Ngingetin aja ini adalah tulisan lanjutan dari tulisan gue sebelumnya. Buat yang belum baca silahkan bisa baca DI Sini
Gue menyimpan sebuah pertanyaan terhadap yuni. Jujur gue belum percaya dengan apa yang di bilang deni bahwasannya yuni adalah seorang perempuan yang galak. Pasalnya ketika bersamanya gue merasakan biasa-biasa saja, bahkan bisa saja pada level nyaman. Yuni sepertinya tertarik dengan kisah cinta gue yang harus berakhir pahit seperti kulit manggis. Dan gue senang bisa berbagi cerita menyedihkan kepadanya.
Gue menyimpan sebuah pertanyaan terhadap yuni. Jujur gue belum percaya dengan apa yang di bilang deni bahwasannya yuni adalah seorang perempuan yang galak. Pasalnya ketika bersamanya gue merasakan biasa-biasa saja, bahkan bisa saja pada level nyaman. Yuni sepertinya tertarik dengan kisah cinta gue yang harus berakhir pahit seperti kulit manggis. Dan gue senang bisa berbagi cerita menyedihkan kepadanya.
“oh iya cong, emangnya tuh cewek cinta pertama lu? Kok
lu bisa galau banget?” tanya yuni dengan mulut yang sedang mengunyah nasi
goreng.
“maap ya mbak, itu nasinya mending di telen dulu deh.
Takutnya keselek”
Gue menyarankan
“bodo, gue penasaran kenapa bisa sih seorang cowok
galau. Harusnya cowok tuh jahat. Bukan lemah kaya lu. Hahahahaha” yuni makin menjadi-jadi
Gue langsung
memasang muka masam kepadanya. Melanjutkan menikmati nasi goreng yang sudah
sampai setengah jalan. Gue lihat sekian kalinya yuni memegang handphone-nya.
Seolah memang ada seseorang yang penting di hidupnya. Ia seperti sedang
membalas pesan dari seseorang. Cukup lama ia memindah-mindahkan ibu jarinya di
layar handphone. Gue jadi curiga ia sedang menulis note diary.
Meskipun malam
hari, yuni tampak terlihat indah dengan ciri khasnya yaitu rambut yang di
kuncir seperti kuda. Gue senang memandanginya lama-lama. Gue merasa bahwa ia
adalah masa depan yang gue tuju nantinya. Ada satu hal istimewa yang gue tahu
darinya. Ia mempunyai hobby yang sama dengan gue. Sering menulis. Gue bisa
membayangkan ketika hidup bersamanya kelak, kami akan sama-sama menulis.
Berbagi cerita dan bertukar pikiran. Namun ada satu penghalang besar ketika gue
coba mendekatinya. Ya, umur kami memang berbeda. Ia mungkin lebih tua.
Sedangkan gue mungkin masih di anggap bocah olehnya. Pikiran-pikiran buruk
mulai menyerang otak gue saat itu.
Setelah perkenalan
malam itu, kami akhirnya bertukar kontak untuk memudahkan komunikasi.
Sebenarnya tujuan gue bukan untuk memudahkan komunikasi. Gue ingin lebih mudah
saja jika ingin bertemu atau sekedar mengajaknya makan nasi goreng bersama
kembali. Setelah malam itu, gue justru lebih sering merenung dan melamun di
tengah-tengah senja. Gue selalu teringat akan teman-teman yang berada di
tangerang. Hati gue sempat mengeluarkan perkataan kecil “Lu salah ndry. Lu
salah” namun gue tetap saja menepisnya. Gue benar-benar egois. Mengakui
kesalahan saja tak mau.
“ciyeeeee yang bisa jalan sama Yuni” tiba-tiba saja
deni menghentikan lamunan gue dengan cara menabrakan dirinya. “lagi mikirin
cara buat bahagiain yuni ya” sambungnya sambil senyum-senyum tidak jelas.
“apaan sih lu, kepo” gue memasang wajah sinis
“yaelah cerita kali ndry cerita” deni merayu
sambil mencolek-colek bahu gue
Gue akhirnya
menyuruhnya keluar dengan alasan “gue
ingin tidur”. Deni akhirnya berjalan menuju keluar dengan membawa rasa kecewa.
Gue rasa. Tapi gue juga ragu jika deni kecewa. Lagipula apa yang harus ia
kecewakan, gue saja masih baru mengenalnya dalam beberapa hari. Hahahaha gue
memang mempunyai perasaan drama yang levelnya sudah tinggi. Jika dibandingkan
dengan telenovela zaman dahulu, mungkin gue akan bisa mengimbanginya saat ini.
Esoknya mentari
datang dari ufuk timur dengan cahaya yang berbeda. Cahayanya agak gelap karena
awan hitam yang sedikit menutupi. Gue sontak membuka jendela guna melihat pohon
yang tak lagi di huni oleh burng-burung yang sedang bernyanyi. Sepertinya
langit akan menangis mengeluarkan air matanya. Atau mungkin ini hanya pertanda
jika gue tidak di bolehkan pergi kemana-mana. Deni sudah siap untuk melanjutkan
aktifitasnya. Yakni berangkat untuk berkerja. Sementara gue masih berleha-leha
di tengah kasur yang di tutupi selimut tebal. Gue benar-benar merasakan
nikmatnya liburan. Yang berbeda mungkin hanya rasa sepi yang selalu menghantui.
Sepi karena jauh
dari keluarga memang cukup terasa di hari ketiga. Pasalnya sarapan gue jadi
tidak teratur. Biasanya mamah sudah memasak agar gue kuat menjalani hari yang
tak mudah. Biasanya adik sudah membangunkan gue untuk segera menjalankan
ibadah. Biasanya bapak sudah mengajak gue untuk duduk bersamanya guna menikmati
kopi di pagi hari. Suasana keluarga memang sulit sekali di hilangkan. Gue jadi
merasa ingin pulang saja. Namun masih ada tugas yang belum gue selesaikan di
bekasi. Yakni mengetahui semua tentang yuni.
Sikap yuni yang
penuh misteri membuat gue benar-benar penasaran. Gue ingin menindak lanjuti
sebenarnya mengapa ia bisa menjadi perempuan galak di era yang seperti ini. apa
karena ia takut di lecehkan oleh para lelaki? Entahlah, gue sangat tidak
mengerti. Yuni juga terlihat baik dan bisa bercanda ketika makan bersama gue.
yuni tidak segalak apa yang deni bicarakan. Ini aneh..... mungkin memang deni
yang tidak bisa mengajak perempuan berkenalan. Hingga pada akhirnya yuni ingin
bertemu di tempat yang sama. Gue sangat kaget karena membaca pesan singkatnya,
sepertinya yuni akan membawa masalahnya kepada gue.
“cong lu tau kan cowok yang suka nganter gue pulang?” yuni memulai
perbincangan kala kami sudah sampai di tempat makan biasa.
“hah? Yang mana? mbak kan suka ganti-ganti orang?” tanya gue dengan
nada yang sedikit menyindir
“oh hehehehe itu yang suka bawa motor ninja” yuni cengengesan
Gue coba
mengingat-ngingat tentang laki-laki yang sering mengantar yuni pulang dengan
menggunakan motor ninja. Gua kebingungan, karena ada kurang lebih lima orang
yang menggunakan motor ninja. Hanya saja warna dan modelnya berbeda. Gue
bingung harus menjawab apa kepada yuni. Gue takut yuni bete lalu sifat galaknya
muntah di muka gue. gue belum siap menerima kenyataan jika sampai yuni
marah-marah atau nyiram minyak panas ke muka gue.
“kok diem cong?” yuni coba menyudahi lamunan gue.
“emmm hehe. Saya masih belum inget. Kira-kira warna
motornya apa ya?”
ucap gue sambil nyengir-nyengir
“astaga, yang warna item motornya.” Jawab yuni ketus
“oh itu. Hehe emang kenapa mbak sama cowok itu?” gue masih
nyengir-nyengir agar yuni tidak mengamuk menjadi musang ekor sembilan
“lu harus tau ya cong. Dia itu sebenernya baik banget
sama gue. Dia sering ngasih-ngasih barang dengan harga mahal ke gue. Dia juga
sering banget ngasih lagu via WA ke gue. pokoknya dia tuh gak itung-itungan
sama gue cong. Kan gue cewek, gue seneng lah di perlakuin baik kaya gitu.
Hingga pada suatu hari, dia nembak gue cong” yuni berbicara sambil menikmati
nasi gorengnya. “DORRRRRR!!!!!!”
tambahnya mengagetkan gue. Yuni minum karena mungkin haus sudah berbicara
panjang lebar. Gue yang keselek karena kaget, cuma bisa ngangguk-ngangguk
dengan ceritanya yang seperti kisah horror itu. Karena gue tipe cowok pendengar
sekaligus pembicara yang baik. hahahahaha!!!!
“gue lanjut cerita ya, tadi iklan dulu biar lu enggak
kaku cong”
ujar yuni setelah mengelap mulutnya dengan tissue.
Lagi-lagi gue hanya bisa mengangguk.
Sambil mengelap
ingusnya yang mungkin kepedesan karena nasi goreng, yuni melanjutkan ceritanya.
Kali ini matanya tajam menatap gue. Asli gue sangat ketakutan. Gue takut yuni
kerasukan setan nasi goreng. Kemudian dia memakan semua nasi goreng yang ada
disitu dan akhirnya gue yang harus bayar. Sial.....
“jadi gue tuh bener-bener enggak ngerti kenapa cowok
itu bisa nembak gue. Gue enggak punya rasa sama sekali cong sama dia. Tapi gue
bingung gimana cara nolaknya. Gue enggak punya alasan yang cukup kuat. Cuma lu
satu-satunya harapan gue cong.”
“hah? Harapan apa mbak maksudnya?” gue mengeryitkan
dahi
“lu harus pura-pura jadi pacar gue cong. Lu harus bisa
ngeyakinin dia kalo gue udah ada yang punya” jawab yuni dengan nada memelas
“whatttt??? Saya? Mbak saya ini baperan. Kalo nanti
saya nyaman beneran sama mbak gimana? Mbak mau tanggung jawab? Hehehehe.....” gue mulai
melancarkan aksi.
Ada hening yang
panjang yang yuni ciptakan ketika gue melontarkan kalimat seperti itu. Mungkin yuni
sedang berpikir. Gue mengatakan hal yang demikian bukan tanpa alasan. Ada banyak
yang mendefinisikan “berpura-puralah
mencintaiku, sampai akhirnya kau lupa bahwa kau sedang berpura-pura”
kalimat itu terus terngiang di otak gue. gue takut kepura-puraan gue justru
malah jadi boomerang. Gue masih belum siap bila harus di kecewakan lagi. Gue masih
takut bila harus meminum segelas janji manis lagi. Karena luka yang kemarin
saja belum sepenuhnya gue sembuhkan.
Jujur yuni
sangatlah menarik di mata gue. Tapi gue lebih nyaman berteman. Gue masih takut
untuk menjalin ikatan. Memang benar. Tujuan awal gue ke bekasi adalah untuk
melupakan seseorang. Tapi untuk melupakan seseorang tidaklah mudah. Setidaknya gue
ingin luka yang ada di hati sirna bersama teman-teman baru. Bukan menjalin
ikatan lagi dengan orang yang baru. Membuka hati setelah terluka bukanlah
perihal sederhana. Butuh waktu untuk gue akhirnya benar-benar siap. Siap untuk
patah hati dan siap untuk terluka di kemudian hari.
Selah kejadian
itu, tiba-tiba yuni menghilang. Ia tidak pernah memulai chat dengan gue.
kontaknya tiba-tiba saja berubah usang alias tidak aktif. Ketika gue menunggunya
di depan kosan pun ia tak nampak. Apakah yuni seperti gue? apakah ia sedang
mencari tempat baru untuk menghapus luka? Deni pun heran ketika yuni menghilang
dari kosan. Deni menganggap gue telah menyakitinya. Padahal gue hanya berbicara
apa adanya. Tidak bermaksud membuat perasaanya hancur. Gue yakin yang membuat
yuni terluka bukanlah gue. Melainkan orang lain. Atau bisa saja ternyata memang
gue tersangka utama yang telah menyakiti hatinya. Mungkin kalimat yang gue
lontarkan pada saat itu menusuk hatinya. Entahlah.....
Selama tiga minggu
di bekasi, yuni telah mengajarkan banyak hal kepada gue. salah satunya adalah
perihal tentang menerima. Gue adalah orang baru bagi yuni. Perempuan yang di
kenal galak ternyata cukup baik dengan orang baru seperti gue. yuni menerima
kedatangan gue dengan cukup antusias. Dia sangat terbuka dengan gue. Segala
cerita yang membuatnya sesak di dada selalu di bagikan kepada gue. Gue mengerti
bahwa orang baru memang sangat di perlukan. Orang baru di kehidupan memang
kadang membawa manfaat yang signifikan. Dari perkenalan dengan yuni gue telah
siap menerima orang baru yang sekiranya ingin masuk ke hati gue. Gue siap
menerima jikalau nanti harus patah hati lagi. Sama seperti halnya gue menerima rasa sakit karena hati telah di patahkan. Karena jarak jatuh cinta dan
patah hati sangatlah tipis. Untuk menebalkan jarak itu, mungkin yang kita
butuhkan hanyalah satu. Jangan berharap berlebihan pada seseorang. Kalaupun sudah
terlanjur, tipiskanlah harapan itu. Karena seseorang bisa mematahkan hatimu
kapan saja.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar