Senin, 14 Maret 2016

Mengulang Tahun


Di indonesia, perayaan hari kelahiran memang terbilang krusial untuk sebagian orang. Khususnya perempuan. Seorang perempuan tentu saja ingin kejutan di hari ulang tahunnya itu. Entah itu kejutan dari teman-temannya, pacarnya, suaminya, atau gebetannya. Bagaimana jika kejutan ini enggak ada? Bagaimana jika si laki-laki lupa? Bagaimana jika si laki-laki enggak peka? Tenang aja. Perempuan punya ribuan kode buat laki-laki sampai pada akhirnya si laki-laki peka. Gue kasih tau nih ya beberapa kode perempuan yang paling kampret.

“sayang, leher aku gatel nih” Itu tandanya si perempuan minta di beliin kalung.

“sayang, tangan aku alergi nih” itu tandanya dia pengen gelang.

“sayang liat deh mata aku, merah kan?” itu tandanya dia minta di beliin insto.

Dari beberapa kode yang gue share di atas itu hanyalah sebagian aja. Soalnya ini semua bukan tentang kode para perempuan. Ini semua tentang gue. Ini semua tentang Amel. Amel berhasil membuat gue melakukan hal yang enggak pernah gue lakukan ke perempuan lain.

Siang itu begitu terik. Bahkan untuk pergi jalan-jalan pun gue enggak tertarik. Alhasil gue mengambil sikap untuk pergi tidur di bawah pohon yang di iringi angin sepoy-sepoy. Sebelum tertidur gue melakukan ritual dengan cara berdo’a agar mimpi gue dalam tidur selalu indah. Belum sempat selesai gue membaca do’a, tiba-tiba saja handphne gue bergetar dengan berdering nada BBM yang berisi “ping”. Gue liat kontaknya ternyata BBM itu dari seseorang yang masih gue kagumi. Yaps Amel.

“iya mel, ada apa?” bales gue

“lu udah ngambil KHS?”

“udah mel, lu ke kampus aja” bales gue lagi

“oh gitu, ada syarat-syarat tertentu enggak sih?”

“yang penting bayaran mel”

“oh gitu, terus itu katanya dapet pembimbing ya? Ngeliatnya dimana?”

“iya itu sesudah bayaran lu ke fakultas ngambil KHS terus liat di madingnya ada nama pembimbing semester 2” gue menjelaskan meskipun sebenarnya ngantuk

“oh oke, terus ngisi KRS kapan?”

“syiiitttttt.......... BANYAK NANYA LU MEL, GAK TAU APA GUE NGANTUK PENGEN TIDUR. MENDINGAN LU KE KAMPUS AJA NANYA SAMA ORANG FAKULTAS. BYEEEEEEE MAKSIMAL.” Tentu saja kalimat itu gue simpan sebagai draft

“nggg..... anak-anak katanya mau minggu depan. Gue sih ngikut aja dah.”

“yaudah makasih andriiiiiiii” Amel kelihatan badmood

“ya mel, masama”

Setelah chat gue yang terakhir cuma di read, gue kembali memfokuskan diri untuk berdo’a agar tidur gue terjaga. Gue akhirnya bisa tidur siang setelah sekian lama di sibukan dengan tugas-tugas kuliah yang menurut gue enggak penting-penting amat. Gue tidur dengan keadaan ganteng dan bermimpi dengan keadaan tampan.

Di dalam mimpi itu gue melihat sesosok perempuan yang tidak asing bagi mata gue. Orangnya cantik, senyumannya manis, gaya berjalannya seperti putri keraton. Tidak salah lagi ia adalah manohara. Ah maaf gue bercanda. Maksud gue ia adalah Amel. Dengan menatap matanya saja gue sudah bisa menyebut dia adalah Amel. Amel hadir di mimpi gue dalam tidur gue di waktu siang hari. Keterlaluan!!!!!

Amel terlihat ceria sekali. Senyumnya jelas mengarah pada satu orang. Yaitu gue. Enggak ada orang lain selain kami berdua. Gue mulai mendekati Amel secara perlahan. Semakin gue mendekat, semakin terlihat pula wajah cantik Amel di hadapan gue. Gue lemah. Gue ingin rasanya membangunkan diri sendiri agar mimpi ini berakhir. Tapi tak bisa. Tiba-tiba saja tangan gue memegang sebuah bungkusan yang lucu. Amel menyebutnya kado.

“itu kado buat aku? Ihhhh makasih andriiii” kemudian Amel berlari menjauh hingga menghilang.
==================

Gue terbangun dengan keadaan rindu. Gue memahami satu hal atas mimpi gue yang terjadi di siang itu. Gue harus mencari tahu tentang hari kelahiran Amel. mimpi itu menegaskan bahwa gue harus memberi setidaknya sabun mandi sebagai kado di hari ulang tahunnya.

Gue pergi ke facebooknya. Karena gue berpikir facebook merupakan aplikasi yang menyediakan data diri seseorang secara lengkap tanpa harus menjadi teman. tapi sayang hasilnya sia-sia. Amel menyembunyikan semua data diri terhadap publik. Yang bisa mengetahui hanya teman-temannya saja. Sial...... sia-sia gue buang kuota hanya untuk searching data diri seorang Amel. Huft.........

Dengan sikap pantang menyerah, gue melanjutkan pencarian data diri Amel melalui aplikasi yang lain. Gue coba membuka line gue yang sudah usang. Bahkan bisa di bilang penuh dengan sarang laba-laba. Gue cari profil Amel. dan ternyata kami sudah berteman. Jadi gue enggak usah repot-repot harus mengklik “add”. Gue buka profilnya, dan zonk. Yang ada hanya nama pacarnya dan foto-foto ia bersama pacarnya. Perih memang selalu datang dengan sangat sederhana.

Belum bertemu dengan kata menyerah, gue kembali melanjutkan pencarian lewat aplikasi Instagram. Gue yakin aplikasi ini akan menunjukan data diri Amel terkait dengan hari kelahirannya. Hal yang pertama yang membuat gue yakin adalah karena ada sebuah bio atau penjelasan tentang data diri yang di tulis secara random. Dan hal yang kedua adalah karena Amel tipe perempuan alay yang suka memamerkan tentang tempat tanggal lahir. Langsung aja gue pergi menuju profil Amel. Kebetulan sekali akunnya bebas di lihat oleh semua orang. Maklum sebagian besar perempuan cantik yang membuat privasi agar foto-fotonya tidak bisa di lihat oleh sembarang orang. Lagi-lagi hasilnya tidak sesuai ekspektasi gue. Bionya Cuma tertulis “Love mom, dad, and you”. Huft.....

Akhirnya ada sebuah kata yang mulai mendatangi dan menunjukan gue ke tempat beristirahat. Dengan kondisi lelah yang mulai tak tahu arah, gue menyerah. Pencarian gue hanyalah sebuah kesia-siaan. Kuota gue yang tadinya melimpah, mulai berkurang karena hal yang sia-sia. Ada sebuah bisikan yang mengatakan “kenapa enggak lu tanya langsung sih ke orangnya?” namun hati gue menjawab “kalo gitu efek kejutannya mengurang”.

Ada sebuah pribahasa mengatakan “malu bertanya sesat di jalan” tapi pribahasa itu enggak berpengaruh apa-apa buat gue. Yang ada pribahasa itu gue ubah menjadi “malu bertanya so sad di jalan” karena sesungguhnya gue bukan tersesat. Gue hanya sedang dalam kondisi sedih yang penyebabnya adalah gue sendiri.

Dengan keadaan yang seperti ini. Gue ruma bisa buka aplikasi BBM dan melihat RU lalu gue scroll naik turun naik turun berharap ada sebuah info tentang hari kelahiran Amel. 5 menit berlalu hanya ada judul-judul lagu yang enggak penting. Memasuki menit ke-30, gilaaaaaaa enggak kerasa banget udah 30 menit gue melakukan kegiatan yang enggak penting. Gue cuma melihat Amel mengganti gambar profilnya. Ya lumayan menyejukan hati sih dengan melihat senyumnya di foto. Tapi tetap saja rasa sedih ini masih menyelimuti hati gue.

Esok harinya gue mendapat kabar yang kurang enak juga di pabrik. Gue mendapat kabar ketidak lulusan dalam menghadapi seleksi menjadi pegawai di perusahaan itu. Jedarrrrrrrrrrr!!!!!!!!!! Makin hancurlah hati dan mood gue sebagai seorang laki-laki pada saat itu. Bahkan banyak teman yang bertanya “lu kenapa ndry?” gue dengan santai menjawab “gue enggak apa-apa bro”

Saking hancurya hati gue. Raut wajah mengikuti suasana hati pada saat itu. Sampai atasan pun bertanya kepada gue “kamu sakit atau ada masalah ndry? Lagi-lagi gue hanya senyum dan berkata “saya enggak apa-apa pak”.
==================

Kegalauan gue enggak berhenti di pabrik. Akun-akun sosmed yang gue punya penuh dengan rasa keluh kesah gue. Sampai pada akhirnya Amel membaca dan nada bbm gue berdering.

“kasian andriiiiii. Huhuhuhu” Amel memulai chat

“enggak apa-apa mel. Gue kuat”

“gue percaya ada hikmah ndri di balik semua ini” Amel menyemangati

“iya mel, makasih”

Kemudian chat kami hening beberapa menit. Dalam keheningan itu Amel mengganti sebuah pesan status yang bisa di bilang ambigu. “28”. Jujur gue bingung mengartikannya. Otak gue berpikir ini tanggal jadiannya. Hati gue berkata tanggal itu hari kelahirannya. Tanpa berpikir panjang gue langsung saja menanyakan tentang perihal angka yang di buatnya itu.

“mel, itu 28 maksudnya hari ultah lu?” gue penasaran

“menurut lo?” amel terlihat sinis karena mungkin gue kurang peka.

“ihh beneran? Untung bukan tanggal 29 ya? Bisa 4 tahun sekali ultah lu kalo tanggal segitu. Hahaha” ejek gue

“iya gue juga bersyukur banget ndri. Hehe”

“dih mel gue bingung nih mau ngadoin apa. Lu feminim banget ya? Enggak suka clu bola ya?”

“ngado yang special pokoknya. Hahaha” amel mulai memberi kode

“aduh mel, yang special tuh kaya gimana? Gue belum pernah ngadoin cewek sebelumnya?” gue kebingungan. Maklum aja gue emang bener-bener belum pernah ngasih kado ke perempuan. Pernah waktu itu mau ngasih tapi di putusin duluan. Perih memang selalu berpihak kepada gue. Hikss......

“ihh andri mah, bodo ah gua mau kado dari lu. Titik enggak pake koma apalagi sekarat.” Amel maksa

Kemudian ada hening yang panjang. Gue gak bales lagi chat Amel karena gua sibuk memikirkan kado apa yang tepat untuk seorang Amel. Gue ingin kado yang beda dari laki-laki kebanyakan. Gue juga ingin kado yang gue beri ke Amel enggak bisa di lakukan oleh laki-laki lain. Gue sampai membuat hastag #AndriyTanya di RU bbm agar ada banyak saran-saran yang masuk ke gue untuk masalah kado apa yang tepat untuk orang yang special?

Ada yang bilang handmate atau karya tangan gitu. Tapi gue enggak punya keahlian apa-apa selain menggenggam erat tangannya. Ada juga yang bilang tas atau jam tangan. Tapi gue masih gak setuju karena tas dan jam tangan bisa dengan mudah di beri oleh laki-laki lain. Ada lagi yang bilang “kadoin apa yang sering di kodein aja”. Gue mulai agak setuju dengan saran yang satu ini. Karena belum tentu kode yang sering di berikan ke gue akan di berikan ke orang lain juga. Gue paham karakter Amel yang setia. Akhirnya gue dapet ide yang bagus masalah kode-kodean gitu.
==================

Sehari sebelum hari ulang tahunnya, gue pergi ke gramedia dengan sebut saja desta. Desta ismi nama lengkapnya. Kalo enggak percaya cari aja di google. Karena alasan tertentu namanya enggak gue samarkan. Desta adalah perempuan baik lainnya yang hadir di hidup gue. Dari foto-foto di instagramnya, rambut desta terlihat lurus. Badannya yang gempal dan postur tubuh yang di bawah rata-rata, gue sepakat menyebutnya kurcaci Tangerang. Meskipun desta anti membaca dan mabok dalam hal perbukuan, tapi jika gue ajak ke gramedia selalu saja mau. Mungkin karena kasihan melihat tampang gue yang begitu menyedihkan ini. Hiks.....

Sesampainya di gramedia, desta dan gue berpencar. Desta pura-pura mencari dan membaca buku yang ada di tempat itu. Padahal gue tau, mencium bau buku saja dia sudah mual-mual. Tapi dia cukup kuat untuk menahan agar tidak muntah. Di sisi yang lain, gue sibuk mencari buku untuk Amel. Cukup sulit mencari buku yang sering Amel sebut-sebut ketika chatting. Kurang lebih 20 menit, gue berhasil menemukan buku untuk Amel. Gue merasa perjuangan gue enggak sia-sia. Gue hanya bisa berbangga diri stelah menemukan buku itu.

Esok harinya gue bungkus buku itu dengan kertas kado berwarna pink. Karena gue tau Amel sangat feminim. Mana mungkin suka warna biru dongker. Dengan sangat buru-buru gue membungkusnya sehingga kado itu berbentuk flat tanpa hiasan apapun. (maaf ya mel). Gue bergegas menuju ke kampus karena mata kuliah pertama ada di paggi hari. Amel sudah memberi kode dengan mengganti gambar profil, dan spam status di RU bbm. Gue sengaja enggak memberi ucapan sepatah atau dua patah kata pun kepada Amel. Hingga pada siang harinya bbm gue berbunyi tanda masuk bbm dari Amel.

“Andriiiiiiiiiii ihh lu gak mau ngucapin sepatah dua patah kata apa buat gue?”

Kira-kira seperti itu isi bbm dari Amel. Tapi dengan sengaja gue hanya membaca chat itu tanpa membalasnya. Gue menunggunya di kelas. Teman-teman Amel juga sudah bersiap memberikannya kejutan. Tapi gue tetap bersikap santai karena gue ingin memberinya hadiah pada saat yang tepat.

“ndry, Amel ulang tahun kali. Lu gak au ngucapin atau ngasih kado gitu. Payah amat” salah satu temen gue menyindir

“kalem lah, buru-buru amat” gue menjawab dengan santai.

Dengan keadaan kelas yang begitu ramai, gue coba memberanikan diri untuk memberi kado kepada amel. Sebenernya dag dig dug juga karena ini adalah pertama kalinya gue memberi kado untuk perempuan di depan orang banyak. Bukan bermaksud ingin di lihat atau apalah itu namanya. Hanya saja gue takut lupa dan malah nanti gue bawa pulang lagi nih kado. Kan sayang.

“nih mel buat lu, selamet ulang tahun ya.” Sambil menyodorkan kado dan bersikap santai

“iya ndri makasih ya” amel menerima dengan senyum manisnya. “lu mau kue gak?” sambung Amel.

“mau lah, suapin ya!!” gue manja.

Amel hanya tersenyum. “nih aaaaaaaa” amel menyodorkan sendok dan kue ke mulut gue.

Entah bagaimana gue mengekspresikan rasa bahagia itu. Amel benar-benar membuat gue sumringah. Kemudian gue berfoto alay dengannya. Meskipun tak banyak, setidaknya ada moment yang bisa gue abadikan pada saat itu. Gue bener-bener enggak inget pacarnya Amel pada saat itu. Seolah Amel adalah seorang jomblo yang sedang gue buat bahagia.

Tapi setelah gue pulang kuliah, seolah rasa senang itu hilang. Mulai terbesit lagi bahwa Amel adalah milik orang lain. Huft gue sengaja enggak chat Amel karena gue mempunyai firasat Amel sedang di manjakan oleh pacarnya. Belum sempat hilang firasat gue. Tiba-tiba nada bbm gue berdering. Ternyata chat dari Amel.

“makasih ya ndri. Gue seneng sama kadonya.”

“tapi ini masih ada harganya”

“pokoknya makasih. Gue senengggggggggg”

Dari membacanya chat Amel gue seneng sekaligus malu karena harga buku itu masih terpampang. Maklum karena buru-buru gue sampai lupa melepaskan harganya. Kemudian gue coba kepo terhadap apa yang di berikan pacarnya.

“masama mel, seneng juga bisa bikin lu seneng. Btw pacar lu ngajak lu maen kemana?”

“dia belum sama gue hari ini L

Duaaaarrrrr.................................. hancur hati gue ketika membaca chat Amel yang terakhir itu. Gue sengaja enggak ngucapin pertama agar pacarnya bisa jadi orang pertama yang ngucapin. Gue juga sengaja hanya memberikannya buku saja karena gue ingin pacarnya memberikan lebih dari sebuah buku. Gue bener-bener kecewa sama pacarnya Amel. gue berpikir kenapa harus gue yang mebuat Amel seneng. Kenapa bukan pacarnya.

Sejak kejadian itu gue masih merasa bersalah. Meskipun Amel sering chat gue. Gue balas dengan ala kadarnya saja. Gue enggak mau jadi perusak hubungan mereka. Gue juga enggak mau bila pacarnya Amel curiga. Gue coba menjauh hingga saat ini. Gue coba menghapus nama Amel dari hati gue. Sampai pada akhirnya gue menemukan sebuah kalimat dari pepetah yang berbunyi :

“memang cinta perlu di perjuangkan, tapi berjuang tidak sebercanda itu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar