Kamis, 05 Mei 2016

Sebuah Potret Pasca Nonton Film AADC2


Beberapa hari yang lalu gue menyempatkan diri buat nonton film “Ada Apa Dengan Cinta 2” atau bisa di sebut AADC2. Lagi-lagi Tuhan menakdirkan sesuatu yang baik kepada gue. Gue enggak nonton sendiri. Gue nonton dengan perempuan yang tentu saja bukan Amel. Karena gue enggak mau ngajak orang yang enggak pasti. Hhhhhh

Setelah nonton film itu. Gue jadi mendadak baper. Gila alurnya ngena banget. Gue menulis ini bukan bermaksud spoiler kepada para pembaca. Karena jujur aja film AADC2 ini mengingatkan gue pada seorang perempuan yang tentu saja saat ini sudah menjadi mantan. Cerita ini bukan fiktif. Tapi harap di maklumi bila ada kesamaan alur. Tapi endingnya beda kok. Beneran deh. Baca sampe abis ya!!!!

Saat itu kita satu sekolah. Masa dimana alay sedang meraja lela. Yaps masa putih biru. Sebut saja Ayu. Dari namanya saja kita semua sudah tahu bahwa Ayu ini orang jawa. Dalam kamus besar bahasa jawa di jelaskan bahwa kata “ayu” memiliki arti “cantik”. Tentu saja ini adalah alasan kenapa Ayu yang gue kenal terlihat cantik pada saat itu.

Selain satu sekolah. Kami juga satu kelas dari kelas 1 sampai kelas 3. Tapi kepolosan gue lagi-lagi menjadi penghadang untuk gue mengenal ayu pada saat kelas 1. Gue sama sekali enggak peduli dengan perempuan yang ada di kelas. Yang penting gue bisa main dan bercanda dengan anak laki-laki. Jadi gue enggak pernah tahu kalo Ayu memang ada di kelas gue.

Gue mulai mencuri pandang dengan Ayu pada saat kami memasuki tahun kedua di sekolah itu. Awalnya gue meneliti tentang sikap dan sifat dia. Setelah itu, gue juga memerhatikan tentang kerudungnya. Gue mau melihat dia cocoknya pake kerudung kayak gimana. Lalu gue mulai menikmati senyumnya. Ah gue rasa gue mulai jatuh cinta. Tapi gue selalu menentang rasa ini karena takut kecewa. Gue takut ketika gue mengungkapkan rasa ini ayu mengatakan “sorry ndri, anak gue udah 2” gue sangat terpukul bila kalimat itu benar-benar di ucapkan oleh gadis SMP.

Sekolah pun jadi semangat karena di setiap harinya gue bisa menikmati tawa dan senyumnya. Walau gue belum sempat bertegur sapa dengannya, setidaknya melihat senyum gadis pujaan hati adalah suatu semangat terdiri buat gue. Sampai pada akhirnya senyum ayu hilang karena banyak anak laki-laki yang jail kepadanya. Gue sebagai anak SMP culun dan enggak pernah marah cuma bisa ngedumel dalem hati. Ayu pun demikian. Dia tak bisa menghindari dan melawan. Kampret banget gue cemburu. Huhuhu!!!!

Ada pepatah lama mengatakan “sepandai-pandai orang menyembunyikan bangkai, akhirnya tercium juga” yaps akhirnya gue ketahuan kalo gue menyumbunyikan rasa gue terhadap ayu. Sebut saja Tejo. Dia adalah teman sebangku gue. Badannya yang besar terkadang menghalangi gue untuk memandang ayu. Gue pikir dia anak yang pendiam. Karena pernah suatu hari gue memeluknya erat tapi dia diem aja. Ternyata setiap hari dia melihat gue sedang curi-curi pandang dengan ayu.

“kayanya dia cocok ndri sama lu?” bisik dia di sela-sela pelajaran

“eh, cocok apaan ini? Kaya iklan mixagrip aja lu jo” gue membalas bisikannya.

“aelah, gue tau kali lu tiap hari merhatiin siapa?” tejo tersenyum sambil mengangkat-angkat alisnya.

“sok tau lu jo, jo” gue tetap ingin kelihatan santai.

“ayu kan? Udahlah lu enggak usah malu sama gue” tejo tertawa kecil.

“eng... h-hah? S-siapa jo? Ayu? Haha ngarang aja lu kaya Tugas bahasa indonesia” Gue mulai gugup

“gue umumin depan kelas nih ya kalo lu masih enggak mau ngaku?” ancam tejo.

“e-eh jangan dong. Oke jo oke lu bener. Gue naksir sama Ayu” gue keringetan

“hahahahaha” tejo tertawa

“TEJOOOOO, JANGAN BERCANDA AJA. PERHATIIN SAYA.” Bentak sang guru

Gue cuma tertawa kecil dengan perasaan yang tidak tenang karena takut tejo membongkar aib gue. Bisa di cie-ciein satu sekolah kalo sampe mulut tejo jadi ember yang bocor.

Pasca kejadian itu gue mulai berenti secara pelan-pelan untuk memandangi ayu. Di tambah tejo yang sering membully gue. Gue bener-bener malu. Sampai pada suatu hari ayu mengampiri gue.

“eh nama lu M.soleh ya?” tukas ayu di tengah keramaian

“lah.... prediksi macam apa sih itu?” gue agak kesel.

“ihhh serius, soalnya dia enggak pernah bayar uang kas nih”

Anjrittt........ tampang gue emang selalu wanted buat perempuan. Kebetulan memang ayulah yang bertindak sebagai bendahara kelas.

“gue andry yu. Kalo enggak percaya lu liat nih kartu pelajar gue.” Gue mulai emosi

“Alah bisa aja itu fotocopy-an” ayu tertawa dengan cantik.

Gue enggak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian dimana gue bisa berbincang dengan ayu. Kejadian dimana gue bisa melihat ayu tertawa dengan dekat. Dari kejadian itu pula ayu meminta akun facebook dan nomor telepon gue. Sebagai anak alay pada umumnya, gue jadi sering chattan. Dari yang tadinya panggilan gue elu, abang eneng, sampai aku kamu. Selain chattan gue juga hampir tiap malam smsan, bahkan tidak jarang gue teleponan dengan ayu. Karena pada tahun itu harga kuota internet masih murah, sms dan telepon banyak banget gratisnya. Gue sebagai bocah yang cerdas tidak ingin membuang-buang kesempatan untuk memanfaatkan provider. Hehe....

Kedekatan gue dan ayu tentu saja sudah bisa di rasakan juga oleh tejo. Tejo coba menggali informasi sejauh mana gue dekat dengan ayu. Namun tentu saja gue rahasiakan dengan sebaik mungkin. Gue belum siap kalo harus di cie-ciein satu sekolah. Bisa mandi keringet gue. Sampai pada akhirnya tejo coba mengetes gue dengan coba menggoda ayu lewat facebook. Dia sengaja memanggil ayu dengan sebutan eneng. Parah banget tejo benar-benar membuat hati gue terbakar oleh api cemburu. Tidak mau sampai hati gue kebakaran, akhirnya gue memutuskan untuk melabrak tejo. Oke maaf kata apa ya yang lebih halus dari melabrak? Pokoknya gue menghubungi tejo dengan terkesan marah. Hahahah......

“jo lu apa-apaan manggil-manggil eneng di facebook? Motocopy aja enggak kreatif” isi sms gue pada tejo.

“hahaha....... terus harus gue panggil sayang gitu? Oke proses bro” balas tejo

“woyyyy!!!!!!!” gue mulai kesal

“wkwk, akhirnya ketahuan juga lo. Udah jadian ya? PJ bisa kali. Jajanan kantin belum abis tuh” ejek tejo kepada gue.

Smsnya tidak gue balas. Gue kebingungan harus membalas apa. Esok harinya gue kembali bertemu tejo di kelas. Dan hari itu tejo berbeda. Dia lebih sering senyum-senyum bila melihat gue. Gue jadi agak merinding juga sih takut tejo jadi homo gitu. Tapi di balik senyum-senyumnya itu dia masih coba ingin tahu tentang gue dan ayu. Gue akhirnya menceritakan soal kedekatan gue. Karena memang gue hanya baru sekedar dekat belum jadian.

Setelah 9 bulan gue melakukan pendekatan. Akhirnya gue resmi jadian di tanggal 1 Muharam. Karena gue lupa tanggal masehinya. Gue memilih tanggal 1 muharam karena pada tanggal itu adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari mekkah ke madinah. Gue tentu saja ingin mengikuti beliau dengan cara hijrah dari status jomblo menuju status relationship. Saat itu gue memang tidak mengungkapkan rasa lewat tatapan mata yang panjang dan di akhiri dengan pelukan. Gue mengungkapkan rasa gue hanya via telepon. Kira-kira pukul 10 malam. Ya karena hanya di jam itu gue mendapat gratis telepon ke sesama operator. Hehe...

Memang terbilang cukup lama gue di masa PDKT. Karena menurut @WowFakta di twitternya, saat itu ayu sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Dan sejak saat itu gue mengcap diri sendiri sebagai orang tersabar di seluruh antera dunia. Gue sering mendapat curhatan tentang pacarnya. Gue sering juga di lupakan bila ayu sedang baik-baik dengan pacarnya. semacam dalam kondisi betadine zone gitu ya, gue hanya menjadi obat saat ia terluka saja. Begitu luka itu kering, gue di simpan di lemari es. Ah sudahlah tidak usah gue jelaskan rasanya seperti apa. Yang pasti maknyoussssssssssss...............

Dan berita gue dan ayu sudah jadian menyebar begitu cepat. Satu sekolah sekarang tahu bila ayu adalah pacar gue. Bukan karena tejo. Bukan juga karena gue dan ayu terkenal. Ini semua karena gue sering kepergok satpam sekolah sedang berduaan di dalam kelas. Enggak, gue enggak berduaan gitu aja. Ada laptop, buku pelajaran, bangku dan meja yang menemani gue juga. Kalian aja yang mikirnya ngeres. Huuuuuuuuu....

“ku tak mengerti cinta, indahnya hanya di awal ku rasa” Lirik lagu geisha ini benar-benar membuat gue nangguk-ngangguk. Hubungan gue dan ayu hanya indah pada saat 1 hingga 3 bulan saja. Selebihnya kita sering bertengkar. Padahal menurut gue masalahnya sepele. Ayu jadi jarang memberi kabar. Membalas sms seperlunya. Gue akhirnya sadar kami sudah mulai membuat jarak secara perlahan.

“kamu tuh ya, ihh kapan sih enggak nyebelin?”

“aku salah apa? Perasaan hampir tiap hari kamu bilang aku nyebelin?” gue bingung

“pikir sendiri lah. Aku cape tau ndri”

Ayu selalu begitu. Menjudge gue tanpa memberi penjelasan agar gue bisa memperbaikinya.

Di sela-sela konflik yang sangat hebat. Gue sadar apa yang harus gue lakukan. Kebetulan saat itu adalah bulan kelahiran ayu. Gue coba untuk membelikannya sebuah kado agar ayu mengerti betapa sayangnya gue terhadapnya. Gue membeli kado hasil menabung selama 2 bulan lamanya. Sampai-sampai gue harus rela dalam hari-hari tentu enggak jajan di sekolah demi Ayu. Yaps gue puasa. Haha....

Sebelum uang itu di pakai untuk membeli kado, gue juga sempat memakai uang itu untuk mengajak ayu nonton sebuah film drama yang berjudul “purple love”. itu adalah pertama kalinya gue nonton bioskop bersama pacar. Apalagi ceritanya yang drama abis gue berharap ayu tersugesti dan ngambeknya sembuh. Namun nyatanya gue salah.

“itu tadi film apaan sih? Enggak ada hantunya. Bete.....” tukas ayu pasca nonton

“lah kalo mau film horror kenapa enggak bilang?” gue agak kesel

“yaudah sih biasa. Lagian kamu tuh enggak pernah peka” ayu sinis

Kemudian gue pulang dengan keadaan kacau.

Dengan mencoba melupakan hal yang terjadi tempo hari yang lalu, Gue membungkus kado seminggu sebelum hari ulang tahunnya. Gue juga mempersiapkan surat cinta untuk ayu baca bahwa gue sangat menyayanginya. Alay banget kan? Ya namannya juga bocah SMP bro. Lalu gue coba membahas-bahas hari ultahnya agar ia lupa dengan ngambeknya.

“eh seminggu lagi kamu ultah nih. Mau kado apa?” isi sms gue untuk membuka percakapan.

“enggak usah ah. Kasian kamu repot-repot gitu” balas ayu

“gpp kok. Lagian kan kamu juga ngasih kado buat aku waktu 3 bulan yang lalu” gue coba mengungkit.

Kebetulan itu adalah hadiah pertama gue dari seorang pacar. Ayu sengaja pulang dengan selambat-lambatnya agar kado itu sampai kepada gue. Ayu pernah bilang jika ia menyukai pria yang memakai topi. Yaps kadonya adalah topi. Gue rasa harganya agak mahal karena begitu nyaman di kepala gue. Sayangnya gue tidak pernah kelihatan ganteng dan keren ketika memakai topi. Dari situlah ayu kecewa dan memberikan gue kado kedua yang isinya adalah gelang couple. Ayu benar-benar membuat gue klepek-klepek pada saat itu.

“enggak usah di ungkit-ungkit deh. Nanti kesannya aku enggak ikhlas. Ihh nyebelin” ayu lagi-lagi marah

“oke maaf bep. Enggak ada maksud begitu kok” balas gue.

“ohhhhh” ayu benar-benar kelihatan badmood

Hari dimana yang tidak pernah gue lupakan akhirnya tiba. 1 hari sebelum hari kelahirannya gue di putusin tanpa penjelasan yang masuk akal.

“kita kayanya temenan aja deh ndry. Soalnya aku udah enggak mau lagi punya cowok” isi pesan dari ayu lewat facebook

“hah? Kamu enggak mau punya cowok lagi? Terus suami kamu nanti siapa? Dorce?” tentu saja itu gue simpan sebagai draft saja.

Gue sudah berusaha menolak untuk keputusan ayu yang gue anggep salah itu. Soalnya gue belum sempat memberikan kado hadiah ulang tahun untuknya. Gue sengaja tidak memberi tahu ayu soal kado itu. Karena gue ingin membuat kejutan di tempat yang tentunya indah pula. Tapi ayu tetap bulat dengan keputusannya. Gue langsung terkapar lemas di kamar. Gue marah dalam hati. Untuk apa gue nabung untuknya? Untuk apa uangnya gue belikan kado untuknya? Untuk apa gue membuat surat puitis untuknya? Gue benar-benar dalam keadaan menyesal.

Gue benar-benar enggak tau harus memberi kado ini untuk siapa. Gue akhirnya meneteskan air mata pertama kalinya untuk seorang perempuan yang awalnya gue anggap baik, namun berakhir dengan kejahatan yang luar biasa. Dia perempuan pertama yang tidak menghargai usaha gue. 1 jam berlalu akhirnya gue putuskan untuk membakar semuanya yang telah gue beli. Orang tua gue sampai memarahi karena tindakan gue yang enggak normal. Tapi itu kali pertama gue hancur sehancur-hancurnya. Gue enggak tahu lagi harus berbuat apa dengan segala barang yang gue beli.

Gue membenci Ayu

2 tahun pasca kejadian itu. Ayu datang kembali ke kehidupan gue. Sama seperti Rangga yang hadir kembali di kehidupan cinta. Kali ini ayu dengan pacar barunya dan gue masih dalam kondisi sayang dengannya. Gue enggak pernah berharap melihat wajahnya lagi. Gue juga enggak pernah berharap ayu menjelaskan semuanya. Gue betul-betul merasakan sakit yang di rasakan cinta ketika rangga datang untuk memberi penjelasan. Menurut gue untuk apa datang bila harus memberi luka? padahal luka yang kemarin juga belum sepenuhnya sembuh. Ayu dan rangga benar-benar sosok manusia yang tidak menghargai rasa orang lain. Film AADC memang juara untuk ingatan gue. Otak gue kembali merekam kejadian pahit di masa lalu. Di akhir film AADC di ceritakan cinta akhirnya balikan dengan rangga. Tapi dunia film dengan kenyataan sangatlah berbeda jauh. Gue memang belum sepenuhnya move on. Tapi gue tetap tidak bisa memaafkan ayu. Gue masih memebencinya hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar