Beberapa bulan yang lalu, gue pergi ke sebuah kafe di
sekitar kota tangerang yang tentunya tanpa seorang teman. Gue berharap akan
banyak menemukan sebuah referensi atau kejadian unik yang bisa gue tulis. Sengaja
gue pergi seorang diri karena sendiri lebih baik daripada berdekatan tapi tak
saling bicara. Wadaw.......
Gue duduk di sebelah
segerombolan perempuan. Ada sekitarempat perempuan yang sedang bersenda gurau
sambil menikmati kopi. Kebetulan pula perbincangan mereka terdengar jelas di
telinga gue.
“eh tau gak sih, masa mantan gue ngajak balikan?” salah satu
perempuan itu membuat pengumuman di depan teman-temannya. Karena gue juga
mendengar, otomatis gue juga sudah resmi menjadi temannya. Respon
teman-temannya hanya tertawa, begitu juga dengan gue, gue tersenyum mendengar
pengumuman itu. Karena tidak ingin ketahuan, gue tersenyum ke arah laptop yang
sedang gue pandang.
Kemudian gue diam sejenak. Merenung. Tiba-tiba gue teringat
dengan seseorang...........
Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Bayi yang baru
lahir sajapun mempunyai masa lalunya di dalam kandungan. Hanya saja ia tak
mengingatnya. Baik manis maupun pahit, kita memang sering di ganggu oleh masa
lalu. Termasuk gue. Sudah sekitar 3 tahun gue putus hubungan dengan erna. Entah
kenapa erna selalu menjauhi gue. Padahal kala itu kami putus dengan baik-baik.
gue pernah mencoba menginvite pin bbmnya. Tapi tidak di accept. Gue pernah
memfollow akun instagramnya yang di gembok. Tapi lagi-lagi tidak di accept.
Hingga pada saat 1 tahun setelah gue di abaikan, erna kembali datang kepada gue
dengan membawa cerita yang cukup menyayat hati. Erna di selingkuhi oleh
pacarnya. erna menjelaskan bahwa ia tidak pernah mengabaikan gue. pacarnyalah
yang memegang segala akun erna.
Gue sangat menyambut kedatangan erna pada saat itu. Karena
jujur gue belum sepenuhnya move on darinya. Hati kecil gue masih berkata “aku
menyayangimu erna”. Hari-hari gue kembali di penuhi dengan chat dari erna. Erna
selalu membagi keluh kesahnya kepada gue. Hingga pada akhirnya gue kembali merasakan
nyaman yang luar biasa. Orang yang sangat mengenal gue akhirnya kembali
menemani hari-hari gue.
Sebagai informasi saja, erna adalah cinta pertama gue. Erna
mengajarkan gue kesabaran dalam mengahadapi perempuan. Erna pun mengajarkan
kesabaran dalam menghadapi rindu yang mendalam. Erna mengajarkan bahwa
pertemuan adalah hal yang mewah dalam sebuah hubungan. Semua tentang erna
memang cukup indah melekat dalam ingatan gue. sebelas bulan bersama memang
bukan waktu yang sebentar. Segala kenangan yang kami berdua buat masih terbenam
indah dalam otak gue yang minimalis ini.
“ndry, aku seneng deh
bisa chat-chatan sama kamu lagi” tukas erna dalam sebuah chat
“hehehe iya er aku
juga seneng. Kamu belum berubah. Masih bisa bikin aku nyaman” balas gue
dengan perasaan senang
“iya kamu juga masih
bisa ngertiin aku. Makasih ya ndry ({})” balas erna dengan menyertakan
emoticon memeluk
Setelah melihat emoticon itu di chat gue, gue benar-benar
kehilangan kesadaran. Gue terbawa alur yang erna buat. Gue pasrah dengan segala
bentuk kenyamanan yang erna berikan. Benih-benih cinta mulai tumbuh kembali di
hati gue. Ingin menolak perasaan ini namun gue tak cukup banyak tenaga. Erna
seperti ingin kembali mengulang masa lalu yang indah dulu. Gue sebenarnya takut
di jadikan bahan pelarian saja. Karena menurut survey yang beredar lebih perih
berada di area betadinezone ketimbang di area driverzone.
Kami akhirnya kembali bertemu di tempat biasa. Tempat yang
menjadi paling favorite bagi erna. Di sebuah taman yang pada zaman SMK kami sering
bercerita, bersenda gurau, bahkan saling menggengam. Hujan pernah menjadi saksi
ketika gue batal bertemu dengan erna di tempat itu. saat itu erna memang sedang
ngambek karena gue tertangkap basah sedang chattingan dengan mantan.
Hahahahaha... pokoknya banyak kenangan manis maupun pahit di tempat itu.
Sebelumnya gue tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan
erna kembali. Apalagi setelah erna mempunyai pacar baru. Gue seperti merasa
berdosa ketika gue kembali mengajaknya bertemu. Namun saat itu, mata kami
kembali bertemu. Namun ada yang berbeda. Badan erna terlihat kurus. Berbeda
sekali pada saat berpacaran dengan gue.
“lu kurusan er.
Hahahaha capek ya kerja” gue coba membuka percakapan
“ah andry. Iya gua
capek kerja, capek sabar, capek segalanya. Hehe” erna tersenyum
Kemudian gue mempersilahkan erna untuk duduk di samping gue.
rasanya sudah berbeda. Jantung gue tidak lagi berdebar. Wajah gue tidak lagi
penuh keringat. Berbeda sekali pada saat pertama duduk di dekatnya. Gue kembali
merenung apakah cinta sudah pudar di hati gue? apakah rasa senang ini hanya
sesaat? Pertanyaan-pertanyaan dengan awalan “apakah” terus merasuki otak gue.
gue benar-benar bingung dengan perasaan ini.
“eh ndry, kok diem?”
erna menyadarkan lamunan gue
“eh iya er, enggak
tadi gua lagi fokus mandang langit aja. Liat deh awannya bagus.” Jawab gue
berbohong. Gue tidak ingin merusak kenyamanan erna. Kemudian erna memandang
langit, seraya berkata “iya awannya
bagus.”
Gue menundukan kepala sambil menempelkan kedua telapak
tangan di sela-sela hidung gue. seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.
Lalu erna menempelkan kepalanya ke bahu gue. gue merasa biasa saja. yang gue
rasakan hanya senang. Tak lebih. Namun erna kelihatan sangat menikmati momen
bersama gue. ia sering menanyakan mengapa gue lebih sering melamun ketimbang
mengajaknya berbicara. Kadang memang ada hal yang tak bisa di sampaikan dengan
sejuta kata.
Senja pun mulai menampakkan dirinya. Senja kali ini datang
dengan warna yang berbeda. Lebih merah ketimbang hari-hari sebelumnya. Gue
kemudian melihat ke arah erna. Erna sedang menikmati senja dengan begitu damai.
Seolah tidak ada beban di hidupnya. Erna melirik ke arah gue sambil berkata
“gua seneng ndry bisa nikmatin senja bareng lu. Makasih ya” erna memeluk gue
dari samping. Lagi-lagi hanya perasaan senang yang gue dapat. Tidak ada
perasaan berdebar seperti 3 tahun lalu. Sebagai cara menghargai pelukannya gue
hanya bisa membelai rambutnya yang halus.
Kami berpisah sebelum senja pergi. Malamnya erna mengirimi
gue sebuah pesan singkat yang berisikan ucapan terimakasih. Gue hanya
membacanya. Karena gue tidak ingin melanjutkan kisah bersama erna. Gue selalu
merasa erna hanyalah masa lalu yang tidak untuk di ulang kisahnya. Erna hanya
untuk gue kenang demi masa depan yang lebih baik. sampai akhirnya gue coba
menghubungi mantannya. Gue ingin tahu jawaban mengapa perempuan seperti erna
bisa di selingkuhi.
Gue menyebutnya kampret. Karena si mantannya erna ini emang
kampret. Awalnya ia mencaci maki gue karena sudah merebut erna dari pelukannya.
Lah dia sama gue juga duluan gue yg pacaran sama erna. Gak ada faedahnya juga
ngerebut mantan dari pacarnya. Hahahaha...... tapi setelah gue melakukan banyak
penjelasan. Akhirnya si kampret sadar kalau gue datang padanya dengan maksud
baik. Mendengar segala ceritanya gue bisa mengambil sebuah kesimpulan. Ternyata
erna hanya salah paham tentang pacarnya. Gue sangat yakin pacarnya bercerita
sangat jujur. Karena laki-laki dengan laki-laki perasaannya tidak mungkin
berbeda jauh.
Setelah beberapa hari, komunikasi gue tidak begitu baik
dengan erna. Gue sengaja mengabaikan dengan alasan sibuk kerja dan kuliah. Erna
pun tidak berbeda. Ia tetap tidak mengerti denga segala kesibukan gue. erna
selalu ngambek dan marah-marah ketika gue lambat atau telat dalam mambalas
sebuah chat.
Gue mengabaikan erna bukan tanpa tujuan. Gue ingin erna
menjauhi gue. Gue ingin erna balikan saja dengan mantannya. Karena gue yang
sekarang bukanlah kekasih erna yang dulu. Erna pun demikian. Kami sudah
sama-sama berbeda. Kami bukanlah sebuah pasangan di masa SMK. Walaupun jujur gue sangat nyaman dengan erna, tetapi gue
rasa hanya si kampret yang bisa membuat erna bahagia.
Gue rasa benar jika seseorang mengungkapkan “masa lalu
adalah untuk di kenang, bukan di ulang”. Karena menurut gue pun masa lalu
adalah sebagai bahan pembelajaran untuk melangkah ke depan. Kemudian ada
kalimat favorite yang gue kutip dari bukunya fiersa besari “hidup harusnya
seperti membaca buku, kita tidak akan sampai pada bab berikutnya jika kita
terpaku dengan bab sebelumnya”. Kisah gue di depan mungkin lebih menarik di
banding mengulang hari bersama mantan. Entahlah yang pasti gue akan tetap
melangkah dan melewati bab demi bab yang di buat oleh Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar