“Move On atuh ndri,
masa stuck di satu cewek doang. Nanti kejantanan lu di pertanyakan sama
malaikat. Hahahahaha” ejek temanku yang bernama bolu
“hahahaha sial lu.
Slow aja gue udah dapet target baru” jawabku sambil merapikan kerah kemeja
Move On atau yang
biasa orang sebut muf on atau orang tua biasa sebut Move On ini menurut sudut pandangku berarti pindah. Bukan pindah
rumah atau pindah kontrakan. Maksudnya adalah awalnya mengagumi seseorang namun
kita pindahkan rasa kagum itu ke orang lain atau kepada Sang Maha Pencipta.
Weheeeeeee sok agamis ya....
Biasanya orang yang belum Move On ini di tandai dengan sering membahas mantan, nangis
sendiri, suka ngemil berlebihan, dan stok tisu di rumahnya sekontener.
Orang-orang seperti ini harus di berikan motivasi seperti yang bolu lakukan
kepadaku dalam sebuah kalimat pembuka diatas. Motivasi itu dapat berupa ejekan,
wejangan, atau sindiran. Atau kalau belum bisa Move On juga bisikin aja di kupingnya “MOVE ON WOY”.
Sebelum mendapat bisikan seperti itu dari bolu, aku bergegs Move On. Aku mengemasi kenangan pahit
yang pernah terjadi di hari kemarin. Tak lupa aku juga membungkus rasa sakit
hati yang telah terjadi kemarin. Bella mungkin tak tahu bahwa apa yang dia
lakukan itu membuatku patah hati sekaligus galau. Namuan bukan salahnya juga,
semua ini tetap pihak laki-laki yang salah karena aku tak berani mengungkapkan
rasa kepadanya.
Setelah kejadian patah hati itu, aku mengingat-ngingat kakak
kelas idaman lainnya yang pernah aku perhatikan di masa SMP. Waktu itu memang
ada salah satu perempuan yang sempat membuat sekolahku menjadi bersemangat. Namanya
Endah. Aku tahu dia dari teman-teman segengnya dulu yang selalu manggil “woy ndah, woy ndah” maka dapat aku
simpulkan bahwa nama perempuan itu adalah Endah.
Dia sama seperti bella. Sama-sama seorang kakak kelas. Sama-sama cantik. Bedanya kalau
bella aku tidak pernah menjumpai di sekolah, namun bila Endah, aku sering
melihatnya sedang nongkrong bersama gengnya. Endah terlihat ccantik dengan
senyum yang manis, badannya ideal. Tidak gendut, juga tidak kurus. Matanya yang
sipit menambah ketertarikanku terhadapnya. Ini dia penampakannya
Endah yang menggunakan kerudung merah |
Dulu aku sangat ingin berkenalan
dengannya. Aku ingin lebih dekat berbincang dengannya. Namun semua itu hanyalah
sebuah harapan. Di masa SMP aku sangat cemen sekali untuk di kategorikan
sebagai seorang laki-laki. Alhasil aku hanya bisa memandanginnya dari kejauhan.
Aku mungkin mengenalnya, tapi dia tak mengenalku. Sampai dengan Endah lulus,
aku tetap hanya bisa melihatnya dari jauh. Bahkan untuk memberi selamat pun aku
masih takut.
Setelah lulus SMP, SMK, bahkan samapai dengan aku kuliah,
aku masih mengingat kejadian cemen itu. Sampai akhirnya aku coba iseng mencari
akun Endah di instagram. Ada banyak
nama Endah ketika aku tekan tombol search. Namun ada satu orang yang pernah aku
lihat. Seperti dejavu. Ternyata benar.
Ia adalah Endah yang dulu aku kagumi. Tanpa ragu aku follow akunnya. Karena dari
dulu karakter dia terkesan sombong, aku coba mengirim direct message (DM) kepadanya.
“Follback kakak :)”
pesan singkat itu aku kirim
“syyudah ya” 35
menit kemudian dia membalas seperti itu tentu dengan pemberithuan bahwa dia
sudah memfollow akunku. Aku masih sangat yakin bahwa dia tak mengenaliku. Buktinya
sudah jelas. Balasan dia singkat, padat, dan jelas.
“ini kak Endah yang
alumni SMP Muhammadiyah kan?” aku coba ingin mengingatkan dia tentang masa
SMP
“iya, eh kok tau? Emangnya
ini siapa?” Endah membalas seolah heran
“hahahaha lu enggak
bakal tau gua kak. Kalo gue sih tau lu. Ya semacam pengagum rahasia” aku
coba jelaskan pada Endah
“widih ngeri. Hahahahaha”
balas Endah
Dari situ komunikasi kami via DM semakin intens. Dari situ
juga aku bisa mendapat WA dan pin BBM-nya. Kemudian setelah mendapatkan kontak Endah
aku merasa senang. Entah kenapa seperti ada hawa segar yang berhembus di hati
ini. Kakak kelas yang dulu aku kagumi kini aku bisa berkomunikasi dengannya. Kadang
aku sempat protes kepada Tuhan “Tuhan,
jika rasanya se-senang ini, mengapa tidak dari dulu saja Engkau menakdirkan
keadaan seperti ini?”
Aku tidak ingin bernasib sama dengan apa yang terjadi pada
bella. Dengan bella aku merasa tidak pantas. Bahkan untuk meminta pin BBM dan
WA bella saja aku sungkan. Entahlah mungkin bella di ciptakan hanyauntuk
kagumi. Berbeda dengan Endah. Endah begitu welcome terhadapku. Endah memberiku
celah untuk bisa bercanda, genit, merayunya. Pokoknya aku senang dengan apa
yang Endah lakukan meski dia tak pernah sekalipun merespon. Aku curiga dia
masih trauma. Namun aku tidak peduli, aku nyaman berkomunikasi dengannya walau
hanya lewat chat.
Rasa senang yang aku rasakan tentunya aku sembunyikan dari Endah.
Aku tidak ingin Endah tahu. Namun sepertinya Endah sudah tahu dengan segala
sikapku kepadanya. Tapi aku tetap menjaga jarak. Aku tidak ingin kelihatan
seperti mengejar. Aku coba bersikap cuek tapi diam-diam memerhatikan. Bahkan pernah
saat itu ketika Endah sibuk dengan skripsinya, ia sempat hilang di dunia maya. Statusnya
tak lagi beredar, Stories di instagramnya tak lagi bermunculan. Ada apakah
gerangan? Apakah sesibuk itu mengerjakan skripsi?
Karena penasaran aku coba chat dia.
“kak” chat singkat
itu aku kirim kemudian ceklis. Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat itu. Pooknya
tidak karuan. Aku bertanya-tanya kemana hilangnya Endah. Aku sempat berpikir
bahwa dia tak ada kuota, namun sepertinya Endah orang berada, masa kuota dengan
harga seratus ribu ia tak mampu membelinya. Pikiran tersebut akhirnya berubah
menjadi apakah Endah sudah tidak ingin berkomunikasi denganku? Semua pikiran
negatif seolah menyerang otakku sampai akhirnya aku tak tahu lagi apa yang
harus aku lakukan selain menunggu.
Selang satu hari atau dua hari kalau tidak salah, chatku
akhirnya berubah menjadi huruf D. Perasaan lega akhirnya datang. Kemudian tak
lama datanglah pesan darinya “apa”. Endah
memang masih cuek. Tapi dia baik karena membiarkan aku jatuh cinta padanya. Tak
mau Endah menunggu lama. Aku langsung balas chatnya dengan sebuah kata “rindu” kemudian dia hanya membalas “hahahahahahaha” ia menjelaskan bahwa
skripsi membuat ia malas untuk mengaktifkan data internet. Sebenarnya aku paham
maksudnya. Ia memang harus fokus kepada sidangnya kelak, ia memang harus sukses
dengan sidangnya agar orang tuanya bangga. Namun penjelasannya aku bantah
dengan statement “kan kalo gak pake
internet jadi ketinggalan info terupdate kak” padahal maksudku adalah “kan kalo gak pake internet, aku jadi rindu
kak”
Kira-kira seperti itulah aku bisa dekat dengan endah dengan menyembunyikan perasaan. Walau
memang sesekali aku kadang tak tahan. Ya aku yakin Endah menganggapku orang
yang tukang bercanda dan tidak pernah serius. Sebenarnya masih banyak hal-hal
yang belum aku ceritakan. Daripada kepanjangan, aku ingin membuat tulisan ini
menjadi tiga bagian. Anggap saja ini adalah sebuah perkenalan. Selanjutnya mungkin
akan aku sisipkan konflik bersama Endah. Hahahahaha
to be continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar