Sabtu, 10 Desember 2016

Lahirnya Sebuah Kebencian

Di dalam hidupnya, semua orang pasti pernah mengalami patah hati. Entah karena karir, kesehatan, asmara atau aspek yang lainnya. Seperti halnya zodiak yang selalu up to date setiap minggunya, patah hati yang gue rasakan pun demikian. Hampir tidak ada usainya. Seolah gue di takdirkan untuk menjadi makhluk paling patah hati sedunia.

Pada awalnya gue sempet berpikir bahwa arinalah yang akan menghentikan patah hati gue terhadap cinta. Pasalnya dia tau cara membuat gue bahagia, dia tau bagaimana cara membuat gue di siksa oleh rindu. Namun semua yang ada di pikiran gue hanyalah sebuah ekspektasi belaka.


Hampir tiga bulan sudah gue menjalani hari-hari dengan arina sebagai sepasang kekasih. Gue sadar bahwa usia hubungan yang seperti inilah yang sangat krusial. Gue harus berhati-hati dalam berbicara, gue harus berhati-hati dalam menunjukan sikap. Karena biasanya, salah sedikit saja seorang cowok, si cewek akan ngambek selama tujuh hari tujuh malam. Namun meskipun hal itu sudah gue antisipasi, takdir tetap saja bicara hal lain kepada gue.

Gue masih mengingatnya dengan jelas, malam itu kebetulan ada pesta kecil-kecilan di rumahnya dita (teman dekat arina). “kamu jadi ikut kerumah dita enggak” pesan arina yang samapai kepada gue pukul setengah enam sore. Gue pun bergegas membalasnya dengan kalimat “iya aku mau ikut deh”. Gue berniat datang kesana karena ingin bertemu dengan arina juga. “yaudah tapi aku enggak parkir di kampus ya?” balas arina sekitar tujuh menit setelah gue membalas. Sialnya tepat jam tujuh malam, mamah gue yang sedang di tinggal bokap mudik untuk satu hari, sekujur badannya terasa gatal. Gue sangat-sangat tidak tega untuk meninggalkan mamah sendirian di rumah, gue sangat takut bila terjadi sesuatu yang tidak di inginkan datang kepada mamah gue. Alhasil gue urungkan niat gue untuk pergi ke tempat dita.

Dengan beberapa pertimbangan dan banyak mikir, gue akhirnya mengirim pesan kepada arina bahwa gue batal untuk ikut ke rumah dita. “Lah, kenapa?” balas arina dengan pertanyaan yang kelihatan heran.

“lagian kamu kan bawa motor, kita enggak bisa boncengan deh. Aku jadi enggak ada alasan kalo emang pengen pulang duluan. Kamu disana yang happy aja ya sama temen-temen. Hehe” kalimat itu terlontar begitu saja tanpa gue pikirkan sebelumnya. Gue sadar bahwa mengirim pesan itu sangatlah salah.

“oh yaudah, terus mau ketemu enggak malem ini?” arina membalas dengan pertanyaan lagi.
“ketemu dimana? Aku mager kemana mana yang malem ini. Hehehe...” lagi-lagi balasan gue menyebalkan

Setelah gue membalas dengan kalimat seperti itu, sikap arina langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Berbeda dari biasanya. Chat gue enggak lagi di read. Sampai gue mengirim beberpa pesan tetap saja pesan gue seperti sebuah buku panduan cara mengendarai motor. Enggak penting dan enggak pernah di baca.

Dengan keadaan pikiran yang keruh, mood yang berantakan, hati yang enggak setenang air di ember. Akhirnya malam itu gue ketiduran. Menunggu dan berharap pesan permintaan maaf gue dibaca. Gue ketiduran di lantai ruang tamu dan dengan kondisi televisi yang masih menyala. Entah seberapa ngantuk gue saat itu. Yang gue tau satu hal, gue hangat berkat selimut yang terjulur lebar menutupi seluruh badan gue. Entah siapa yang melakukannya, yang gue yakini itu adalah perbuatan mamah gue.

Tidak seperti pagi-pagi yang pernah gue lewati sebelumnya. Pagi itu gue pertama kalinya membuka mata karena mendengar suara ayam berkokok. Biasanya gue terbangun karena ocehan mamah yang menyuruh gue untuk bangun dan segera mandi untuk berangkat kerja. Ini sejarah baru khususnya buat gue pribadi. Bukan taat pribadi ya. Taat pribadi mah jahat, di cari polisi. Gue kan baik dan sering di cari ibu-ibu buat benerin antenanya yang kegeser gara-gara angin.

Seperti anak-anak alay pada umumnya. Bukannya berdo’a ketika bangun tidur, gue malah langsung nyari handphone yang mungkin ketendang atau kesundul entahlah gue enggak ngerti. Padahal sebelum gue ketiduran gue sempet pegang tuh handphone buat nonton vlognya awkarin di youtube yang lagi cipokan liburan sama pacarnya. mungkin tidur gue yang ganas atau mungkin handphonenya yang males ngeliat gue tidur. Yang jelas pagi itu gue risau karena handphone yang hilang. Pergilah gue kamar untuk melihat jam. Gue sangat kaget begitu melihat jam. Jam menunjukan pukul 3 pagi saat itu. Ayam yang berkokok beberpa waktu yang lalu mungkin sedang mengigau.

Pukul tiga pagi gue sudah berisik karena mengobrak-abrik kamar sendiri. Karena berisik yang gue buat mungkin sudah di luar batas, mamah gue akhirnya keluar kamar dan menghampiri gue sambil bertanya “ngapain sih a?” “ini mah handphone aa dimana ya? Masa rumah kita di bobol, kan sering di bacain lirik lagunya justin bieber” gue menjawabnya dengan masih mengacak-acak kamar. “oh itu mamah simpen di lemari. Udah ya jangan berisik lagi. Masih malem nih” mamah gue menjawab dengan berjalan menuju kamarnya lagi. Maklum ibu-ibu komplek memang selalu menyebut hari malam ketika matahari belum terbit. Dan mengatakan siang pada pukul setengah tujuh pagi untuk memberi sugesti bagi anak-anaknya yang masih belum bangun untuk berangkat sekolah.

Ada beberapa bbm yang masuk setelah gue membuka handphone. Berharap salah satunya dari arina. Tapi nyatanya semua pesan itu hanyalah sebuah broadcast enggak penting yang menyebarkan pin orang untuk di invite. Pesan gue untuk arina masih saja konsisten di huruf “D” yang artinya pesan itu belum di baca. Pikiran gue sangat keruh pada pagi itu. Gue sangat takut dengan kata perpisahan dari arina karena masalah sepele itu. Tapi gue selalu percaya dengan masa lalu arina yang pahit. Arina mungkin akan mengerti satu atau dua hari. Mungkin ia hanya butuh waktu sendiri saja.

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali saja menolak ajakan cewek, dua tiga hari si cowok akan di cuekin. Kira-kira seperti itulah pribahasa yang tepat untuk keadaan gue saat ini. Sudah tiga hari arina bersikap beda kepada gue. Di ajak ketemu enggak mau, di ajak nonton enggak mau, di ajak naik jalan kaki ke depok enggak mau. Ini membuat gue semakin katakutan dengan kata perpisahan. Karena dari awal gue menganggap arina adalah tempat pemberhentian gue dalam mencari cinta. Jika arina memang tega untuk mengeluarkan kata putus, entahlah seberapa hancur hati gue? Entahlah gue harus kemana lagi mencari? Gue belum punya rencana apapun ketika memang hubungan gue harus berakhir.

“kamu masih marah sama aku?” pesan bbm gue kirim dengan hati yang terasa tidak tenang.

“udah enggak kok. Aku Cuma bingung aja” balas arina yang penuh tanda tanya.

“Lho bingung kenapa sayang? Coba cerita.” Hati gue mulai berdetak kencang.

“aku bingung aja. Setelah kamu ikutan cuek sama aku entah kenapa aku jadi suka ngebandingin kamu sama mantan aku. Sebelumnya maaf bngt. Tapi emang itu nyatanya. Emang sih pacaran tuh gini ya. Harus nurut, harus ngabarin, harus ketemu. Tapi aku ngerasa ribet sama itu semua. Aku jadi ngerasa kamu kok ribet banget ya. Padahal dulu aku enggak ngerasa seperti itu. Aku gak mau terikat ndri”

Balasan arina yang cukup panjang itu memakan waktu lima menit untuk gue menunggu. Dan setelah menunggu................... Gua sangat kaget dan sedih membacanya. Kalimat di atas telah meluluh lantahkan hati gue saat itu juga. Apa yang gue takutkan ternyata benar terjadi. Tetesan air mata langsung meluncur saat itu juga. Arina sangat tidak dewasa dalam menyikapi penolakan gue yang terjadi malam minggu silam.

“emangnya aku ribet kenapa sih? Kamu boleh bertemen sama siapa aja. Aku gak semarah kamu waktu kamu nolak ajakan aku. Aku enggak semarah kamu waktu kamu balesnya lama karena lagi nonton drama korea. Aku enggak pernah menghakimi masa lalu kamu. Aku enggak pernah bahas-bahas mantan atau ngebandingin mantan dengan kamu. Karena manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing” balas gue dengan masih ingusan dan tetesan air mata yang masih meluncur tajam.

“jelas kamu overprotective bngt terkait nanang dan akew” jelas arina pada sebuah pesannya.

“tapi kan aku enggak ngelarang kamu bertemen sama mereka. Aku enggak lantas cuekin kamu dalam beberapa hari. Lagian emangnya salah kalo seorang cowok cemburu ketika ceweknya sayang-sayangan sama cowok laen? Wajar kan? Kalo emang aku enggak cemburu berarti ada yang salah sama cinta aku” balas gue

“tapi kan kamu liat sendiri respon aku gimana? Lagian aku kenal mereka lebih lama ketimbang kenal sama kamu. Jadi enggak mungkin lah aku selingkuhin kamu. kalopun aku ada rasa sama mereka aku enggak bakal jadian sama kamu” jelas arina

Perdebatan kami panjang pada saat itu. Bila harus gue tuliskan semua akan jadi berapa halaman tulisan ini. Yang jelas perdebatan kami terhenti oleh waktu. Hari yang menunujukan pukul sebelas malam akhirnya arina mungkin ketiduran. Sementara gue, gue masih menangis dengan perasaan hancur hingga pagi hari. Gue tidak tidur semalaman. Paginya gue meminta kepastian kepada arina mau di apakan hubungan kami selanjutnya. Arina tidak membalas karena mungkin sibuk persiapan untuk bekerja.

Sorenya arina membalas pesan gue dengan kelimat “aku bingung” jujur dengan konidisi yang hancur, gue sangat-sangat mrah pada saat itu. Gue mendesak arina untuk bisa memberi kepastian mengenai hubungan kami. Bukan dengan jawaban “bingung” tapi dengan jawaban “lanjut atau putus”. Karena menurut gue, enggak enak banget ketika hubungan di gantung. Gue selalu di acuhkan sedangkan gue pduli dengannya. Gue selalu membuatnya tenang dengan mengirimkannya sebuah kabar sedangkan ia sibuk dengan urusannya.

Akhirnya arina membuat keputusan lewat pesannya yang berisi kalimat “yaudah kita masing-masing dulu, lagian kalo jodoh enggak kemana kok. Aku harap kita jangan musuhan setelah ini.”

“baiklah jika itu keinginanmu. Berarti kita putus karena aku nolak ajakan kamu doang ya? Sip kalo gitu.” Balas gue

“kalo boleh jujur, sebenernya aku Cuma cewek yg gagal move on. Aku udah jahat sama satu cowok, udah berkali-kali nyakitin dia, aku nyesel, dan ahir-akhir ini setelah kejadian-kejadian yg udah aku alami aku jadi nyadar aja, kayanya aku enggak pantes bahagia sedangkan dia selalu tersakiti sama sikap aku. Walaupun aku enggak tau dia udah lupain aku tau belum. Yang jelas aku Cuma pengen sendiri aja. Pisah sama kamu juga sakit buat aku. Makannya aku enggak sanggup ketemu kamu, tapi aku rasa itu semua enggak sebanding sama sakitnya dia. Dulu pas awal kita kenal aku pernah bilang kan kalo aku tuh enggak sabaik yang kamu kira. Inilah aku yang sebenarnya. Balas arina yang cukup membuat hati gue kembali hancur dan berantakan.

Jujur gue enggak tau percis kata “dia” disini menuju ke arah siapa. Dari ceritanya semenjak kami masih berpacaran, dia bercerita banyak mantan. Dari mulai yang paing baik, sampai yang paling buruk. Yang paling baik bernama Wahyu. Mungkin itulah orang yang ia tuju. Dari pesan itu gue sadar gue tidak sebanding dengan mantannya. Gue hanya di jadikan tempat pelarian olehnya. Dia lebih menjaga perasaan mantannya ketimbang gue. Dan setelah membaca pesannya itu seketika gue membencinya. Ada amarah besar yang tertanam di hati gue tapi gue enggak bisa meluapkannya, akhirnya gue cukup membencinya saja. Gue membenci arina.

Malamnya gue sepakat bertemu dita karena arina tidak ingin beremu gue. gue kembalikan lagi barang-barang yang telah di berikan arina kepada gue. Karena gue enggak mau ketularan jadi orang jahat, gue enggak mau jadi ketularan jadi orang yang gagal move on. Gue juga enggak mau ketularan jadi orang yang membanding-bandingkan manusia. Karena menurut gue manusia tidak ada yang sempurna. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Entah seperti apa orang yang sempurna, tapi orang yang sempurna adalah orang yang bisa menambal kekurangan pasangannya dengan kelebihan yang dimilikinya.

Satu kalimat untuk arina jika ia membaca tulisan ini:


“mungkin engkau tahu seberapa besar aku membencimu. Tapi percayalah engkau pasti tidak akan mengetahui seberapa besar cintaku hingga saat ini aku sangat membencimu”

6 komentar:

  1. Yah, cesku. Bukannya jujur ae nyokap lu sakit ckckck
    Kalo ga bisa ngertiin, baru lu yg ninggalin. Jadi patah hatinya beda masvrooo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwk ya harusnya sih gitu ya. Tapi yaudahlah org udah terjadi bro. Lagain mau gua jujur ataupun enggak dia kan tetep cewek yg gagal move on. Hehe

      Hapus
    2. Kalo krn mamski sakit dia ga ngertiin juga. Brrti kan yg jahat dia, bukan elu. Kalo crt lu, seolah" lu nutupin sesuatu gtu loh mas vroo

      Hapus
  2. Oh gitu. Iya sih gua juga udah minta maap masalah itu bro

    BalasHapus