Jumat, 17 Maret 2017

Masalalu Hanyalah Untuk Di Kenang, Bukan Di Ulang

Beberapa bulan yang lalu, gue pergi ke sebuah kafe di sekitar kota tangerang yang tentunya tanpa seorang teman. Gue berharap akan banyak menemukan sebuah referensi atau kejadian unik yang bisa gue tulis. Sengaja gue pergi seorang diri karena sendiri lebih baik daripada berdekatan tapi tak saling bicara. Wadaw.......

 Gue duduk di sebelah segerombolan perempuan. Ada sekitarempat perempuan yang sedang bersenda gurau sambil menikmati kopi. Kebetulan pula perbincangan mereka terdengar jelas di telinga gue. 

“eh tau gak sih, masa mantan gue ngajak balikan?” salah satu perempuan itu membuat pengumuman di depan teman-temannya. Karena gue juga mendengar, otomatis gue juga sudah resmi menjadi temannya. Respon teman-temannya hanya tertawa, begitu juga dengan gue, gue tersenyum mendengar pengumuman itu. Karena tidak ingin ketahuan, gue tersenyum ke arah laptop yang sedang gue pandang.

Kemudian gue diam sejenak. Merenung. Tiba-tiba gue teringat dengan seseorang...........

Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Bayi yang baru lahir sajapun mempunyai masa lalunya di dalam kandungan. Hanya saja ia tak mengingatnya. Baik manis maupun pahit, kita memang sering di ganggu oleh masa lalu. Termasuk gue. Sudah sekitar 3 tahun gue putus hubungan dengan erna. Entah kenapa erna selalu menjauhi gue. Padahal kala itu kami putus dengan baik-baik. gue pernah mencoba menginvite pin bbmnya. Tapi tidak di accept. Gue pernah memfollow akun instagramnya yang di gembok. Tapi lagi-lagi tidak di accept. Hingga pada saat 1 tahun setelah gue di abaikan, erna kembali datang kepada gue dengan membawa cerita yang cukup menyayat hati. Erna di selingkuhi oleh pacarnya. erna menjelaskan bahwa ia tidak pernah mengabaikan gue. pacarnyalah yang memegang segala akun erna.

Gue sangat menyambut kedatangan erna pada saat itu. Karena jujur gue belum sepenuhnya move on darinya. Hati kecil gue masih berkata “aku menyayangimu erna”. Hari-hari gue kembali di penuhi dengan chat dari erna. Erna selalu membagi keluh kesahnya kepada gue. Hingga pada akhirnya gue kembali merasakan nyaman yang luar biasa. Orang yang sangat mengenal gue akhirnya kembali menemani hari-hari gue.

Sebagai informasi saja, erna adalah cinta pertama gue. Erna mengajarkan gue kesabaran dalam mengahadapi perempuan. Erna pun mengajarkan kesabaran dalam menghadapi rindu yang mendalam. Erna mengajarkan bahwa pertemuan adalah hal yang mewah dalam sebuah hubungan. Semua tentang erna memang cukup indah melekat dalam ingatan gue. sebelas bulan bersama memang bukan waktu yang sebentar. Segala kenangan yang kami berdua buat masih terbenam indah dalam otak gue yang minimalis ini.

“ndry, aku seneng deh bisa chat-chatan sama kamu lagi” tukas erna dalam sebuah chat

“hehehe iya er aku juga seneng. Kamu belum berubah. Masih bisa bikin aku nyaman” balas gue dengan perasaan senang

“iya kamu juga masih bisa ngertiin aku. Makasih ya ndry ({})” balas erna dengan menyertakan emoticon memeluk

Setelah melihat emoticon itu di chat gue, gue benar-benar kehilangan kesadaran. Gue terbawa alur yang erna buat. Gue pasrah dengan segala bentuk kenyamanan yang erna berikan. Benih-benih cinta mulai tumbuh kembali di hati gue. Ingin menolak perasaan ini namun gue tak cukup banyak tenaga. Erna seperti ingin kembali mengulang masa lalu yang indah dulu. Gue sebenarnya takut di jadikan bahan pelarian saja. Karena menurut survey yang beredar lebih perih berada di area betadinezone ketimbang di area driverzone.

Kami akhirnya kembali bertemu di tempat biasa. Tempat yang menjadi paling favorite bagi erna. Di sebuah taman yang pada zaman SMK kami sering bercerita, bersenda gurau, bahkan saling menggengam. Hujan pernah menjadi saksi ketika gue batal bertemu dengan erna di tempat itu. saat itu erna memang sedang ngambek karena gue tertangkap basah sedang chattingan dengan mantan. Hahahahaha... pokoknya banyak kenangan manis maupun pahit di tempat itu.

Sebelumnya gue tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan erna kembali. Apalagi setelah erna mempunyai pacar baru. Gue seperti merasa berdosa ketika gue kembali mengajaknya bertemu. Namun saat itu, mata kami kembali bertemu. Namun ada yang berbeda. Badan erna terlihat kurus. Berbeda sekali pada saat berpacaran dengan gue.

“lu kurusan er. Hahahaha capek ya kerja” gue coba membuka percakapan

“ah andry. Iya gua capek kerja, capek sabar, capek segalanya. Hehe” erna tersenyum

Kemudian gue mempersilahkan erna untuk duduk di samping gue. rasanya sudah berbeda. Jantung gue tidak lagi berdebar. Wajah gue tidak lagi penuh keringat. Berbeda sekali pada saat pertama duduk di dekatnya. Gue kembali merenung apakah cinta sudah pudar di hati gue? apakah rasa senang ini hanya sesaat? Pertanyaan-pertanyaan dengan awalan “apakah” terus merasuki otak gue. gue benar-benar bingung dengan perasaan ini.

“eh ndry, kok diem?” erna menyadarkan lamunan gue

“eh iya er, enggak tadi gua lagi fokus mandang langit aja. Liat deh awannya bagus.” Jawab gue berbohong. Gue tidak ingin merusak kenyamanan erna. Kemudian erna memandang langit, seraya berkata “iya awannya bagus.”

Gue menundukan kepala sambil menempelkan kedua telapak tangan di sela-sela hidung gue. seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Lalu erna menempelkan kepalanya ke bahu gue. gue merasa biasa saja. yang gue rasakan hanya senang. Tak lebih. Namun erna kelihatan sangat menikmati momen bersama gue. ia sering menanyakan mengapa gue lebih sering melamun ketimbang mengajaknya berbicara. Kadang memang ada hal yang tak bisa di sampaikan dengan sejuta kata.
Senja pun mulai menampakkan dirinya. Senja kali ini datang dengan warna yang berbeda. Lebih merah ketimbang hari-hari sebelumnya. Gue kemudian melihat ke arah erna. Erna sedang menikmati senja dengan begitu damai. Seolah tidak ada beban di hidupnya. Erna melirik ke arah gue sambil berkata “gua seneng ndry bisa nikmatin senja bareng lu. Makasih ya” erna memeluk gue dari samping. Lagi-lagi hanya perasaan senang yang gue dapat. Tidak ada perasaan berdebar seperti 3 tahun lalu. Sebagai cara menghargai pelukannya gue hanya bisa membelai rambutnya yang halus.

Kami berpisah sebelum senja pergi. Malamnya erna mengirimi gue sebuah pesan singkat yang berisikan ucapan terimakasih. Gue hanya membacanya. Karena gue tidak ingin melanjutkan kisah bersama erna. Gue selalu merasa erna hanyalah masa lalu yang tidak untuk di ulang kisahnya. Erna hanya untuk gue kenang demi masa depan yang lebih baik. sampai akhirnya gue coba menghubungi mantannya. Gue ingin tahu jawaban mengapa perempuan seperti erna bisa di selingkuhi.

Gue menyebutnya kampret. Karena si mantannya erna ini emang kampret. Awalnya ia mencaci maki gue karena sudah merebut erna dari pelukannya. Lah dia sama gue juga duluan gue yg pacaran sama erna. Gak ada faedahnya juga ngerebut mantan dari pacarnya. Hahahaha...... tapi setelah gue melakukan banyak penjelasan. Akhirnya si kampret sadar kalau gue datang padanya dengan maksud baik. Mendengar segala ceritanya gue bisa mengambil sebuah kesimpulan. Ternyata erna hanya salah paham tentang pacarnya. Gue sangat yakin pacarnya bercerita sangat jujur. Karena laki-laki dengan laki-laki perasaannya tidak mungkin berbeda jauh.

Setelah beberapa hari, komunikasi gue tidak begitu baik dengan erna. Gue sengaja mengabaikan dengan alasan sibuk kerja dan kuliah. Erna pun tidak berbeda. Ia tetap tidak mengerti denga segala kesibukan gue. erna selalu ngambek dan marah-marah ketika gue lambat atau telat dalam mambalas sebuah chat.

Gue mengabaikan erna bukan tanpa tujuan. Gue ingin erna menjauhi gue. Gue ingin erna balikan saja dengan mantannya. Karena gue yang sekarang bukanlah kekasih erna yang dulu. Erna pun demikian. Kami sudah sama-sama berbeda. Kami bukanlah sebuah pasangan di masa SMK. Walaupun jujur gue sangat nyaman dengan erna, tetapi gue rasa hanya si kampret yang bisa membuat erna bahagia.


Gue rasa benar jika seseorang mengungkapkan “masa lalu adalah untuk di kenang, bukan di ulang”. Karena menurut gue pun masa lalu adalah sebagai bahan pembelajaran untuk melangkah ke depan. Kemudian ada kalimat favorite yang gue kutip dari bukunya fiersa besari “hidup harusnya seperti membaca buku, kita tidak akan sampai pada bab berikutnya jika kita terpaku dengan bab sebelumnya”. Kisah gue di depan mungkin lebih menarik di banding mengulang hari bersama mantan. Entahlah yang pasti gue akan tetap melangkah dan melewati bab demi bab yang di buat oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar