Di
dalam hidupnya, semua orang pasti pernah mengalami patah hati. Entah karena
karir, kesehatan, asmara atau aspek yang lainnya. Seperti halnya zodiak yang
selalu up to date setiap minggunya, patah hati yang gue rasakan pun demikian.
Hampir tidak ada usainya. Seolah gue di takdirkan untuk menjadi makhluk paling
patah hati sedunia.
Pada
awalnya gue sempet berpikir bahwa arinalah yang akan menghentikan patah hati
gue terhadap cinta. Pasalnya dia tau cara membuat gue bahagia, dia tau
bagaimana cara membuat gue di siksa oleh rindu. Namun semua yang ada di pikiran
gue hanyalah sebuah ekspektasi belaka.
Hampir
tiga bulan sudah gue menjalani hari-hari dengan arina sebagai sepasang kekasih.
Gue sadar bahwa usia hubungan yang seperti inilah yang sangat krusial. Gue
harus berhati-hati dalam berbicara, gue harus berhati-hati dalam menunjukan
sikap. Karena biasanya, salah sedikit saja seorang cowok, si cewek akan ngambek
selama tujuh hari tujuh malam. Namun meskipun hal itu sudah gue antisipasi,
takdir tetap saja bicara hal lain kepada gue.
Gue
masih mengingatnya dengan jelas, malam itu kebetulan ada pesta kecil-kecilan di
rumahnya dita (teman dekat arina). “kamu
jadi ikut kerumah dita enggak” pesan arina yang samapai kepada gue pukul
setengah enam sore. Gue pun bergegas membalasnya dengan kalimat “iya aku mau ikut deh”. Gue berniat
datang kesana karena ingin bertemu dengan arina juga. “yaudah tapi aku enggak parkir di kampus ya?” balas arina sekitar
tujuh menit setelah gue membalas. Sialnya tepat jam tujuh malam, mamah gue yang
sedang di tinggal bokap mudik untuk satu hari, sekujur badannya terasa gatal.
Gue sangat-sangat tidak tega untuk meninggalkan mamah sendirian di rumah, gue
sangat takut bila terjadi sesuatu yang tidak di inginkan datang kepada mamah
gue. Alhasil gue urungkan niat gue untuk pergi ke tempat dita.
Dengan
beberapa pertimbangan dan banyak mikir, gue akhirnya mengirim pesan kepada
arina bahwa gue batal untuk ikut ke rumah dita. “Lah, kenapa?” balas arina dengan pertanyaan yang kelihatan heran.
“lagian kamu kan bawa motor, kita
enggak bisa boncengan deh. Aku jadi enggak ada alasan kalo emang pengen pulang
duluan. Kamu disana yang happy aja ya sama temen-temen. Hehe”
kalimat itu terlontar begitu saja tanpa gue pikirkan sebelumnya. Gue sadar
bahwa mengirim pesan itu sangatlah salah.
“oh yaudah, terus mau ketemu enggak
malem ini?” arina membalas dengan pertanyaan lagi.
“ketemu
dimana? Aku mager kemana mana yang malem ini. Hehehe...”
lagi-lagi balasan gue menyebalkan
Setelah
gue membalas dengan kalimat seperti itu, sikap arina langsung berubah seratus
delapan puluh derajat. Berbeda dari biasanya. Chat gue enggak lagi di read.
Sampai gue mengirim beberpa pesan tetap saja pesan gue seperti sebuah buku
panduan cara mengendarai motor. Enggak penting dan enggak pernah di baca.
Dengan
keadaan pikiran yang keruh, mood yang berantakan, hati yang enggak setenang air
di ember. Akhirnya malam itu gue ketiduran. Menunggu dan berharap pesan
permintaan maaf gue dibaca. Gue ketiduran di lantai ruang tamu dan dengan
kondisi televisi yang masih menyala. Entah seberapa ngantuk gue saat itu. Yang
gue tau satu hal, gue hangat berkat selimut yang terjulur lebar menutupi
seluruh badan gue. Entah siapa yang melakukannya, yang gue yakini itu adalah
perbuatan mamah gue.
Tidak
seperti pagi-pagi yang pernah gue lewati sebelumnya. Pagi itu gue pertama
kalinya membuka mata karena mendengar suara ayam berkokok. Biasanya gue
terbangun karena ocehan mamah yang menyuruh gue untuk bangun dan segera mandi
untuk berangkat kerja. Ini sejarah baru khususnya buat gue pribadi. Bukan taat
pribadi ya. Taat pribadi mah jahat, di cari polisi. Gue kan baik dan sering di
cari ibu-ibu buat benerin antenanya yang kegeser gara-gara angin.
Seperti
anak-anak alay pada umumnya. Bukannya berdo’a ketika bangun tidur, gue malah
langsung nyari handphone yang mungkin
ketendang atau kesundul entahlah gue enggak ngerti. Padahal sebelum gue
ketiduran gue sempet pegang tuh handphone
buat nonton vlognya awkarin di youtube yang lagi cipokan liburan
sama pacarnya. mungkin tidur gue yang ganas atau mungkin handphonenya yang males ngeliat gue tidur. Yang jelas pagi itu gue
risau karena handphone yang hilang.
Pergilah gue kamar untuk melihat jam. Gue sangat kaget begitu melihat jam. Jam
menunjukan pukul 3 pagi saat itu. Ayam yang berkokok beberpa waktu yang lalu
mungkin sedang mengigau.
Pukul
tiga pagi gue sudah berisik karena mengobrak-abrik kamar sendiri. Karena berisik
yang gue buat mungkin sudah di luar batas, mamah gue akhirnya keluar kamar dan
menghampiri gue sambil bertanya “ngapain
sih a?” “ini mah handphone aa dimana ya? Masa rumah kita di bobol, kan sering
di bacain lirik lagunya justin bieber” gue menjawabnya dengan masih
mengacak-acak kamar. “oh itu mamah simpen
di lemari. Udah ya jangan berisik lagi. Masih malem nih” mamah gue menjawab
dengan berjalan menuju kamarnya lagi. Maklum ibu-ibu komplek memang selalu
menyebut hari malam ketika matahari belum terbit. Dan mengatakan siang pada
pukul setengah tujuh pagi untuk memberi sugesti bagi anak-anaknya yang masih
belum bangun untuk berangkat sekolah.
Ada
beberapa bbm yang masuk setelah gue membuka handphone.
Berharap salah satunya dari arina. Tapi nyatanya semua pesan itu hanyalah
sebuah broadcast enggak penting yang
menyebarkan pin orang untuk di invite. Pesan gue untuk arina masih saja
konsisten di huruf “D” yang artinya
pesan itu belum di baca. Pikiran gue sangat keruh pada pagi itu. Gue sangat
takut dengan kata perpisahan dari arina karena masalah sepele itu. Tapi gue
selalu percaya dengan masa lalu arina yang pahit. Arina mungkin akan mengerti
satu atau dua hari. Mungkin ia hanya butuh waktu sendiri saja.
Sekali
merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali saja menolak ajakan cewek,
dua tiga hari si cowok akan di cuekin. Kira-kira seperti itulah pribahasa yang
tepat untuk keadaan gue saat ini. Sudah tiga hari arina bersikap beda kepada gue.
Di ajak ketemu enggak mau, di ajak nonton enggak mau, di ajak naik jalan kaki
ke depok enggak mau. Ini membuat gue semakin katakutan dengan kata perpisahan. Karena
dari awal gue menganggap arina adalah tempat pemberhentian gue dalam mencari
cinta. Jika arina memang tega untuk mengeluarkan kata putus, entahlah seberapa
hancur hati gue? Entahlah gue harus kemana lagi mencari? Gue belum punya
rencana apapun ketika memang hubungan gue harus berakhir.
“kamu masih marah sama aku?”
pesan bbm gue kirim dengan hati yang terasa tidak tenang.
“udah enggak kok. Aku Cuma bingung
aja”
balas arina yang penuh tanda tanya.
“Lho bingung kenapa sayang? Coba cerita.” Hati
gue mulai berdetak kencang.
“aku bingung aja. Setelah kamu ikutan
cuek sama aku entah kenapa aku jadi suka ngebandingin kamu sama mantan aku. Sebelumnya
maaf bngt. Tapi emang itu nyatanya. Emang sih pacaran tuh gini ya. Harus nurut,
harus ngabarin, harus ketemu. Tapi aku ngerasa ribet sama itu semua. Aku jadi
ngerasa kamu kok ribet banget ya. Padahal dulu aku enggak ngerasa seperti itu. Aku
gak mau terikat ndri”
Balasan
arina yang cukup panjang itu memakan waktu lima menit untuk gue menunggu. Dan setelah
menunggu................... Gua sangat kaget dan sedih membacanya. Kalimat di
atas telah meluluh lantahkan hati gue saat itu juga. Apa yang gue takutkan
ternyata benar terjadi. Tetesan air mata langsung meluncur saat itu juga. Arina
sangat tidak dewasa dalam menyikapi penolakan gue yang terjadi malam minggu
silam.
“emangnya aku ribet kenapa sih? Kamu boleh
bertemen sama siapa aja. Aku gak semarah kamu waktu kamu nolak ajakan aku. Aku enggak
semarah kamu waktu kamu balesnya lama karena lagi nonton drama korea. Aku enggak
pernah menghakimi masa lalu kamu. Aku enggak pernah bahas-bahas mantan atau
ngebandingin mantan dengan kamu. Karena manusia punya kelebihan dan kekurangan
masing-masing” balas gue dengan masih ingusan dan
tetesan air mata yang masih meluncur tajam.
“jelas kamu overprotective bngt
terkait nanang dan akew” jelas arina pada sebuah pesannya.
“tapi kan aku enggak ngelarang kamu
bertemen sama mereka. Aku enggak lantas cuekin kamu dalam beberapa hari. Lagian
emangnya salah kalo seorang cowok cemburu ketika ceweknya sayang-sayangan sama
cowok laen? Wajar kan? Kalo emang aku enggak cemburu berarti ada yang salah
sama cinta aku” balas gue
“tapi kan kamu liat sendiri respon
aku gimana? Lagian aku kenal mereka lebih lama ketimbang kenal sama kamu. Jadi
enggak mungkin lah aku selingkuhin kamu. kalopun aku ada rasa sama mereka aku
enggak bakal jadian sama kamu” jelas arina
Perdebatan
kami panjang pada saat itu. Bila harus gue tuliskan semua akan jadi berapa
halaman tulisan ini. Yang jelas perdebatan kami terhenti oleh waktu. Hari yang
menunujukan pukul sebelas malam akhirnya arina mungkin ketiduran. Sementara gue,
gue masih menangis dengan perasaan hancur hingga pagi hari. Gue tidak tidur
semalaman. Paginya gue meminta kepastian kepada arina mau di apakan hubungan
kami selanjutnya. Arina tidak membalas karena mungkin sibuk persiapan untuk
bekerja.
Sorenya
arina membalas pesan gue dengan kelimat “aku
bingung” jujur dengan konidisi yang hancur, gue sangat-sangat mrah pada
saat itu. Gue mendesak arina untuk bisa memberi kepastian mengenai hubungan
kami. Bukan dengan jawaban “bingung”
tapi dengan jawaban “lanjut atau putus”.
Karena menurut gue, enggak enak banget ketika hubungan di gantung. Gue selalu
di acuhkan sedangkan gue pduli dengannya. Gue selalu membuatnya tenang dengan
mengirimkannya sebuah kabar sedangkan ia sibuk dengan urusannya.
Akhirnya
arina membuat keputusan lewat pesannya yang berisi kalimat “yaudah kita masing-masing dulu, lagian kalo
jodoh enggak kemana kok. Aku harap kita jangan musuhan setelah ini.”
“baiklah jika itu keinginanmu. Berarti
kita putus karena aku nolak ajakan kamu doang ya? Sip kalo gitu.” Balas
gue
“kalo boleh jujur, sebenernya aku Cuma
cewek yg gagal move on. Aku udah jahat sama satu cowok, udah berkali-kali
nyakitin dia, aku nyesel, dan ahir-akhir ini setelah kejadian-kejadian yg udah
aku alami aku jadi nyadar aja, kayanya aku enggak pantes bahagia sedangkan dia
selalu tersakiti sama sikap aku. Walaupun aku enggak tau dia udah lupain aku
tau belum. Yang jelas aku Cuma pengen sendiri aja. Pisah sama kamu juga sakit
buat aku. Makannya aku enggak sanggup ketemu kamu, tapi aku rasa itu semua
enggak sebanding sama sakitnya dia. Dulu pas awal kita kenal aku pernah bilang
kan kalo aku tuh enggak sabaik yang kamu kira. Inilah aku yang sebenarnya. Balas
arina yang cukup membuat hati gue kembali hancur dan berantakan.
Jujur
gue enggak tau percis kata “dia” disini menuju ke arah siapa. Dari ceritanya
semenjak kami masih berpacaran, dia bercerita banyak mantan. Dari mulai yang
paing baik, sampai yang paling buruk. Yang paling baik bernama Wahyu. Mungkin itulah
orang yang ia tuju. Dari pesan itu gue sadar gue tidak sebanding dengan
mantannya. Gue hanya di jadikan tempat pelarian olehnya. Dia lebih menjaga
perasaan mantannya ketimbang gue. Dan setelah membaca pesannya itu seketika gue
membencinya. Ada amarah besar yang tertanam di hati gue tapi gue enggak bisa
meluapkannya, akhirnya gue cukup membencinya saja. Gue membenci arina.
Malamnya
gue sepakat bertemu dita karena arina tidak ingin beremu gue. gue kembalikan
lagi barang-barang yang telah di berikan arina kepada gue. Karena gue enggak
mau ketularan jadi orang jahat, gue enggak mau jadi ketularan jadi orang yang
gagal move on. Gue juga enggak mau ketularan jadi orang yang
membanding-bandingkan manusia. Karena menurut gue manusia tidak ada yang
sempurna. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Entah seperti apa
orang yang sempurna, tapi orang yang sempurna adalah orang yang bisa menambal
kekurangan pasangannya dengan kelebihan yang dimilikinya.
Satu kalimat untuk arina
jika ia membaca tulisan ini:
“mungkin engkau tahu seberapa besar aku membencimu. Tapi percayalah
engkau pasti tidak akan mengetahui seberapa besar cintaku hingga saat ini aku sangat membencimu”
tersenut..unchhhh
BalasHapusCry
HapusYah, cesku. Bukannya jujur ae nyokap lu sakit ckckck
BalasHapusKalo ga bisa ngertiin, baru lu yg ninggalin. Jadi patah hatinya beda masvrooo
Wkwk ya harusnya sih gitu ya. Tapi yaudahlah org udah terjadi bro. Lagain mau gua jujur ataupun enggak dia kan tetep cewek yg gagal move on. Hehe
HapusKalo krn mamski sakit dia ga ngertiin juga. Brrti kan yg jahat dia, bukan elu. Kalo crt lu, seolah" lu nutupin sesuatu gtu loh mas vroo
HapusOh gitu. Iya sih gua juga udah minta maap masalah itu bro
BalasHapus