrib di mall Tangcity.
Yang membuat gue semakin positif adalah dia datang sekitar pukul 5 di depan
hotel amaris. Gue sangat tidak enak karena membuatnya menunggu lama.
“bro gue sampe nih di tangcit. Depan
hotel amaris yang banyak grab mangkal”
“oke bro masih di jalan”
bales gue
“iya jangan lama—lama. Kan mau
kerumah bos juga”
“okeh”
Perjalanan
dari rumah gue ke tangcit menghabiskan waktu satu jam. Gue bener-bener enggak
enak udah ngebuat dia nunggu. Di jalanpun gue lagi-lagi enggak di kasih kode
oleh Tuhan alias gue enggak punya firasat buruk. Gue mengemudi motor dengan
normal dan tanpa rasa deg-degan. Akhirnya setelah membunuh selama satu jam. Gue
sampe di tangcit. Gue langsung memarkirkan motor gue di dalam mall. Tujuannya
sih agar kerumah bos menggunakan motor Topan. Karena jujur aja, gue males kalo
harus pake motor gue, bensinnya boros.
“lu enggak bawa motor bray?”
tanya Topan selepas bersalaman dengan gue
“kga bang, naik gojek tadi turun di
depan. Gue masuk mall dulu beli sesuatu” jawab gue berbohong
“oh yaudah pake motor gue aja ya ke
rumah bosnya”
“iya bang”
Gue
sampai ke tangcit seiktar pukul delapan malam. Dan Topan sampai pada pukul 5.
Dia mengaku menempuh jarak dari bekasi. Tentunya dia sangat sabar menunggu gue.
Hingga pada pertemuan pun dia mengeluh tentang pinggangnya yang sakit dan kami
enggak langsung berangkat kerumah bosnya. Kami ngopi-ngopi dulu sambil dia
memberitahu pertanyaan-pertanyaan yang akan gue hadapi ketika bertemu bosnya
nanti.
“bang gue kan enggak pengalaman di
properti. Apakah bisa?” tanya gue
“slow. Gue bilangnya lu pengalaman 3
bulan di properti. Bohong ajalah dia nggak bakal cek detail”
jawab Topan
“terus apa aja yang harus gue jawab?”
tanya gue lagi
“ya misal harga, pernah pengalaman
dimana, pernah ngejual berapa unit, pokoknya seacrh aja di google tentang
perumahan. Cari ukuran, harga, lokasinya strategis apa kaga. Buat modal wawasan
lu aja sih. Hehe” jelas Topan ke gue
Mendengar
penjelasannya tersebut membuat gue semakin yakin bahwa Topan memang sudah
berpengalaman. Apalagi dia menunjukan bank nobu sebagai bank partner Meikarta selama kami bekerja nanti.
Meskipun kami baru kenal di thamrin kemarin. Gue udah sangat mempercayainya
karena pengalamannya tersebut. Dan gue harus jelaskan berulang kali, gue enggak
punya pikiran buruk terhadapnya sampe pertemuan dan berbincang malam itu.
Sekitar
pukul sembilan malam kami berangkat ke daerah puri beta ciledug. Kata Topan,
untuk menemui bosnya dirumah. Jujur gue udah pernah ke daerah itu selama dua kali.
Tapi hanya lewat. Karena pada saat gue melewati jalur tersebut gue hendak menuju Blok M dan menuju Universitas Budi Luhur. Masuk ke perumahannya belum pernah.
Sampailah
gue dan Topan di pintu perumahan. Sebenarnya bukan pintu juga sih. Lebih
tepatnya gang. Gang menuju perumahan mungkin, gue juga enggak terlalu paham.
Pokoknya keheningan menemani kami berdua malam itu. Sesekali memang ada abang
grab atau gojek tapi tak lama pergi lagi. Mungkin hanya numpang kencing atau
mencari penumpang. Jika di bilang menyeramkan, tempatnya tak terlalu
menyeramkan karena di dekat gue dan Topan pun ada Indomaret. Hanya saja hening
dan sepi kadang membuat bulu kuduk gue beridiri. Gue samaa sekali enggak takut
terhadap hantu attau semacamnya karena mereka tak mungkin bisa membunuh gue.
yang gue takutkan adalah ada segerombol orang yang tiba-tiba datang lalu ah
sudahlah gue buang pikiran itu jauh-jauh. Setidaknya gue merasa aman karena ada
Topan. Setidaknya gue enggak sendirian.
“bray gue ke indomaret dulu yak”
izin Topan ke gue
“oh iya bang”
Sekitar
dua puluh menit gue ditinggal sendirian di tempat hening itu. Kemudian Topan
datang kembali.
“bray belum dateng bosnya?”
“belum
bang, lama bener si” jawab gue kesal
“coba minjem hp lu buat nelpon. Hp
gue mati” jelas Topan
Lalu
gue kasih handphone gue. Enggak lama
datenglah sekumpulan orang berjumlah 5 orang. Termasuk Topan dan gue jadinya
berjumlah 7 orang. Menggunkan jaket. Membawa motor. Dan menggunkan kupluk di
jaketnya. Gue enggak bisa ngeliat percis wajah-wajahnya. Gue enggak tau pasti
juga tuh orang-orang mau ngapain. Gue enggak mengeluarkan kata sedikitpun.
Suasana masih hening.
“gue udah dapet handphonenya, cabut”
suara Topan memecah keheningan malam itu. Kemudian mereka pergi meninggalkan
gue termasuk si Topan.
Gue
mengeryitkan dahi. Kaki gue lemes. Gue berjalan menuju keluar gang. Tuhan
untungnya masih berbaik hati ke gue. Gue dipertemukan dengan seorang
bapak-bapak yang kebetulan sedang memainkan handphone.
Dan disaat itu hati gue yang tadinya deg-degan, seketika lega. Entahlah nafas
gue jadi teratur saat gue ketemu bapak-bapak itu.
“bang gojek bukan?”
tanya gue ke bapak-bapak tersebut
“oh bukan, saya grab.”
Jawab bapak-bapak itu sambil tersenyum
“bang tolong anter saya ke tangcit
bang. Saya abis kena tipu sama orang” pinta gue dengan nada
memohon
Awalnya
abang itu menolak karena pada saat itu waktu menunjukan pukul setengah sebelas
malam. Dia mengatakan bahwa anak dan istrinya sudah menunggu dirumah. Namun gue
tetap memohon pada bapak-bapak itu untuk mengantarkan gue.
“bang tolong bang. Saya beneran
enggak nipu, ini kunci motor saya ada, karcis parkir juga ada nih bang
bacaannya Tangcity” jelas gue sambil menunjukan karcis parkir
dan kunci motor gue
“ohh iya yak. Kamu kok bisa sih
ketipu gitu?”
“ceritanya panjang bang”
“oh yaudah sebentar saya orderin aja.
Soalnya beneran saya enggak bisa” jelas abang grab itu
“iya bang gpp. Yang penting saya bisa
pulang”
Kurang
lebih sepuluh menit ternyata benar. Abang grab lainnya datang.
“bang tolong anterin anak ini ke Tangcity
ya. Kasian dia abis kena tipu” jelas abang grab kepada
rekannya itu
Kemudian
rekan abang grab itu setuju. Dan mengantar gue. Disepanjang perjalanan banyak
hal yang gue ceritakan tentang kejadian penipuan itu. Entahlah gue merasa ada
rasa aman dan lega ketika gue sudah nik grab dan bercerita banyak kepada
drivernya. Gue kembali bisa menghela nafas secara normal ketika sudah
bercerita. Dia (abang grab) juga menyarankan gue agar selalu berhati-hati
dengan orang baru. Walaupun kita tak pernah berbuat jahat, tapi kejahatan
selalu mengintai kita. Begitulah petuahnya.
Harusnya
gue sadar, sebaik apapun orang baru, tetaplah orang baru. Gue belum tau lokasi
rumahnya dimana. Gue juga belum tau temen-temen dia siapa. Gue juga belum tau
tentang pekerjaan sehari-harinya apa. Dan sayangnya gue bodoh dalam berpikir
seperti itu. Gue langsung menilai bahwa Topan adalah orang baik. Orang yang
sangat gue percayai malam itu. Meskipun gue tau kadang yang yang sangat di
percaya malah balik berkhianat.
Tapi
meskipun begitu gue tetap bersyukur karena dompet dan motor gue aman. Terus gue
juga pulang kerumah dengan keadaan normal, tanpa babak belur, tanpa luka, dan
tentunya tanpa ada yang sakit. Semua sudah di rencanakan Tuhan. Kadang gue juga
mikir Tuhan mungkin cemburu karena jika ada handphone
itu, gue selalu memprioritaskan handphone
ketimbang Tuhan. Kemudian gue juga selalu yakin bahwa setiap yang hilang, pasti
akan diganti dengan yang lebih baik atau yang lebih bagus. Tuhan juga mungkin
sayang kepada gue agar gue segera membeli handphone
baru. Yah namanya musibah, pasti ada pelajaran dan ada penyeselan. Semoga kisah
gue ini menjadi pelajaran buat kalian-kalian yang baca. Dan semoga orang-orang
jahat di bumi ini cepat bertobat. Aminnnnn...
See
you...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar