Jumat, 30 Mei 2014

Harusnya Kita Berada Disini

Pagi ini pagi yang damai tapi tidak untuk hubungan gue dan erna. Hubungan kami sedang di ganjal oleh sebuah konflik. Namun  erna tetap prepare untuk berangkat sekolah, sedangkan gue masih hanyut terbawa derasnya air yang melingkar. Entah laut apa ini? Laut  ini asing buat gue. Gue berpikir gue akan meninggal secepat ini dan ternyata setelah gue membuka mata itu semua hanyalah mimpi. Syukurlah gue batal dimakamkan. Hehehehe!!

Setelah gue bangun, gue memutuskan untuk langsung melihat handphone berharap ada ucapan selamat pagi dari sang kekasih. Namun ternyata harapan gue sirna karena handphone gue hanya berisi sms dari operator. Gue cukup terpukul dengan melihat handphone gue yang miris itu. Dalam pikiran gue mungkin erna masih ingin melanjutkan pertengkaran karena semalam gue tinggal main PES. Hehehe

Karena tak ada sms dari erna, akhirnya gue mengambil langkah untuk sms.

“selamat pagi sayang :*, nice day ya. Semangat terus sekolahnya. Aku sayang kamu <3”

Tak lama berselang handphone gue bergetar. Pasti erna pikir gue. Dan ternyata benar erna membalasa sms gue dengan singkat, padat, namun tak cukup jelas maksudnya.


L “ itu balasan erna.

Ternyata benar khayalan gue, erna masih ingin melanjutkan peperangan antara kaum kafir dan kaum muslimin. Halahh.... hati erna mungkin masih belum plong. Namun gue malas membahas soal semalam. Gue udah terbiasa dengan pertengkaran-pertengkaran seperti itu jd gue lebih memilih diam daripada harus membalas dengan kata-kata yang akan menyakiti hatinya.

Tak lama adzan berkumandang. Sebagai umat islam yang taat akan perintah agama, gue berlari ke masjid untuk menukar sendal. Namun sayang sungguh sayang, tak ada sendal yang memenuhi kriteria untuk ditukar. Alhasil gue pergi mengambil wudhu dan melaksanakan solat. Hohoho

“Langit mendung, gue memakai sarung, bahkan sudah terdengar kicauan burung. Disini aku terkurung mendung.”

Tanda-tanda hujan sudah terlihat siang ini. Selesai solat gue coba sms erna yang isi smsnya adalah mengajak bertemu untuk berdiri dan berpeluk dalam diam di bawah rintik hujan. Tak disangka erna masih mengungkit pertengkaran. Erna masih bersikap dingin. Lebih dingin dari es. Gue tetap pergi ke tempat dimana gue dan erna biasa bertemu. Gue juga terus merayu erna supaya datang ke tempat ini. Namun kembali erna mengatakan tak bisa karena erna kebetulan sedang main dirumah temannya yang gue sendiri gak tau.

“Main sama temen, main ke tempat temen bisa. Sedangkan ketemu aku gak bisa.”

“lha, bukannya kita lagi berantem?”

“emang kita lagi berantem, tapi apasalhnya kita selesaikan lewat pertemuan?”

“aku gak bisa”


Begitu percakapan gue dan erna lewat sms. 

Gue gak peduli dia bisa atau engga. Gue tetap menunggunya disini berharap dia memberi kejutan dengan datang secara tiba-tiba. Lima menit, sepuluh menit, setengah jam erna masih tak terlihat. Satu jam, 2 jam telah gue lewati dengan berdiam diri disini namun tetap saja tak ada tanda-tanda erna akan datang. Hujan turun membasahi tempat ini. Gue pulang dengan tertunduk lemas karena kecewa dan kedinginan. Ya harusnya gue dan erna ada disini......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar